File 85: Hunger game
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Saburo Yamada
Survive!Riou x Survive!Saburo
Genre: Survival
Warn: Gak masuk akal,Typo,OOC,Alur kecepatan
Enjoy the story
Hunger game by. Chūoku
Siapa yang tidak tahu program itu? Program gila yang sengaja dibuat Chuuoku untuk manusia-manusia yang sekiranya cukup tangguh dan pintar. Dimasukkan bersama ribuan orang lainnya ke sebuah hutan di kaki gunung Fuji alias Aokigahara, bertarung satu dengan yang lainnya hingga hanya tersisa satu orang yang keluar dari hutan itu sebagai pemenang. Hampir lima ribu orang masuk ke hutan itu,dari berbagai daerah di Jepang,yang mereka incar bukanlah petualangannya, melainkan hadiah uang tunai senilai satu miliyar Yen.
Begitu pula dengan dua orang ini.
Saburo menatap Riou yang tengah berjalan sembari membawa sebuah ransel yang cukup besar,"Hai,"ia menyapa,pria itu menoleh. Menatap datar,"Aku Saburo."
Mereka saat ini tengah berada di babak penyisihan,tentu saja masih di hutan yang sama.
"Riou."jawab Riou pendek,Saburo tersenyum kecil sembari menapaki akar-akaran yang terlihat licin,"Kau ada disini,apa alasanmu?"Riou menatap Saburo yang tengah berjalan disisinya sembari tersenyum cerah bak mentari,"...aku ingin berpetualang? Kalau beruntung aku bisa menang. Kau sendiri?"sebenarnya ia tak berniat bertanya soal hal itu,tetapi mulutnya mengkhianatinya. Senyum Saburo meluruh,ia menatap lurus ke depan,"Aku ada disini untuk kedua kakakku."
"AWASS!!"Riou menerjang Saburo hingga terjatuh,tak lama sebuah anak panah melesat,hampir saja mengenai Saburo kalau Riou tak mengelakkannya. Ia menatap Riou yang berada diatasnya,"Te-terima kasih."katanya lirih,masih terkejut. Riou tersenyum tipis lalu bangkit dari posisinya,pria itu menembakkan sesuatu kearah pepohonan dan tak la kemudian terdengar suara orang jatuh,"Berhati-hatilah,hutan ini luas juga berbahaya. Aku akan membantumu sebisaku."
"A-ah... aku juga,aku juga akan membantumu sebisaku."sahut Saburo sembari bangkit dari posisinya saat ini. Ia menatap Riou lamat,"Terima kasih banyak."katanya sebelum kembali berjalan bersama Riou. Pria itu tersenyum tipis,lalu mengangguk.
Babak penyisihan berlangsung selama hampir satu bulan.
Sudah ratusan nyawa melayang di babak penyisihan itu.
Mereka berdua cukup beruntung bisa keluar dari babak penyisihan itu walaupun dengan beberapa luka. Saburo berhasil dengan kecerdikannya sementara Riou berhasil dengan kekuatannya dalam bertahan hidup di dunia liar,Saburo terengah ketika ia mendengar pengumuman babak semi final,ia menatap Riou yang berdiri tegak,ia menoleh ketika merasakan tatapan Saburo padanya,"Kita berhasil.."
Setelah mengatakan itu,Saburo jatuh ke tanah,pingsan. Namun,sebelum ia menyentuh tanah,Riou sudah menangkap tubuh mungilnya lalu menggendongnya ala bridal,"Kau terlalu memaksakan dirimu."gumamnya sembari menggendong Saburo untuk kembali ke kabin buatannya. Ia membaringkan Saburo pada sebuah kantung tidur dan menyentuh dahinya,"Demam..."ia menggumam pelan,segera,ia membasahi sebuah kain kecil dengan air dingin dan meletakkannya di dahi Saburo. Dengan sabar,ia menunggui Saburo hingga sembuh,kembali seperti semula.
"Terima kasih."kata Saburo ketika ia tahu kalau Riou merawatnya susah payah ketika ia jatuh sakit. Riou tersenyum kecil,"Bukan masalah besar,"tiba-tiba saja Saburo memeluknya erat,"Terima kasih banyak!"Riou terdiam sejenak ketika Saburo memeluknya begitu erat, dengan ragu,ia mengelus surai jelaga si bocah,"Ya,sama-sama."
Mereka benar-benar berjuang habis-habisan untuk babak semi final ini. Tanpa ampun,tanpa istirahat,terus berjuang hanya untuk tetap hidup. Sementara yang lainnya sudah menyerah dan mati,mereka masih tetap berjuang.
Dari lima ribu orang yang masuk dari awal,berkurang menjadi tiga ribu di babak penyisihan,dan kini tersisa hanya sembilan ratus orang yang berhasil keluar dari babak semi final.
Tubuh mereka yang mati di hutan itu hanya digantungkan di pepohonan, atau disantap ketika hewan buruan tak kunjung didapatkan. Bau daging terbakar,sesekali desingan peluru menembus angin,erangan kesakitan, tulang belulang adalah teman seperjalanan mereka yang berhasil keluar dari babak semi final ini. Tentu saja mereka semua sudah hampir terkuras habis kewarasannya,masuk akal,tentu saja.
Mereka yang berhasil keluar dari babak semi final,rata-rata bertubuh besar,kalaupun tidak,rata-rata sudah kehilangan tangan,kaki atau jarinya, bahkan beberapa kehilangan matanya. Saburo menatap sekitarnya, melihat banyak sekali kematian dan aroma darah serta keringat,ia menatap Riou yang tengah menyeka keringatnya,"Kita selamat?"Riou memgangguk,"Tentu saja."
"Baguslah."Saburo mengambil sebuah kotak peluru yang tergeletak begitu saja diatas mayat seseorang. Ia menyimpannya sebagai cadangan di tasnya dan akan digunakan saat terdesak. Ia kembali berjalan, mengambil apapun yang sekiranya bisa ia ambil dan cukup berguna, dibelakangnya ada Riou yang terus berjalan mengekor,sesekali menembak ke arah pepohonan untuk mencegah adanya pengganggu pemburuan mereka.
Mereka berhasil mendapatkan hampir dua puluh kotak peluru,beberapa medicial kit dan beberapa pisau, juga benda lain yang lumayan berguna untuk mereka kedepannya. Saburo menyimpan sebagiannya di tasnya dan sebagian lagi di tas Riou. Saat ini, mereka sudah sampai di babak seperempat final,yang berarti tinggal dua atau tiga babak lagi,hingga mereka keluar dari hutan mengerikan ini. Tersisa hanya dua ratus dari sembilan ratus orang yang berhasil keluar dari babak semi final,Saburo cukup bersyukur ia dan sahabatnya berhasil keluar dengan selamat,juga membawa banyak peralatan yang cukup berguna untuk pertarungan berikutnya,lagi,lagi dan lagi. Untuk tetap hidup.
Entah sudah berapa bulan mereka berada di hutan itu,dua bulan,tiga tahun,lima bulan,entahlah. Yang paling pasti adalah, Saburo sudah semakin pintar dan kuat dari awal ia mengikuti program ini. Ia benar-benar menerapkan inti dari Hunger Game, yang lemah haruslah mati. Ia dan Riou cukup kuat untuk tetap bertahan di babak gila ini,Saburo sudah semakin tinggi,semakin berotot,juga berotak. Begitu pula Riou,tak banyak perubahan yang ada pada pria itu selain tatapan matanya yang selalu dingin nan sinis,membunuh tanpa merasa berdosa,memakan sesamanya terkadang,dan lainnya hanya demi bertahan hidup.
Mereka lolos dari babak perempat final dan final,tersisa empat puluh dari dua ratusan,membuktikan betapa gilanya manusia yang tetap bertahan hingga kini. Saburo sudah hampir tak kenal ampun pada siapapun,kecuali Riou yang menemaninya hingga saat ini,ia tak pernah lagi memberi ampun pada siapapun,tak lagi ragu untuk membunuh orang,tak lagi ragu untuk menghabisi siapapun.
Saburo ingat,dahulu ia hanyalah bocah lemah yang hanya mengandalkan otak,tapi kini ia sudah berubah,semua kemampuannya ia pertajam setiap hari,penglihatan, penciuman juga pendengaran,insting bertahan hidupnya sudah hampir sehebat Riou,tentu saja karena ajaran pria itu.
Hanya tersisa mereka berdua di babak grand final,Riou akhirnya memberi tahu alasannya mengikuti Hunger Game ini adalah untuk adik perempuannya,lalu meminta maaf pada Saburo.
Sebuah lemparan pisau melewati pipi Riou,berasal dari Saburo yang tengah memegang hampir lima puluh pisau hasil jarahannya bersama Riou,di kedua tangannya. Riou yang sadar ia tak mendapatkan pisau,hanya mengandalkan senapannya yang memiliki ratusan peluru,saat Saburo melempar pisau itu tanpa henti,ia melawan dengan cara menembaki Saburo tanpa henti seolah Saburo adalah hewan mangsa untuknya,dan ia adalah predator.
Sembari melempar,Saburo menghindari tembakan yang dilontarkan Riou tanpa henti. Ia menatap Riou tajam,"Kau memang sahabatku,tapi aku harus keluar dari sini demi kedua kakakku."kata Saburo sembari meloncat keatas pohon. Riou menyerigai,"Begitu pula aku."pria itu melemparkan granat tangan yang entah bagaimana bisa ia dapatkan. Sebelum granat itu meledak dan menghancurkan tubuh Saburo, segera, pria muda itu meloncat turun dan berlari menjauh. Ledakan terdengar benar-benar keras,namun Saburo tidak peduli karena telinganya sudah kebal akan suara semacam itu. Ia menunduk ketika Riou akan melemparkan granat kedua kearahnya,"Hanya granat tangan,huh?"dengan cepat,ia melempar bom asap sembari menendang granat yang dilempar Riou kearah kaki pria itu. Api sudah mulai menjalar,membakar pepohonan disekitar mereka.
Bom asap itu meledak tanpa Riou sempat menendangnya,matanya terasa sangat perih saat ini,namun ia sudah tahu cara mengatasinya. Hanya berselang enam jam,persenjataan mereka sudah habis,senapan sudah patah akibat tendangan super kuat dari Saburo. Granat sudah habis dan kini tengah membakar hutan itu, merubahnya menjadi lautan api layaknya neraka. Kini mereka berdiri berhadapan,Saburo menjilat bibirnya yang sudah berdarah,"Akhirnya kita harus bertarung dengan tangan kosong ya,Riou-san."
Riou menyerigai,seolah tengah meremehkan Saburo,"Benar. Saburo-kun."ia terlebih dahulu menendang perut Saburo,yang segera berkelit dengan cara mundur ke belakang. Riou tersenyum,"Jangan lupa,yang mengajarimu itu adalah aku."
"Aku tidak akan lupa."Saburo menerjang,berusaha memukul Riou namun tangannya segera ditahan,dan dipatahkan dengan sangat mudah seolah hanya sedang mematahkan kayu bakar. Teriakan Saburo menguar jelas,kesakitan. Tak terlalu lama,Saburo sudah terjatuh ke tanah, sekarat.
Namun,sebelum pengumuman kemenangan,Saburo berhasil bangkit dan menyeka darah disudut bibirnya,"Aku... belum kalah!!"ia segera menerjang,kembali berusaha memukul Riou dengan tangannya yang masih belum patah. Namun Riou segera menangkap tangan itu, menarik Saburo kearahnya dan membantingnya ke tanah hingga tulang punggung Saburo patah, ia menginjak perut Saburo,kemudian berjongkok dan mematahkan leher Saburo,Saburo tersenyum,"A-arigatou.."
Suara lirih itu mengingatkan Riou dari awal pertemuan mereka,perjuangan mereka selama ini hingga mencapai babak grand final. Ia menatap Saburo yang tengah menggenggam tangannya,"Sampaikan salamku pada kedua kakakku."ucapnya lirih sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Untuk pertama kalinya,Riou merasa kemenangannya terasa sangat pahit. Untuk pertama kalinya ia membunuh rekannya yang berjuang bersamanya sejak awal game tak masuk akal ini.
Untuk pertama kalinya ia merasa kemenangannya ini adalah kesalahan yang tak seharusnya ia lakukan.
Ia melamun ketika kemenangannya diumumkan,dan saat ia diwawancara mengenai kemenangannya,ia berkata,"Aku tak tahu apa aku harus senang atau tidak,memang ini bukan yang petama kalinya aku keluar dengan selamat dari hutan belantara tapi..."ia terdiam sejenak,air matanya menetes,"Tapi baru sekali ini aku membunuh rekanku yang berjuang sampai akhir bersamaku... dan... dan..."
"Dan mungkin cuma itu saja yang bisa kusampaikan."ucap Riou sembari menyeka air matanya.
End
[A/N]
Plot by me
Story by me
Ending by RizuKyu
Janlup voment
Regards
歩か 秋冬
Ark Akifuyu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro