Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

File 75: Fallen King

Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
FallenKing!Riou x Saburo
Genre: Fluff,Angst,and others
Warn: OOC,Typo and others

"Riou,aku minta kau untuk melanjutkan kedudukanku sebagai direktur utama perusahaan kita."pinta ayahnya,nada tegas nan dingin dikeluarkan,Riou memutar bola matanya malas,"Aku-"

"Jangan menolakku,Riou. Aku tidak menerima penolakan."potong Rei sebelum Riou dapat menyelesaikan ucapannya,Riou menggerutu kecil,ia menggeram,"...tch,aku akan memikirkannya nanti."sahut Riou,ia lalu berjalan keluar dari ruangan sang ayah,"Namun kemungkinan besar,aku akan menolaknya,AYAH."katanya tanpa menoleh,membuat Rei tersenyum nyaris menyerigai.

Riou segera berjalan ke kamar pribadinya,ia segera memasukkan beberapa benda berharga ke dalam tas ranselnya yang tak terlalu besar, kemudian menelepon seseorang,yaitu teman setianya,"Halo,Jyuto?"

"Ya? Ada apa?"

"Kamu bisa jemput aku gak? Kita ketemu didekat sekolah dasar."

"Eh? Bisa,yaudah bentar ya,ini aku mau jalan."

Riou segera memutus panggilan,ia memasukkan kartu ATM yang ia buat tanpa sepengetahuan siapapun, bersama beberapa data diri yang ia buat dengan pertolongan Samatoki. Juga beberapa helai pakaian,

Ia akan kabur dari rumahnya.

Ia mengendap,dengan sangat berhati-hati ia bergerak keluar dari rumahnya. Ia akhirnya berhasil keluar dari rumah itu,yang tentu saja sangat sulit dan membuatnya harus melumpuhkan beberapa penjaga yang berlalu-lalang.

Dan disinilah ia,menatap gerbang kediaman keluarganya dengan senyum sinis,"Selamat tinggal, keluarga Busujima."

♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆♡☆

Jyuto benar-benar menepati janjinya untuk menjemput Riou,ia menatap sahabatnya yang duduk di kursi belakang bersama ranselnya,"Lo mau kemana?"tanyanya tanpa nada formal yang biasa ia keluarkan ketika sedang menelepon atau ditelepon Riou,Riou tersenyum tipis,"Ikebukuro."jawabnya singkat,Samatoki mengerinyit bingung,"Ngapain?"

"Mau minta tolong seseorang,lah. Apa lagi?"tanya Riou balik,"Lo kabur?"tanya Jyuto penasaran. Riou hanya mengangguk,"Aku diminta meneruskan perusahaan. Dan aku nggak mau."jawab Riou sembari menatap keluar jendela,"Kenapa?"Samatoki bertanya dengan nada sarkas,

Riou memutar bola matanya jengah,"Malas."jawabnya singkat,

Tanpa sadar membuat Jyuto tertawa kecil karena pria itu tahu alasan Riou yang sebenarnya. Samatoki mengambil sebatang rokoknya,"Apaan alasan kayak gitu?"ia mengeluarkan pemantik dan memantik rokoknya,lalu membuka jendela mobil agar asap rokok dapat keluar.

"Ya gitu,"sahut Riou lagi,"Capek aku tuh,dari kecil serba dikekang ini itu harus sesuai permintaan ayahku,"ia memulai curhatannya,"Sebenarnya aku tak diijinkan berteman dengan kalian,tahu."

"Eh? Kenapa?"tanya Jyuto sembari melirik Riou dari kaca spion,Riou menghela napasnya kasar,"Ayahku menganggap kalian membawa perilaku buruk,buatku. Itu katanya, yah aku tahu sendiri alasan sebenarnya karena kalian tak sekaya keluarga kami,itu alasan ayahku yang sebenarnya. Toh,teman-temanku yang tak kalah kaya,jauh lebih bajingan daripada kalian berdua."

"Anjir,"sahut Samatoki tak terima,ia menoleh dan menatap Riou tajam,"Sialan banget ya bokap lo! Ga pikir apa? Gue itu jauh lebih ganas dari dia?"Riou tertawa kecil,"Ya, itulah ayahku. Aneh ya,aku saja masih bingung kenapa adikku masih mau bertahan dirumah itu."

"Omong-omong,"Jyuto menyela obrolan keduanya,"Lo mau diantar kemana,Ri? Ini kita udah di Ikebu."Riou tersenyum tipis,"Yamada sankyoudai."

"Hah?"

"Iya,kalian gak salah dengar kok."Riou lagi-lagi menatap keluar jendela,"Aku mau minta tolong bungsu Yamada."

"Oh,yaudah."Jyuto segera mengantar Riou ke kediaman Yamada bersaudara,setelah ia memastikan sahabatnya akan baik-baik saja,ia pun meninggalkan Riou disana sendirian.

Dan disinilah Riou sekarang,ia sedang mengetuk pintu kediaman Yamada bersaudara.

"Ya sebent- eh,ada apa Riou-san?"tanya Saburo sembari menatap Riou dengan tatapan bertanya,Riou menghela napasnya,"Bolehkah aku tinggal bersamamu?"tanyanya tanpa banyak basa-basi. Saburo mengerjap beberapa kali,ia menatap Riou,"Tentu saja boleh! Aku akan merapikan kamar untukmu dahulu,"Saburo bergeser dari depan pintu,memberi jalan untuk Riou agar pria itu dapat masuk.

Riou berjalan masuk setelah melepas sepatunya,ia menatap kediaman Saburo yang ia ingat tak berubah banyak semenjak kedatangannya ketika pernikahan Jiro dengan sahabatnya,ia lalu duduk di sofa sembari menunggu Saburo.

"Nah,kau bisa memakai kamarku,"kata Saburo yang baru saja keluar dari kamarnya,ia menatap Riou yang terpaku dalam lamunannya sendiri,"Ada apa,Riou-san? Tumben sekali kau ingin tinggal bersamaku?"

Riou tertawa kecil menanggapinya, ia menatap Saburo lembut,"Aku akan meletakkan tasku terlebih dahulu, omong-omong,"ia bertanya sembari meniti anak tangga,"Apa kedua kakakmu takkan marah kalau aku tinggal disini?"Saburo menggeleng kecil,ia berjalan dibelakang Riou,"Tentu saja tidak,rumah ini jadi tanggung jawabku."

Riou meletakkan tasnya diatas ranjang Saburo,ia membongkar isinya dan menyusunnya di lemari Saburo yang sengaja dikosongkan anak itu untuknya,sementara Saburo hanya diam menunggu Riou menjelaskan, sembari melipat tangannya didepan pintu kamarnya. Riou berbalik setelah selesai merapikan bawaannya,"Kau tahu? Aku kabur dari rumah,dan aku bukan lagi bagian Busujima."

"Hah? Gimana?"tanya Saburo dengan nada terkejut,Riou tertawa kecil,"Itu tak lagi penting buatku,tahu. Yang penting aku sudah bebas dari sangkar sialan itu,"katanya sarkas,"Dan lagi, aku tak terlalu peduli akan apa yang akan terjadi kedepannya."Saburo tersenyum tipis,"Yah... terserahmu sajalah bagaimana kedepannya."

"Hahaha,arigatou na,Saburo."tawa Riou lalu mengecup pucuk kepala Saburo,membuat pipi anak itu memerah karena malu,"Un..."

"Aku harus mengkondisikan wajahku,"gumam Saburo dengan suara yang sangat pelan.

Riou beranjak ke dapur,ia akan membuat makan malam. Sementara itu,Saburo masih sibuk menepuk-nepuk pipi putihnya guna menghilangkan rona merah menyala akibat perbuatan Riou padanya tadi. Saburo lalu menyusul Riou ke dapur, ia menatap punggung lebar Riou yang tengah memasak,"Kau sedang memasak apa?"tanyanya penasaran, tanpa berbalik,Riou menjawab,"Lobster."

"Apa?"tanyanya memastikan,Riou kembali mengulangi,"Lobster,butler setiaku yang mengantarnya bersama beberapa bahan makanan yang lainnya."Saburo terdiam,"Serius?"lagi, ia bertanya untuk memastikan. Riou kembali mengangguk,"Cek saja kulkasmu,"perintahnya,Saburo segera menuruti perintah Riou,ia membuka kulkasnya dan terdiam,

Ada lobster,daging sapi wagyu,jamur truffle,ikan buntal,dan beberapa bahan makanan mewah yang Saburo tak tahu apa saja itu.

"...o-oh... lalu mie dan susu milikku disimpan dimana?"tanya Saburo sembari masih menatap isi kulkasnya, dengan wajah tanpa dosa Riou menjawab sembari menuangkan masakannya ke piring untuk ditata,"Aku buang."

"Hah?"Saburo mendelik,"Itu mie kesukaanku!! Dan susu itu adalah persediaan hingga akhir bulan!!"Riou kembali menatap Saburo,"Tapi aku sudah menggantinya dengan yoghurt dan mie berkualitas premium."

"AKU SUKA MIE DAN SUSU YANG ITU,"amuk Saburo sembari menghentakkan kedua kakinya kesal, Riou tertawa kecil,"Ya sudah,nanti kita beli sekardus besar,ayo makan."ajaknya pada Saburo.

"....Ya,ayo."

Keduanya tinggal bersama dalam waktu yang lama,membuat salah satu atau bahkan keduanya jatuh cinta. Mustahil jika dua anak manusia tinggal bersama,dan tak memiliki bibit-bibit cinta yang mereka tumbuhkan dengan sengaja ataupun tidak.

Riou akhirnya membulatkan tekad untuk melamar Saburo,yang segera diangguki Saburo.

Mereka berdua mengikat kasih sebagai sepasang kekasih,kehidupan mereka hampir selalu damai tanpa adanya perseteruan atau semacamnya. Mereka sepakat,untuk saling mengisi dan saling melindungi.

Saat Saburo marah,Riou pasti akan diam dan mendengarkan keluhan Saburo,begitu pula sebaliknya.

Saat Riou sakit,sebisa mungkin Saburo merawatnya,yang berlaku juga sebaliknya.

Bukan tanpa alasan Riou menyukai Saburo sebagai kekasih. Ia tahu, sangat tahu kalau Saburo itu berbeda dari semua orang yang dahulu pernah dekat dengannya,Saburo itu apa adanya dan bukan ada apanya, lembut hati juga penuh sopan santun. Setelah itu,bahkan setelah Saburo tahu betapa kaya-nya keluarga Riou, anak itu tak pernah sekalipun berpikir untuk memanfaatkan hal itu. Saburo adalah orang yang dicari dan diidamkannya selama ini.

Namun,suatu ketika,saat mereka berdua tengah menonton bersama, Riou tiba-tiba saja bertanya,"Hei Saburo,jika aku pergi,apa yang akan kaulakukan?"Saburo mendongak, menatap Riou polos,"Aku akan menunggumu."

Riou hanya diam sejenak,ia lalu bertanya lagi memecah kesunyian,"Kalau... aku tidak kembali?"

"Aku akan tetap menunggumu selama apapun itu,Riou-san."jawab Saburo sembari tersenyum manis. Riou menatap Saburo yang tersenyum manis padanya,kedua sudut bibirnya naik beberapa derajat,membentuk curva senyuman,

Namun itu bukanlah senyum bahagia, melainkan senyuman sendu.

"Kalau aku pergi dan tak kembali,"ia menatap Saburo yang menatapnya dengan tatapan polos,"Aku minta kau lupakan saja aku."

"Kau ini kenapa sih,Riou-san?"tanya Saburo khawatir,Riou kembali tersenyum tipis,"Tidak,aku tidak apa-apa kok."

"Jangan pernah pergi dari hidupku, Riou-san."pinta Saburo,membuat manik ocean blue Riou membola,ia melihat ekspresi lain dari Saburo yang jarang sekali memperlihatkan ekspresi seperti,

Sendu,sedih bercampur takut dan marah.

Ia segera menarik Saburo ke pelukannya dan memeluk anak itu erat,ia enggan melepas pelukannya dan begitu pula Saburo. Keduanya berbagi kehangatan,juga perasaan terpendam yang tulus,keduanya tak ingin berpisah namun Riou harus pergi,

Ia harus tetap melanjutkan amanah ayahnya sekalipun ia tak mau.

Dan itu artinya ia harus pergi dari Saburo,meninggalkan sang terkasih dalam ikatan kasih mereka,walau hati tak rela namun apa boleh dikata? Tak ada yang bisa menentang takdir.

Ia mengambil keputusan besar itu bukan tanpa alasan,pertama,adiknya tak bisa menggantikannya sebagai penerus. Kedua,ia dan Saburo mulai diterror oleh keluarga Riou yang memintanya pulang. Ketiga,ayahnya sudah semakin tua dan itu membuatnya harus segera mengambil alih,sedikit takut akan ada hal yang tak diinginkan terjadi. Juga beberapa alasan lainnya,yang takkan pernah dikatakan oleh Riou.

"Maafkan aku,Saburo."

Keesokan paginya,Riou benar-benar hilang dari kediaman mereka berdua. Membuat Saburo khawatir dan berusaha menelepon pria itu,namun tak ada jawaban alias ponselnya nonaktif. Bagaimana Saburo tak khawatir?

Biasanya saat ia bangun pagi,akan ada aroma masakan didapurnya,juga sapaan lembut dari Riou. Kalaupun pria itu pergi berbelanja,Riou pasti akan meninggalkan sebuah note yang ditempelkan di pintu kulkas.

Dan saat Saburo membuka lemari pria itu,ia terkejut,hanya tersisa sehelai kaus milik Riou dan pakaian lainnya lenyap tak bersisa,begitu pula tas besar miliknya.

Saburo jatuh berlutut,ia shock.

Ia tak mengira pertanyaan Riou kemarin malam akan berbuntut seperti ini.

Siang hari pun tiba,Soraru tiba-tiba saja datang ke kediamannya dan membawanya ke tengah kota Yokohama,"Saburo,kau harus lihat ini! CEO yang baru dari perusahaan Busujima.Inc baru saja dilantik."

"Ha?"tenggorokan Saburo terasa tercekat,ia menoleh dan menatap Soraru dengan tatapan yang tak bisa diartikan,"A-adiknya Riou-san'kan?"

Sayangnya,Soraru menggeleng,"Bukan adiknya,tapi Riou."

Saburo menunduk,"...begitu."gumam Saburo lirih.

Mereka berdua sampai di tengah kota, Soraru segera memarkirkan mobilnya didepan sebuah restoran. Ia dan Saburo menatap layar televisi besar yang tertempel disebuah gedung.

Saburo menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Diaini saya Rei Busujima turun dari jabatan saya selaku CEO dan jabatan saya akan diturunkan kepada putra sulung keluarga Busujima,yaitu Riou Mason Busujima."Rei mundur dari posisinya dan digantikan oleh Riou.

Riou naik ke podium,namun wajahnya tak terlihat senang akan apa yang ia dapatkan. Wajahnya berubah tiga ratus enam puluh derajat dari yang terakhir kali Saburo lihat,dingin dan suram,sorot matanya memperlihatkan kalau dia sudah 'mati didalam' dirinya.

"Saya disini sebagai penerus ayah saya,Rei Busujima sebagai CEO baru perusahaan keluarga kami. Disini saya akan berkontribusi penuh pada setiap teknologi dan obat-obatan medis yang kami teliti dan ciptakan. Saya juga akan..."

Saburo tak sepenuhnya mendengar, ia hanya bisa terdiam seribu bahasa bersama Soraru yang tetap setia disisi Saburo sebagai teman setianya.

"...dan sekian dari saya,saya undur diri,terima kasih dan selamat menikmati hari-hari anda bersama kami."

Tatapan Saburo berubah,ia menunduk. Ia bahkan tak tahu kalau Soraru sudah membawanya kembali ke mobil,"Jadi,kau mau kemana sekarang?"pria bersurai biru itu bertanya dengan hati-hati. Saburo menatap lurus ke depan,tatapannya menerawang,"Aokigahara."

"Hah?"Soraru tak percaya sahabatnya akan meminta untuk pergi ke hutan terlarang itu,"Aku bilang Aokigahara! Kau mendadak tuli atau bagaimana?"

"...baiklah."Soraru segera menjalankan mobilnya ke hutan terlarang itu,entah sudah berapa jam mereka berdua berada di mobil Soraru. Tak ada yang memulai pembicaraan,suasana di mobil pun hanya diisi keheningan yang semakin mencekam dari menit ke menit.

Keduanya akhirnya sampai di hutan terlarang itu,Saburo menatap Soraru dengan tatapan pahit nan kosong,"Aku pergi dulu ya,terima kasih sudah mengantarku sejauh ini. Jaga dirimu,dan kalau kau bertemu Riou-san,sampaikan salamku padanya."Soraru menatap sahabatnya,"Saburo,bukankah ini salah?"

Saburo menggeleng kecil,"Riou-san juga sudah mati,kalaupun ia tak kembali seperti perkataannya,itu artinya aku harus menyusulnya."

Soraru yang mengerti arti perkataan Saburo hanya bisa mengangguk kecil, ia lalu menatap Saburo dengan tatapan lembut,"Ya,selamat tinggal."

Saburo keluar dari mobil berwarna hitam itu,ia tersenyum tipis melihat Soraru sebelum berjalan memasuki gerbang hutan terlarang itu dengan sebuah pisau di tangan kirinya dan sebuah tali di tangan kanannya.

Ia memanjat pohon yang ia rasa pas, lalu mengikatkan tali yang ia bawa, ia lalu melingkarkan tali itu dilehernya dan meloncat turun. Pisau yang ia bawa,ia goreskan ke urat nadi di tangannya dan ia tusukkan ke perut juga dadanya,"Selamat tinggal, semuanya."bisiknya sebelum merenggang nyawa di hutan kematian itu. Kematiannya diiringi suara burung gagak yang seolah sedang menyanyikan lagu kematian buatnya,Saburo memejamkan matanya ketika shinigami menyabetkan sabitnya dan mengambil nyawanya,"Selamat tinggal."ucapnya sekali lagi.

End

[A/N]
Plot by me
Story by me
Ending by me

Jangan lupa voment

Regards
Ark Akifuyu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro