File 82: Doppo,promise,and Saburo
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Genre: Hurt
Warn: OOC,Typo and others
"Ah...,"Saburo menunduk sembari membaca chatnya,wajahnya terlihat kecewa,"Lagi?"tanyanya pada diri sendiri,ia saat ini tengah menunggu seseorang di taman kota,siapa lagi kalau bukan Riou?
Saburo:)
Lagi?
Riou♡
Maaf,gak bisa ditunda
Saburo menghela napas berat,ini sudah kesekian kalinya Riou membatalkan rencana mereka dengan alasan sibuk bekerja. Ia tertunduk,membiarkan surai hitamnya dibasahi tetes air hujan yang turun satu demi satu. Ia menangis,tanpa suara,ia kecewa, marah dan kesal.
Bisakah Riou sekali saja menepati janjinya?
Ia tahu Riou sangat sibuk,menurut pria itu,semenjak kenaikan jabatannya. Saburo seakan hanya beban baginya,waktunya untuk Saburo hampir tak ada,ia bahkan jarang sekali mengabari pria mungil itu sekalipun ia sedang senggang. Saburo menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan teriakan sakit hati,amarah dan kekesalan yang mulai berontak minta dilepaskan. Ia menjambak surai hitamnya, melampiaskan kekesalannya,semuanya. Rasa sakit dikepalanya semakin menjadi ketika gelombang rasa stress itu menerpanya tanpa ampun,ia terus menangis hingga ia merasakan seseorang memayunginya,
Iruma Jyuto.
"Ayo,aku antar kau pulang."ajak Jyuto sembari menghisap rokoknya, ia tak menatap Saburo,melainkan menatap kearah lain. Saburo menoleh kemudian mendongak,"Jyuto...-san? Kenapa kau ada disini?"ia bertanya dengan nada serak,ia menangis terlalu lama,"Bodoh,ini wilayah Yokohama dan kau masih bertanya?"tanya Jyuto balik dengan nada sarkas,Saburo tertawa kecil mendengarnya,"Ayo,aku ingin pulang."
"Sebelum itu,kita ke apartemenku."pria berkacamata itu tidak mengajak,melainkan memerintah,"Eh? Untuk apa?"tanya Saburo bingung,membuat Jyuto kesal sendiri,"Mandi dan ganti pakaian,tak mungkin kau kuantar dalam keadaan basah kuyup ke Ikebukuro."jawab Jyuto tak sabaran,membuat senyum kecil terbit di bibir pucat Saburo.
Keduanya berjalan beriringan dibawah derasnya air hujan,Saburo memeluk dirinya sendiri karena kedinginan,"Brr... dingin sekali."gumamnya pelan,membuat Jyuto menoleh dan menatapnya. Bibir pucat hampir membiru,wajah pucat,dan tubuh bergetar,Saburo benar-benar kedinginan.
"Brrr..."Saburo ingat dirinya tak boleh terlalu kedinginan maupun kepanasan,ia ingat dokter berkata padanya untuk tak membebani jantungnya. Bukan hanya dia yang tahu,Ichiro dan Jiro,serta Samatoki dan Jyuto tahu penyakitnya.
Saburo takkan pernah memberitahu Riou soal penyakitnya,karena baginya itu tidaklah penting.
Jyuto mendecih perlahan,"Pegang dulu."ia menyerahkan payungnya pada Saburo yang hanya mengerinyit bingung sebelun menerima payung itu sembari gemetaran. Jyuto melepas jas yang membalut tubuhnya lalu menyampirkannya di bahu Saburo sebelum merebut payung itu kembali dari Saburo,"Aku gak mau kau pingsan karena kedinginan,karena itu sudah pasti akan merepotkanku."pria itu mengatakannya tanpa menatap Saburo,seolah tak berniat mengatakannya namun harus.
"Hai...,terima kasih."Saburo mengeratkan jas itu,tanpa sadar menghirup aroma maskulin milik Jyuto,ingatannya memutar dimana dahulu ia pernah kehujanan seperti ini dan Riou mengantarnya pulang hampir sama persis bagaimana Jyuto mengantarnya pulang sekarang, hanya saja,dahulu Riou jauh lebih ramah daripada Jyuto yang menjemputnya sekarang. Ia ingat bagaimana Riou menyampirkan jaketnya sembari tersenyum pada Saburo dan lainnya.
Ia merindukan pria itu.
Sungguh.
"Ayo masuk!"perintah itu menyadarkan Saburo dari lamunan singkatnya,"A-ah... iya."Saburo masuk ke mobil patroli Jyuto sembari memeluk dirinya sendiri. Jyuto diam-diam menghela napasnya khawatir melihat keadaan Saburo saat ini, cukup mengenaskan. Ia menyalakan mesin mobilnya,lalu pemanas di mobilnya dalam suhu ideal untuk Saburo kemudian menjalankan mobilnya membelah jalanan Yokohama.
"Jyuto-san,"panggil Saburo,Jyuto hanya berdeham sebagai jawaban,"A-apa... akhir-akhir ini kau bertemu Riou-san? Dia bilang padaku kalau dia sangat sibuk,aku... sedikit khawatir tentangnya."pertanyaan itu membuat Jyuto tanpa sadar mengeratkan gigitannya pada rokoknya yang belum ia bakar,ia menjawab tanpa menghilangkan fokusnya pada jalanan,"Saburo,putuslah dengannya. Ia tak baik buatmu."
"Eh? Kenapa kau bilang seperti itu?"tanya Saburo dengan nada kesal, Jyuto memijit pelipisnya,"Dia tak baik,untukmu."Saburo terdiam,ia berusaha mencerna maksud dari omongan Jyuto namun ia tak mengerti sama sekali,"Kita sudah sampai."kata Jyuto memecah keheningan,Saburo terlonjak kaget,"A-ah ya."ia segera turun dari mobil patroli Jyuto dan berjalan cepat memasuki lift bersama Jyuto. Keheningan menyelelimuti mereka ketika berada didalam lift maupun setelahnya,"Pe-permisi."gumam Saburo ketika memasuki apartemen mewah milik Jyuto. Ia melihat sekitar dan menemukan Samatoki yang tengah merokok sembari menonton televisi,Samatoki yang menyadari kehadirannya segera mematikan rokoknya,seolah tak suka merokok didekat Saburo.
"Mandi sana,pakaianmu ada dilemari handuk."perintah Jyuto tanpa menatap Saburo. Yang diperintah hanya mengangguk,lalu berjalan meninggalkan dua anak adam itu,"Jyut,"Samatoki memecah keheningan setelah Saburo masuk ke kamar mandi,"Lagi?"Jyuto mengangguk,"Ckckck,setia banget sih dia. Emang ya,setia sama goblok kadang bisa beda tipis."sahut Samatoki setengah menghujat,"Eh Riou nya juga goblok sih,nyia-nyiain Saburo demi budak koparat yang udah jelas-jelas bakal milih si Gigolo."
Jyuto tertawa mendengarnya,apa yang dikatakan Samatoki ada benarnya,Riou bodoh karena masih mengharap si budak koparat dan Saburo bodoh karena masih mengharap Riou. Jyuto menyesap kopi yang dibuat Samatoki,"Dia pake alesan sibuk,padahal bukan gue ga tahu kalau dia malah kencan sama Doppo di Shinjuku."
"Emang ya,cinta bisa bikin orang bego."
Saburo yang diam-diam mendengar pembicaraan kedua sahabat sang terkasih meremat dadanya,tiba-tiba saja ia merasa dadanya sesak. Ia menggeleng-geleng,berusaha menepis omongan Jyuto dan Samatoki. Ia hampir saja limbung di kamar mandi kalau ia tak segera meraih pegangan handuk,ia duduk diatas kloset,napasnya memburu, jantungnya berdetak sangat keras.
Samatoki yang merasa ada yang aneh meminta Jyuto untuk mengecek keadaan Saburo. Pria itu segera mengetuk pintu kamar mandi bertepatan dengan Saburo yang ambruk tak sadarkan diri,"SABURO!!"teriak Jyuto khawatir. Ia segera menggendong Saburo ala bridal dan membawanya ke ruang tengah,"Tok,telepon Jakurai-sensei sekarang juga!!"perintahnya sembari membaringkan Saburo diatas sofa. Samatoki segera menelepon Jakurai, lalu menelepon Ichiro. Tak lama,orang yang ditunggu pun datang,Jakurai segera memeriksa keadaan Saburo dan Ichiro sedang mengelus surai hitam sang adik,
"Ichiro-kun,keadaan adikmu ini sudah tak bisa dipermainkan lagi."Jakurai memulai,"Dia... harus segera mendapat donor jantung,kalaupun bukan donor,jantungnya harus segera dioperasi."
"Be-begitu ya?"Ichiro terkejut bukan main ketika ia mendengar kondisi sang adik yang semakin memburuk. Jakurai mengangguk sembari menatap Saburo prihatin,"Operasinya bisa segera aku siapkan,"pria itu menghela napasnya,"Tapi kami butuh persetujuan dari pihak keluarga dan... kalian harus tahu,keberhasilan operasi ini tak lebih dari sepersen dan belum lagi kondisi Saburo yang semakin..."Jakurai tampak tidak tega mengatakannya.
Tapi mereka semua tahu,kondisi Saburo semakin memburuk.
Suatu ketika,rasa tidak percaya Saburo semakin tinggi terhadap kedua sahabat sang terkasih yang terus menerus meminta mereka putus. Samatoki yang emosi akhirnya membawa Saburo ke sebuah cafè di Shibuya,lalu memperlihatkan sesuatu yang membuat Saburo shock berat,
Riou sang kekasih tengah mencium bibir budak koparat dengan sangat mesra.
"Sialan,"makinya,jantungnya mendadak berdetak sangat cepat,ia kemudian jatuh tak sadarkan diri,"JUT TELEPON AMBULANS SEKARANG JUGA!!"teriak Samatoki sembari menggendong Saburo ala bridal. Teriakan Samatoki membuat Riou menoleh,ia melihat ujung surai hitam di pelukan Samatoki,firasatnya berkata kalau itu adalah Saburo. Ia segera meninggalkan Doppo dan menarik bahu Samatoki,"Siapa itu?"tanyanya,Samatoki menoleh kemudian melirik Riou sinis,"Bukan siapa-siapa."
Jyuto datang bersama Jakurai,"Ini Jakurai baru sam-eh?"ia menatap Riou yang menatap Saburo dengan tatapan yang tak bisa diartikan, Samatoki mendecih pelan,ia menyerahkan Saburo pada Jakurai untuk ditangani lebih lanjut. Riou menatap Samatoki tajam,"Apa yang kaulakukan padanya?"
"Harusnya aku yang bertanya,apa yang kaulakukan pada adikku, bajingan!"teriak seseorang,yaitu Ichiro. Ichiro berjalan mendekati Riou dan Samatoki lalu menonjok pipi pria itu,"Bajingan tengik."makinya kasar, membuat Riou terdiam,"Belum cukup kau menyakitinya,hm?"satu tinjuan akan dilayangkan Ichiro,namun dengan sigap,Jyuto menahan Ichiro,"Jangan,kau bisa mendapat masalah lebih besar nantinya."
Sejak saat itu,Riou tak pernah melihat Saburo lagi selama setengah tahun. Ia mulai berpikir ulang tentang hubungannya dengan Doppo,ia mulai berpikir kalau apa yang ia lakukan adalah kesalahan dan ia mulai menyesal. Ia berusaha mencari Saburo kemanapun,ia menghubungi semua orang yang ia kenal dan kelihatannya mereka memang menyembunyikan Saburo.
Sementara itu,Saburo yang sedang berada di Korea,sedang berpikir ulang soal hubungannya dengan Riou. Ia mulai berpikir rasional dan hatinya setuju untuk memutuskan hubungan itu. Bukan sedang berlibur,ia dalam masa pemulihan semenjak ia menerima operasi jantung.
Sekembalinya ia ke Jepang,ia segera menemui Riou di tempat mereka kencan pertama,ia menatap manik ocean blue yang terlihat dipenuhi oleh penyesalan,"Kau... selingkuh,di belakangku?"Riou tahu,ini adalah saat yang tepat untuk berkata jujur dan meminta maaf,"...ya. Tapi aku sudah putus dengan Doppo. Aku menyesali semuanya,aku.."
"Aku ingin memulai semuanya dari awal lagi. Aku sadar,tak seharusnya aku menyia-nyiakanmu,dan ya... aku minta maaf."
Saburo tertawa sinis,"Sayangnya aku sudah tak lagi mencintaimu. Maaf, kita putus disini."Riou terdiam ketika mendengar ucapan Saburo,ia segera menggenggam tangan yang segera menarik tangannya,"Aku benci kau, dan ini,"
Plakkkk!!
"Hadiah dariku,aku tak ingin berurusan denganmu lagi,bajingan."
Terlambat,Riou tak bisa lagi meminta Saburo melanjutkan hubungan mereka. Saburo sudah pergi,tanpa ada kata perpisahan yang layak selain tamparan super keras untuknya.
Ia berusaha mendapatkan Saburo kembali,namun Saburo yang sudah terlanjur membenci Riou,memutuskan untuk pindah ke Sapporo. Disana ia kembali menjalani pengobatan karena jantungnya kembali bermasalah,Jakurai memberitahunya untuk mengoperasi jantungnya,ia harus melakukan transplantasi,namun Saburo menolak,ia merasa hidupnya sudah cukup sampai disini. Jakurai tak bisa memaksanya,ia mau tak mau membiarkan bungsu Yamada itu seadanya,
Sebelum akhirnya ia meregang nyawa diatas brangkar rumah sakit,sendirian.
Meninggalkan Riou dengan penyesalan tanpa akhir.
End
[
A/N]
Plot by me
Story by me
Ending by me
Gadanta huhuhu (ㅜ ㅇㅜ t)
Janlup voment
Regards
Ark Akifuyu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro