File 70: Futaritomo
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Genre: Angst
Warn: OOC,Typo and others
Dengan ini,pemenangnya adalah Mad Trigger Crew dari Yokohama!
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Entah berapa lama semenjak kekalahan dari Buster Bross! Saburo sungguh tak ingin tahu,yang ia tahu saat ini hanyalah kedua kakaknya menolak dirinya bahkan membencinya, begitu pula dunia. Dunia yang dahulu sangat mencintai dirinya,menyayanginya bahkan mendukung seluruh keputusannya, kini balik menyerangnya. Ia dibenci oleh semuanya. Semua beranggapan kalau kekalahan ini adalah kesalahan Saburo seorang.
Saburo menatap kedua kakaknya dengan tatapan memelas,saat itu cuaca dalam keadaan bersalju,bulan desember yang seharusnya menjadi bulan yang ia nanti,kini ia membenci bulan desember. Jiro menarik kerah jaketnya keluar rumah,bersama Ichiro yang memegang tas berisi pakaian sang adik. Mereka berdua dengan teganya mendorong Saburo keluar rumah,lalu melemparkan tas berisi pakaian itu ke kaki Saburo,"Enyah kau dari sini!"teriak Ichiro,"Kami tak membutuhkanmu!"sahut Jiro. Manik hetero Saburo membulat ketika ia mendengar bantingan pintu,dengan sia-sia ia menggedor pintu itu, meminta belas kasihan dari sang kakak.
Saburo tertunduk ketika ia sadar kalau ia tak memiliki siapapun di dunia ini. Ia harus berjuang sendirian. Ia berjalan dibawah dinginnya salju, dengan sia-sia mengeratkan jaket yang ia pakai untuk menghalau dingin. Saat ia pergi ke ATM,ia baru sadar kalau rekeningnya yang berisi uang hampir satu juta yen telah dibekukan,dan ia tahu siapa pelaku pembekuan rekeningnya.
Kalau bukan kedua kakaknya ya orang yang membencinya.
Kepalanya kembali tertunduk,ia merogoh dompetnya dan membukanya,hanya tersisa beberapa ribu yen untuk bertahan hidup. Ia tak tahu harus kemana dan bagaimana ke depannya,otaknya mendadak beku.
Sementara itu,Riou yang sedang berada di basecamp MTC,tengah menyeruput teh hangat sembari menatap keluar jendela,menatap dinginnya cuaca saat itu. Ia menatap jendela dengan pandangan menerawang seolah sedang memikirkan sesuatu,pikirannya memutar ingatan bagaimana tatapan Saburo terhadapnya,ketika anak itu tahu kalau mereka kalah.
Seperti... tatapan pahit dan kosong? Riou tak tahu,namun ia merasa kemenangannya adalah kesalahan.
Ia meletakkan cangkir tehnya dan menatap kedua tangannya, mengingat bagaimana ganasnya ia menyerang bungsu Yamada itu,oh ayolah,sebenarnya anak itu masih dibawah umur,tapi mengapa anak itu harus turut dalam rap battle gila ini?
Ia harus melakukan sesuatu,ia tahu itu.
Ia akan keluar dari Mad Trigger Crew dan mencari anak itu,meminta maaf dan menebus semua kesalahannya. Ia berjalan kearah lemarinya,lalu memasukkan semua isi lemarinya ke dalam sebuah ransel besar. Ia memutuskan untuk keluar dari semua kegilaan ini. Ia keluar dari kamarnya, menatap kedua temannya yang tengah menikmati euforia kemenangan lalu duduk dihadapan keduanya,"Aku ingin bicara."ia berkata dengan nada tegas.
Jyuto dan Samatoki menatap teman satu tim mereka,"Katakan saja."kata Samatoki sembari menghisap batangan tembakaunya,"Aku ingin keluar."sahut Riou,membuat Jyuto yang tengah menuangkan vodka untuk Riou seketika berhenti,"Apa?"ia bertanya untuk memastikan. Riou tersenyum tipis,"Aku keluar dari MTC."
"Kenapa kau mau keluar,bajingan?"Samatoki meremas rokok yang tengah ia pegang,tatapan beringas ia layangkan pada Riou,"Apa ini karena si bungsu Yamada itu? Gara-gara dia,kau jadi aneh,Riou."kata Jyuto sembari meletakkan gelas minumannya. Riou tertawa kecil,"Tentu saja tidak,ini alasan pribadi. Tenang saja,semua barangku sudah aku rapikan kok."
Saburo mengeratkan jaket yang ia pakai,ia duduk didepan sebuah emperan toko,sedang memikirkan bagaimana kedepannya. Ke Shibuya dan meminta tolong Ramuda? Tidak tidak,Saburo tahu itu ide buruk. Dan lagi uangnya akan habis jika ia jauh-jauh ke sana. Shinjuku? Bukan ide buruk memang,tapi ia tak ingin merepotkan mereka. Dan masalah uang adalah yang harus ia pentingkan. Ponselnya sudah rusak, ia tak bisa mencari uang untuk sementara.
Riou akhirnya keluar dari Mad Trigger Crew,ia segera berangkat ke Ikebukuro untuk menemui bungsu Yamada itu. Firasatnya buruk,seolah akan Saburo terjadi sesuatu pada Saburo. Berjalan dengan cepat,ia mencari Saburo ke seluruh Ikebukuro.
Saburo menunduk,ketika ada beberapa pria berbadan besar yang ia ketahui adalah preman setempat tengah meminta uangnya,ia tetap berusaha mempertahankan uangnya bahkan ketika para preman itu mulai memukulinya. Dengan kekuatannya yang tersisa,Saburo berusaha mempertahankan barang-barangnya yang tersisa,"Hei!!"ia kenal suara bariton itu. Dan ia tak ingin menoleh karena ingat apa yang sudah dilakukan oleh pemilik suara itu pada dirinya.
Para preman itu segera menyingkir, ketika Riou mengeluarkan senjata api miliknya. Saburo terduduk diatas dinginnya salju,menutup wajahnya hingga tak seorangpun bisa melihat.
Riou menatap Saburo yang berjongkok dibawahnya,ia mengulurkan yang langsung ditepis Saburo,anak itu mendongak dan menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan,"Belum cukup kau melihatku kalah?!"bentak Saburo, ia menatap Riou penuh kebencian sementara manik hetero-nya terus dialiri air mata,"MASIH BELUM CUKUP BAGIMU? SAMPAI AKU DIUSIR DAN DIBENCIPUN MASIH BELUM CUKUP BUATMU?!"Saburo dengan kasar membentak Riou,ia menangis tersedu ketika berteriak.
Riou segera merengkuh Saburo dalam pelukannya,ia memeluk Saburo dengan sangat erat,"Maaf,"ia bergumam,"Maafkan aku... maaf... ini salahku."ia terus berbisik meminta maaf,seolah tak peduli kalau Saburo mulai memukuli dadanya walau dengan lemah. Saburo menatap manik ocean blue dengan tatapan benci,"Aku... benci kau."bisiknya, sebelum kehilangan kesadarannya.
'Tidak,yang benar saja! Apa... apa yang harus kulakukan? Oke oke, jangan panik dulu... tenang,kau pasti tahu apa yang harus kaulakukan, Riou!'batin Riou ketika melihat Saburo melemas dipelukannya, dengan cepat,ia menggendong Saburo ala bridal dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Badan Saburo panas,napasnya cepat,Riou tahu anak itu tidak baik-baik saja.
Saburo tersadar beberapa saat kemudian,manik heteronya mengerjap perlahan,berusaha menyesuaikan cahaya yang menusuk penglihatannya,ia segera mundur menjauh ketika ia tahu ia dimana. Rumah Sakit. Ia benci rumah sakit,ia benci para dokter dan suster yang seolah membencinya,juga selalu mencekokinya dengan berbagai obat yang ia tak tahu obat apa saja itu.
'Dimana aku? Bagaimana caraku keluar?'batin Saburo. Ketika ia mendengar suara pintu terbuka,ia semakin beringsut mundur menjauh. Jakurai tersenyum lembut,"Akhirnya kau sadar,Saburo-kun."serigala Matenrou,Saburo mencoba-coba mengira ia berada dimana,"A-aku dimana?"tenggorokannya terasa tercekat,"Ke-keluarkan aku dari sini, aku mohon!!"pinta Saburo,manik heteronya bergerak tak fokus,ia menangis ketakutan. Dahi Jakurai mengerinyit,"Tenanglah Saburo-kun. Semua akan baik-baik saja."ia berusaha mendekati Saburo,namun tangannya ditepis kasar oleh Saburo.
Riou muncul dari belakang Jakurai,ia secara perlahan mendekati Saburo tanpa peduli akan teriakan Saburo dan raungan ketakutannya. Ia langsung memeluk Saburo dengan sangat erat,menghentikan pergerakan anak itu,"Egh!"Saburo berontak,ia dengan sia-sia berusaha memukuli Riou,berusaha melepaskan diri. Riou menoleh,menatap Jakurai yang tampak berpikir,"Sensei,aku akan membawanya pulang. Apa ada obat yang harus dia minum?"tanya Riou pada Jakurai.
Jakurai tersenyum tipis,"Tidak,tidak ada."Riou kembali mengangguk,"Huft, baiklah sensei,terima kasih."ia menggendong Saburo ala koala,lalu tersenyum tipis saat berpapasan dengan sang serigala Matenrou.
Riou segera membawa Saburo pulang ke kediamannya di Yokohama,ia memutuskan merawat Saburo setelah mendengar penjelasan Jakurai.
"Riou-kun,saat aku memeriksa kandungan darah Saburo-kun,aku menemukan hal aneh. Ada obat-obatan yang sebenarnya hanya bisa dimiliki oleh pihak pemerintahan dan suster asistenku baru memberitahu kalau Saburo-kun adalah salah satu dari ribuan subjek dari Chūoku. Dia dibuang karena dianggap tak berguna dan itu membuatnya trauma akan obat dan rumah sakit."
'Chūoku sialan,'batin Riou ketika ia membaringkan Saburo diatas ranjangnya dan meletakkan tas kosong Saburo diatas lemari, pandangannya beralih pada Saburo yang tertidur meringkuk diaras ranjangnya,memeluk lutut dan menangis tanpa suara. Dengan perlahan,ia mendekati Saburo lalu mengelus surai kehitaman itu,menarik Saburo ke pelukannya dan membiarkan anak itu menangis di pelukannya.
Sudah beberapa minggu semenjak Saburo tinggal bersama Riou. Anak itu tak mau tidur bersama Riou,ia bahkan memilih untuk tidur di sofa ruang tengah,melakukan berbagai aktifitas terpisah dengan orang yang ia anggap sudah menghancurkan hidupnya. Saat ia tengah bersantai,sebuah paket datang buatnya. Paket itu ia buka saat ia tengah sendirian di kediaman Riou.
Sebuah boneka beruang berlumuran darah dan bagian jantungnya tertusuk pisau,ada sebuah surat disana. Berusaha memberanikan diri, Saburo membaca surat itu,
Gara-gara kau dia keluar dari kami.
Hanya beberapa kata,namun ia bergidik,takut melihat boneka itu. Ia segera melempar boneka itu ke lantai, hingga menimbulkan suara dentingan akibat pisau yang menghantam lantai. Ia memeluk lututnya sendiri, napasnya cepat.
Ia trauma.
Riou yang baru saja pulang,segera berlari ke dalam ketika ia mendengar suara dentingan pisau,"SABURO!!"ia berteriak saat mendekati Saburo,ia menatap Saburo yang sedang meringkuk diatas sofa,sementara di lantai ada sebuah boneka berlumur darah,"Saburo..."ia segera mendekati Saburo lalu memeluk anak itu erat, ketika anak itu menangis ketakutan.
Riou menatap pisau dan boneka itu, sembari masih menggendong Saburo, ia membuang boneka mengerikan itu. Saburo hanya bisa sesenggukan,tak bisa berbuat apapun saking ia ketakutan. Wajahnya pucat,tak berani melepas pelukan Riou,diam-diam ia merasa nyaman dipeluk seperti itu.
Semenjak ia tinggal bersama Riou,ia bukan mendapat tenang,ia dapat terror mengerikan dari Samatoki dan Jyuto yang menganggap dirinya adalah penyebab Riou keluar dari MTC,"Riou-san,"ia menatap Riou,"Apa aku penyebabmu keluar dari MTC?"
Riou terdiam sejenak,"Tidak,"jawabnya pada Saburo,'Ya,'jawabnya untuk dirinya sendiri.
Saburo terus mendapat terror,ia semakin ketakutan,semakin tak bisa tidur dan tak mau melakukan apapun selain memeluk lututnya diatas sofa dan menatap Riou dengan tatapan kosong. Ia takut,ia trauma,ia benci,ia marah,ia tak berani,ia takut,trauma benci takut trauma benci takut trauma benci takut takut takut!!!
Saburo menjambak surai hitamnya,ia menangis ketakutan lagi,lagi dan lagi, bahkan pada hal sederhana seperti suara ketukan pintu saja bisa membuat trauma-nya kumat. Suara apapun ia takut,suara orang berbicara,suara ketukan pintu,suara tanda pintu dikunci,suara pisau menghantam talenan karena sedang memasak,suara kompor dinyalakan,
Ia takut semuanya.
Tubuh Saburo semakin mengurus,ia bahkan tak mau makan dan minum apapun. Riou semakin khawatir,tentu saja. Bahkan dokter sejenis Jakurai puj tak mampu menangani Saburo, pria itu hanya bisa meresepkan obat penenang dan juga obat tidur dosis tinggi untuk Saburo.
Sudah berapa bulan semenjak terror itu ditangani langsung oleh Riou? Saburo bahkan tak diijinkan untuk membuka paket atau kotak apapun yang dikirimkan lewat post hanya untuk mencegah trauma-nya kembali kumat. Tak hanya paket,ia juga tak diijinkan memainkan ponselnya tanpa ada Riou didekatnya.
Saburo akhirnya memutuskan untuk keluar mencari udara segar sendirian, ia sadar kondisinya akan semakin memburuk jika ia tak keluar dan hanya mengurung diri dirumah,tanpa berinteraksi dengan siapapun kecuali Riou dan Jakurai juga Hifumi yang sesekali datang untuk menyemangatinya.
Namun ia tak sadar kalau itu adalah pilihan buruk.
Anak buah Samatoki sudah menunggu dirinya disetiap jalan yang akan ia lewati,tentu saja untuk menghabisi nyawanya. Samatoki dan Jyuto merasa sangat dendam juga benci pada seorang Yamada Saburo yang mereka anggap sudah mengacaukan tim mereka.
Entah bagaimana caranya,anak buah Samatoki berhasil menggiring Saburo ke sebuah gang sempit dan mengepungnya,masing-masing dari mereka memegang tali yang tersambung ke anjing-anjing kelaparan. Mafu menatap Soraru,"Kita benar-benar harus melakukan ini?"
Soraru mengangguk. Mafu menghela napas,"LEPASKAN!"segera,mereka melepaskan anjing-anjing lapar itu kearah Saburo yang berdiri ketakutan. Memejamkan mata sejenak,Mafu berusaha menulikan telinganya ketika ia mendengarkan teriakan meminta tolong Saburo,"GYAH!! TOLONG AKU!!"itu adalah teriakan terakhir Saburo sebelum tubuhnya dicabik anjing kelaparan.
Mafu berjalan keluar,bersama puluhan anak buah Samatoki yang lain. Ia mau tak mau menuruti perintah Samatoki.
Riou terdiam ketika ia mendapat telepon dari Jakurai yang memberi-tahu kalau ia menemukan Saburo dalam kondisi mati tercabik-cabik anjing lapar. Tanpa sadar,ia menjatuhkan ponselnya ke lantai, pandangannya berubah menjadi kosong. Ia segera menyambar jaket miliknya lalu pergi ke rumah sakit.
Apa yang ia lihat di kamar mayat, membuatnya merasa sangat hancur. Saburo diatas ranjang mayat,dengan tangan putus dan organ terurai berantakan,bahkan wajahnya saja nyaris tak bisa dikenali kalau bukan dari choker yang entah bagaimana masih terpasang rapi di leher jenjangnya,setelah meminta ijin pada Jakurai,ia melepas choker Saburo lalu menyimpannya.
Ia bersumpah akan membalas dendam pada siapapun yang membuat Saburo-nya tewas mengenaskan. Tidak peduli siapapun itu,ia akan tetap membalaskan dendam Saburo dan dirinya.
Tamat
[A/N]
Plot by me
Ending by RizuKyu
Story by me
Jan lupa voment
Regards
Ark Akifuyu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro