Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

File 88: Monokrom

"Tadaima..."gumam Riou sembari melepas sepatunya,ia menatap ke dalam apartemennya. Ransel besar yang ia bawa entah mengapa terasa semakin berat,ia tidak tahu apa alasannya. Ia berjalan masuk, berharap mendapat sambutan, namun tak ada seorang pun yang menyambutnya,baik Saburo,maupun putranya,Ryoichi.

Lembaran foto hitam putih,aku coba ingat lagi warna bajumu kala itu.

Riou meletakkan ranselnya di sofa,ia memutuskan untuk melihat-lihat foto -sebagian adalah digital art- yang terpajang disetiap sudut ruangan apartemennya. Ia mengambil salah satu pigura foto yang terlihat cukup indah,sebuah foto dimana dua insan manusia tengah bersantai bersama,saling menempel didalam kantung tidur,saling menghangatkan satu dengan yang lain. Sebuah kisah kecil menyeruak di foto itu,sebuah kenangan kecil,

"Riou-san!"Saburo menatap Riou yang tengah menggelar kantung tidur, yang dipanggil menoleh,menatap Saburo dengan tatapan lembut. Saburo tersenyum manis,lalu masuk ke kantung tidur itu bahkan ketika Riou belum selesai merapikannya,"Aku kedinginan,"kata Saburo tanpa ditanya,"Tapi aku malas menggunakan jaketmu. Tebal,berat lagi."Riou terkekeh kecil,"Begitukah, ojou-sama?"pertanyaannya membuat Saburo mengerucutkan bibirnya,"Ojou-sama janaii!"omelnya tak terima,membuat Riou tertawa kecil,"Hai hai,ayo kita tidur."ia turut masuk ke kantung tidur yang sama, memeluk Saburo erat,kemudian tertidur bersama sang bocah. Namun ia tahu Saburo tidak segera tidur, melainkan diam-diam memotret kebersamaan mereka berdua.

Kenangan itu membuat Riou tersenyum penuh kepedihan,ia sangat merindukan Saburo. Sangat,ia bahkan tidak ingat berapa kali kedua temannya mengenalkannya pada orang lain,hanya untuk mengalihkan pikirannya dari Saburo. Ia mengusap foto itu,senyum pedih terbit di wajahnya. Ia merindukan bungsu Yamada itu.

Kali pertama manusia lain memelukku.

Riou menatap foto disebelahnya, netra ocean blue menyendu,melihat foto dimana ia diam-diam memotret Saburo yang tengah tertidur sembari memeluknya erat,wajah polos tanpa dosa yang manis,wajah marah yang tetap terkesan polos,wajah yang selalu memerah kala ia menggodanya, wajah seorang Yamada Saburo.

"Ayo kita tidur,"ajak Saburo. Riou menatap sang bocah,"Ini baru jam sembilan,Saburo. Aku masih belum mengantuk."tolaknya hati-hati, membuat Saburo memanyunkan bibirnya,"Lagipula aku sedang ada pekerjaan."

"Kan bisa kau kerjakan besok! Pokoknya aku mau,kau menemaniku tidur!"omel Saburo sembari berkacak pinggang,Riou menggelengkan kepalanya,"Kau benar-benar ya,"ia merentangkan tangannya lalu berbaring di ranjang,"Kemarilah,ou-sama."panggil Riou setengah meledek,membuat pipi Saburo memerah dan segera memeluknya erat,"Oyasumi!"teriak si bocah semangat,sebelum memejamkan mata dan tertidur. Membuat Riou menjadi gemas sendiri dan akhirnya diam-diam memotret kemesraan yang manis itu,setengah berharap itu akan terjadi selamanya.

Ia menghela napas berat,tatapannya menyendu,ia mengusap foto itu, seolah menyingkirkan debu yang ada. Ia tidak berharap banyak,sebenarnya. Ia hanya berharap Saburo kembali ke pelukannya dan menjalani hidup bersama,bahagia dan memiliki keluarga kecil.

Astaga,tolonglah,aku hanya ingin bahagia bersama keluarga kecilku!

Isi hati Riou terasa sangat sederhana, juga tulus,tetapi juga sulit dikabulkan,entah mengapa. Padahal ia hanya ingin memiliki keluarga kecil yang bahagia,dimana ia sebagai ayah dan Saburo sebagai ibu. Apa susahnya? Hanya itu permintaannya!

Lembaran foto hitam putih,aku coba ingat lagi warna bajumu kala itu.

Sebuah foto lain mengalihkan atensi si pemilik netra ocean blue. Foto dimana ia dan sang bungsu tengah bermain ke pantai,memakan es krim dan pisang cokelat beku,dimana ia dengan usilnya mencolek pipi Saburo dengan es krim yang ia makan, membuat anak itu memanyunkan bibirnya,cemberut.

"Saburo,cobalah es krim ini. Rasa matcha,kau pasti suka."Riou menyodorkan sebuah cone yang berisi beberapa tumpuk es krim teh hijau,yang tentu saja tidak begitu manis,sesuai dengan selera Riou. Saburo menatap Riou lalu menyodorkan es pisang bekunya,"Aku sedang memakan ini,Riou-san. Tenang saja,aku akan mencicipinya nanti."

Riou menyerigai,ia mencolekkan ujung es krimnya ke hidung Saburo, kemudian mencolek krim di hidung Saburo dan memasukkannya ke mulut si bocah,membuat Saburo terkejut dan wajahnya seketika memerah,"A-apaan sih?! Kan aku sudah bilang nanti!"omel Saburo dengan wajah merah padam, membuat tawa pecah dari sang pemilik netra ocean blue. Riou menatap wajah Saburo dan tersenyum teduh,"Aku mencintaimu."

Ungkapan yang tulus,tanpa ada rasa terpaksa atau kebohongan dibalik ungkapan itu,

"Aku juga."

"Aku selalu mencintaimu, Saburo."Riou menggumam sembari mengambil foto itu,ia menatap foto itu lalu menatap ruang tengah apartemennya,biasanya sang bocah akan duduk di sofa sembari tersenyum kekanakan,terkadang bersandar di bahu lebarnya dan berakhir tertidur.

Siluet masa lalu itu terasa sangat menusuknya,menembus tubuhnya hingga ia merasakan tubuhnya tercabik menjadi beberapa bagian kecil. Tetes air mata keluar dari pelupuk matanya,ia hampir saja 'jatuh' untuk yang kedua kalinya karena Saburo Yamada.

"Aku selalu mencintaimu. Dimanapun dan apapun yang terjadi,aku tetap akan mencintaimu,Saburo."

Ungkapan yang sama dengan kisah foto itu,pandangannya semakin menyendu,setiap foto yang ada, memiliki kisah tersendiri dibaliknya. Kebanyakan foto itu adalah kebersamaannya,kemesraan dan ungkapan cinta.

Teman,keluarga,cinta,waktu.

Teman terbaiknya adalah Saburo.

Keluarga terbaiknya adalah Saburo.

Cinta pertamanya adalah Saburo.

Waktu terbaiknya adalah waktunya bersama Saburo.

Cincin perak yang melingkar di jarinya menjelaskan semuanya. Ia ingin melepas cincin itu,menyimpan semua foto yang ada,membuang semua kenangan. Namun,ia sadar ia tidak akan sanggup melakukannya,ia bahkan tak sanggup melupakan suara cempreng sang bungsu,kelakuan Saburo yang cenderung kekanakan, senyum polos Saburo,pipi memerah Saburo,hangatnya tubuh Saburo, omelan sang bungsu Yamada itu.

Ia tak sanggup melupakakan semua hal tentang Saburo,sekeras apapun ia mencobanya.

Wangi rumah di sore itu. Kue cokelat dan balon warna-warni.

Riou mendengus kecil,ia menatap foto dimana ia merayakan pesta kecil-kecilan bersama Saburo,ulang tahun si bungsu,mereka rayakan berdua, hanya berdua. Di apartemen, memakan kue cokelat buatan Riou.

"Otanjoubi omedetou,Saburo."Riou keluar dari dapur sembari membawa sebuah nampan yang diatasnya terletak sebuah kue cokelat berukuran besar,Riou meletakkan kue itu diatas meja,dihadapan Saburo yang tengah tersenyum manis. Riou mendongak,menatap Saburo,"Buat harapan dahulu,lalu makan kuenya."

"Baiklah!"Saburo memejamkan matanya dan mengepalkan kedua tangannya,"Aku berharap diberi umur panjang,kemudian aku berharap Riou-san juga berumur panjang,dan kami bahagia bersama untuk selamanya."gumam Saburo mengutarakan harapannya. Harapan itu membuat Riou tercekat,senyum tipis terbit di wajahnya,"Potong kuenya,Saburo."ia memotongkan kue itu untuk Saburo,kemudian menyuapi sang bungsu,"Selamat ulang tahun, my baby."setelah Saburo balik menyuapinya,ia mencium Saburo dengan lembut,juga penuh perasaan.

"Hadiah dariku."

Riou menyentuh bibirnya sendiri,oh, ayolah. Sejak kapan ia menjadi melankolis seperti ini? Hanya karena satu orang? Riou tertunduk sedih,ia tak sanggup menatap foto itu lebih lama,ia tak sanggup mengingatnya lagi karena ia tidak akan sanggup, sedikitpun. Ia menahan tubuhnya sendiri dengan berpegangan pada sudut meja,tangisannya meledak begitu saja. Ia tak sanggup pergi atau meninggalkan kisah mereka,walau Saburo sendiri lah yang menghancurkan kisah manis itu,walau ia tahu itu bukan kesalahan Saburo sama sekali.

Pesta ulang tahunku.

Ulang tahun Riou dirayakan dengan datangnya kebahagiaan kecil,dimana Saburo memberitahunya kalau ia tengah hamil putra pertama mereka, yang ia beri nama Ryoichi. Senyum sendu terbit di wajah Riou,air matanya yang sudah mulai mengering,kini kembali mengalir tanpa bisa ia tahan lagi. Ia menatap foto -digital art- dimana ia tengah merangkul Saburo yang tengah mengusap perutnya sendiri,dengan tatapan mata dan senyuman yang teduh,begitu pula dirinya. Sebuah imaji melintas di kepalanya

"Riou-san,aku hamil."empat kata itu sukses membuat Riou tercengang, sedikit tidak menyangka akan secepat ini,"Benarkah?"ia bertanya guna memastikan ia tidak salah dengar. Saburo mengangguk,"Ya,ini kado dariku,untukmu."senyum cerah terbit di wajah Riou,ia segera memeluk sang pemilik netra hetero dengan penuh kehati-hatian,juga kebahagiaan.

"Terima kasih banyak,kau sudah mewujudkan keinginan kita berdua."Riou berkata sembari menitikkan air matanya haru. Air mata haru mengalir begitu saja dari pelupuk matanya,"Aku ingin memberinya nama Rie,jika perempuan."kata Saburo,Riou mengecup pucuk kepala sang bocah, dengan lembut tentunya,"Aku akan memberinya nama Ryoichi,jika ia lelaki."

"Terima kasih,Saburo. Ini hadiah terbaikku."

Tetes air mata mengalir demikian deras,diselingi isakan menyayat yang dikeluarkan Riou begitu saja. Ia menangis mengingat imaji itu,tanpa bisa ia tahan. Dimana Saburo memberinya hadiah berupa empat kata yang membuatnya merasa itu adalah hadiah terbaik yang dapat ia terima dari orang yang ia sayangi.

Dimanapun kalian berada,kukirimkan terima kasih untuk warna dalam hidupku.

Jutaan kali Riou mengatakan terima kasih untuk dua orang berharga, tetap terasa tidak cukup. Ribuan cara ia gunakan untuk mengatakan betapa ia berterima kasih dan mencintai kedua orang yang ada dihidupnya,tetap saja terasa tidak cukup. Ia bahkan tidak tahu harus dengan bagaimana lagi memberitahu kalau ia sangat bersyukur memiliki dua orang itu, foto kelahiran Ryoichi,membuat tangisannya semakin deras tanpa bisa ia tahan.

"Urgh!!! Sa-sakith..."erangan kesakitan Saburo membuat Riou menatap Saburo khawatir,ia menggenggam erat tangan mungil itu dengan sangat erat. Disela erangan Saburo,anak itu masih sempat tersenyum sebelum berteriak sekerasnya,yang tak lama kemudian disahuti oleh tangisan bayi. Mereka berdua saling bertatapan,kemudian saling berpelukan untuk saling menguatkan.

Bayi itu adalah Ryoichi.

Tatapan Riou semakin kosong,ia terus menangis tanpa henti. Ia merindukan keluarga kecilnya,yang sudah lama menghilang dari kehidupannya.

Untuk warna dalam hidupku,dan juga kenangan indah.

Awalnya,hidup Riou hanyalah warna hitam dan putih,monokrom. Kehadiran Saburo dan Ryoichi memberinya warna,memberinya arti hidup selama ini. Hidup penuh warna, akhirnya datang ke kehidupan Riou setelah kedatangan dua insan anak adam,yang membuatnya jatuh hati untuk yang pertama kalinya. Foto dirinya,Saburo dan Ryoichi,mengalihkan atensinya.

"Ka- kaa-chan."kata pertama Ryoichi keluar dihadapan Riou dan Saburo, membuat keduanya terharu. Dan menangis.

"Ryo Busujima,"panggil Riou sembari menggendong sang bayi mungil,ia menatap Ryoichi yang menatapnya balik dengan tatapan polos,"Tou-san!"

Saburo memberinya arti,juga warna di hidupnya. Dan kini pewarna itu pergi begitu saja dari hidupnya, seolah menghilangkan alasannya hidup,semudah membalik telapak tangan. Sakit,tentu saja. Tapi ia harus bertahan,ia tetap harus bergerak, walau tanpa Saburo disisinya.

Kau melukis aku.

Rasanya sangat menyakitkan,ketika Saburo yang telah melukisnya selama ini,pergi begitu saja. Bersama sang putra,yang kelak menjadi penerus keluarga Busujima. Kantung mata yang sudah menghitam,bertambah hitam selama Riou dalam kondisi stress. Kedua temannya tak mampu menolong,tentu saja.

"Tou-chan!"panggil Ryo sembari berlari mendekati sang ayah,anak itu memegang sebuah kertas.

"Ya?"Riou menoleh,menatap sang putra dengan tatapan lembut,"Aku dapat nilai sempurna!"

Hanya imaji,bukan kenangan. Seharusnya ia tahu,Ryoichi hanyalah bagian kecil dari Imaji yang indah,yang ia bangun selama ini sendirian.

Lembaran foto hitam putih,kembali teringat malam-malam ku hitung bintang. Saat mataku sulit tidur, d
suaramu buatku lelah.

Ia ingat,dimalam-malam dimana ia tak bisa tidur,ada Saburo yang selalu berada disisinya,menggumamkan lullaby,membuatnya lelah dan tertidur.

"Hmm..."gumaman bernada kecil itu selalu disenandungkan Saburo sembari mengelus surai orange Riou, dengan lembut tentunya. Riou mendongak,menatap netra hetero Saburo dengan tatapan teduh,"Aku... cinta kau."

Pipi Saburo seketika memerah, elusannya pada Riou terhenti sejenak,"Apa aku harus membalasnya? Kalau begitu,aku juga mencintaimu."

"Baguslah."

Riou merindukan elusan Saburo, gumaman bernada lembut yang selalu dikeluarkan Saburo,tatapan Saburo kepadanya. Ia benar-benar rindu semuanya.

Dimanapun kalian berada,kukirimkan terima kasih untuk warna dalam hidupku. Untuk warna dalam hidupku,dan juga kenangan indah.

Warna-warni hidupnya menghilang begitu saja,setelah Saburo hilang dari dunianya. Hitam putih itu kembali datang di hidupnya,begitu Saburo pergi dari hidupnya,tanpa jejak,juga bersama sang putra tunggal.

"Riou! Aku kangen!"teriak Saburo semangat,sembari mengulurkan kedua tangannya,meminta dipeluk erat. Membuat Riou tertawa kecil, kemudian memeluk Saburo dengan erat,sangat.

"Aku sayang kau,"kata Saburo, membuat Riou terkekeh kecil,"Begitu pula aku,ou-sama."

"Aku sayang kau."ungkapan itu keluar dari bibir Riou,tanpa bisa ia tahan sedikitpun. Sedih rasanya,berat juga, tetapi apa boleh buat,'kan?

"Aku terlalu sayang dan mencintaimu, Yamada Saburo."

Kita tak pernah tahu,berapa lama kita diberi waktu. Jika aku pergi dahulu, jangan lupakan aku. Ini lagu untukmu, ungkapan terima kasihku.

Riou jatuh hati,juga cinta pada seorang Yamada Saburo. Ia hancur karena anak itu,ia berwarna karena anak itu,ia bahagia karena anak itu, ia berubah kembali menjadi hitam putih, juga karena anak itu.

"Riou-san."panggil Saburo,nadanya sendu. Membuat Riou tertegun sejenak,"Ada apa,kenapa nadamu seperti itu?"

"Jika aku pergi lebih dulu,tolong jangan lupakan aku."kata Saburo sembari tersenyum teduh,netra ocean blue Riou membola,ia segera memeluk Saburo dengan sangat erat,"Jangan pernah pergi dariku!"

Bodoh sekali,baru saja ia meminta Saburo jangan pergi,tetapi Saburo sudah pergi begitu saja. Hancur, sepi, sunyi,Riou merasa hancur. Entah mengapa.

Lembar monokrom hitam putih,aku coba ingat warna demi warna di hidupku,tak akan ku mengenal cinta bila bukan karena hati baikmu.

Riou jatuh berlutut dihadapan lukisan pernikahan mereka,ia mendongak dan menatap lukisan itu. Air mata kembali mengalir,begitu deras tanpa bisa ia tahan sedikitpun. Bodoh! Kenapa ia lupa kalau ia tak pernah menikah dengan Saburo? Kenapa ia lupa kalau Saburo sudah mati di hari pernikahan mereka? Kenapa ia lupa kalau ia lah yang menemukan mayat Saburo? Kenapa ia lupa sejak saat itu ia terkurung dalam imaji dan delusi akan keluarga bahagianya,dimana ada dirinya,Saburo dan Ryoichi sebagai putranya?

Pantas saja ia sengaja ditugaskan jauh dari Jepang,kalau bukan karena tragedi berdarah itu!

End

Plot by me
Story by me
Ending by me

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro