File 69: Hitman
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Riou x Yandere!Hitman!Saburo
Genre: Slight of Gore,Slight of Hurt and others
Warn: OOC,Typo and others
Malam itu cukup cerah,sebenarnya. Saburo tersenyum tipis menatap mayat dibawah kakinya,mayat pria tua yang tertusuk sebuah pisau. Ia berjongkok,lalu mengukir sesuatu di dahi pria itu,kemudian memotretnya.
Sbrs
Hanya empat huruf,membuat senyum Saburo mengembang sedikit lebih lebar. Ia berpikir akan bayaran yang akan ia terima esok hari,hanya dirinya yang tahu kalau pekerjaannya adalah pembunuh bayaran. Mungkin sepuluh juta yen cukup untuk hasil kerjanya kali ini,tidak meninggalkan sidik jari ataupun jejak yang bisa membuat dirinya atau kliennya bisa ditangkap oleh pihak kepolisian. Setelah ia menyiram bensin kearah mayat itu,ia membakar mayat itu hingga habis tak tersisa.
Ia keluar dari gang sempit itu,seolah tak memerdulikan luka di pahanya, kepalanya sedikit menunduk, memakaikan tudung hoodie-nya juga masker guna menutup identitas. Namun tetap saja,ia tanpa sengaja bertemu dengan Riou. Sial sekali,saat itu ia memakai kaus putih yang tentu saja kini berubah menjadi warna merah darah dan berbau anyir,"Saburo?"panggil pria itu,Saburo mendongak,menatap manik ocean blue yang menatapnya dengan tatapan tersirat,"Kita pulang!"
Riou langsung menyeret Saburo pulang,tanpa memerdulikan ringisan kesakitan Saburo ketika tangan mungilnya dicengkram demikian eratnya oleh Riou.
Bug!
Riou dengan sedikit kasar, menghempaskan Saburo ke sofa diruang tengah kediaman mereka,"Akh! Sa-sakit,bodoh! Apa-apaan kau ini?"bentak Saburo kesakitan,karena sebenarnya pahanya sedang terluka,
Luka tusukan,tentu saja. Tapi ia sudah terbiasa.
"Kamu yang apa-apaan! Berkeliaran di malam hari,kaus berlumur darah, habis ngapain kamu diluar sana?"tanya Riou balik,terselip nada khawatir diantara nada amarah itu. Saburo terdiam sejenak,"Da-darah apa? Mana ada darah!"jawabnya sedikit khawatir,"Don't lie to me, Sabu. Aroma tubuhmu anyir,kaus putihmu ternoda merahnya darah. Apa yang habis kau lakukan diluar sana?"tanya Riou lagi,ia takut Saburo-nya kenapa-kenapa.
"A-ah itu... aku tidak melakukan apapun,hanya... melawan pembullyku yang menusukkan pisau milik mereka ke pahaku. Itu saja kok,"
"Eh? Kau terluka? Kenapa tidak bilang?"tanya Riou khawatir setelah mendengar jawaban Saburo,Saburo mengangguk kecil,ia sudah tak tahan menahan darah yang masih mengalir dari lukanya. Riou kemudian menurunkan celana Saburo perlahan, terlihatlah sebuah luka menganga di paha mulus itu,luka yang cukup parah hingga Saburo sendiri tak menyangka kalau korbannya bisa melukainya seperti ini.
Toh,takkan ada bekas. Ia sudah melenyapkan semua barang bukti termasuk mayat korbannya.
Manik hetero Saburo seketika mengecil,ketika Riou membersihkan luka itu dengan alkohol,"ARGH!!!"ia berteriak sekerasnya,guna melampiaskan rasa sakit di pahanya. Riou menoleh,menatap manik hetero yang tertutup,dan kini dibasahi air mata,Saburo-nya menangis kesakitan. Tangan yang ia cengkram tadi kini mencengkram bahunya erat, seolah melampiaskan rasa sakit yang teramat;"Maafkan aku,"ia berbisik lembut pada Saburo yang menangis kesakitan.
Darah kering sudah berhasil ia bersihkan,ia menatap luka lebar nan dalam yang menganga,manik ocean-nya sedikit membola,ia tahu luka itu harus dijahit. Cukup beruntung ia memiliki keahlian didalam bidang kesehatan. Ia segera mengambil benang juga jarum khusus,dan bius kalengan,setelah ia membius Saburo hingga anak itu tertidur,ia pun mulai membalut lukanya.
Saburo tersadar keesokan paginya,ia menatap pahanya yang terbalut perban yang cukup tebal,"U-ukh.."ia mengerang pelan,merasa kesakitan ketika lukanya saling bergesekan pada kain perban. Secara perlahan,ia memaksakan dirinya untuk turun dari ranjang,menatap Riou,memastikan pria itu masih tertidur. Ia berjalan ke dapur,karena ia tahu bayarannya kali ini akan dikirim lewat mobile banking, ia tak perlu keluar rumah.
Ia berjinjit,berusaha meraih sekotak sereal yang diletakkan Riou diatas lemari. Tentu saja pahanya sakit,tapi ia sengaja mengabaikan rasa sakit itu, ia tak ingin merepotkan Riou di pagi hari. Hidup selama beberapa tahun di jalanan mengajarkannya banyak hal, termasuk mengajarkannya tentang kekuatan fisik. Dari ia berumur empat tahun hingga ia berumur delapan tahun,ia tinggal berpindah-pindah di jalanan,lalu ia dimasukkan ke panti asuhan dan berakhir diadopsi oleh keluarga Yamada.
Lalu kini tinggal bersama Riou, semenjak ia menginjak usia delapan belas tahun. Kekuatan fisiknya tak bisa diajak bercanda,otaknya apalagi. Karena ia merasa bosan dengan pekerjaan yang 'biasa-biasa' saja,ia pun iseng melamar menjadi pembunuh bayaran,dan entah bagaimana ia diterima di Hitman.Inc, membuatnya menjadi Saburo yang sekarang.
Tak ada yang percaya kalau saat ini ia berumur dua puluh tahun,karena wajah manisnya menunjukkan usia enam belas tahun,hanya beberapa orang yang tahu umur aslinya,termasuk Riou.
"AKH!"erang Saburo,ia terjatuh bersama kotak sereal yang sudah berhasil ia raih,meringis pelan hingga tak menyangka ia sudah berada didalam gendongan Riou. Riou menatap manik hetero yang terpejam, menahan sakit,"Kenapa kau tak membangunkanku saja?"tanyanya lembut,Saburo membuka matanya, menatap Riou dengan tatapan sayu,"Aku... tak ingin merepotkanmu. Kau sudah terlalu banyak aku repotkan."
"Siapa bilang aku kerepotan mengurusmu? Tidak kok,kau tak pernah menyulitkanku."Riou tersenyum ketika mengatakannya, seolah berkata kalau ini semua bukanlah salah Saburo.
Seminggu berlalu,luka di paha Saburo sudah sembuh,kini anak itu sudah kembali bekerja menjadi pembunuh bayaran. Ia saat ini tengah memainkan ponsel Riou,ada sebuah pesan chat masuk ke ponsel pasangannya.
Namaku.Natsumi
Hai~ aku Natsumi
Riou
Dapat nomorku darimana?
Namaku.Natsumi
Ra~ ha~ si~ a~
Riou
Oh. Lalu kenapa mengirim pesan ke sini?
Namaku.Natsumi
Bukan apa-apa kok,aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh dan mungkin menjadikanmu sebagai milikku.
Riou
Apa?
Dasar orang aneh.
Namaku.Natsumi
Lupakan itu! Bisakah kita bertemu di cafe [Starbucks] Yokohama?
Aku ingin bertemu denganmu.
Riou
Boleh saja.
Saburo menyerigai,'Orang seperti ini harus segera disingkirkan! Riou hanya milikku seorang,iya kan?'batin Saburo dalam mode Yandere,ia tersenyum nyaris menyerigai,memikirkan siksaan yang tepat untuk manusia sialan yang mencoba merebut Riou darinya. Esok harinya,ia benar-benar menemui gadis itu,ia tahu gadis itu sudah menstalking Riou-nya hingga pria itu terganggu,tentu saja ia berhasil mendapat semua informasi dalam waktu semalam saja.
Setelah mengobrol dan membuat gadis itu terlena,ia membawa gadis itu ke sebuah gang sempit,saat itu hari sudah hampir malam. Saburo menyemprotkan gas buatannya,yang mampu membuat Natsumi tak dapat berteriak tetapi tetap merasakan sakitnya siksaan Saburo. Surai kecoklatan gadis itu ditarik,"Hei,"Saburo menyerigai,"Kenapa kau tetap mendekati Riou-ku,hah?"
Terlihat gadis itu ingin menjawab,tapi ia tak bisa karena tenggorokannya terasa tercekat,"Aa... aa..."hanya gumaman tanpa arti yang dapat dikeluarkan gadis sial itu. Saburo tersenyum,"Kau tahu,"ia berkata sembari mengeluarkan sebuah gunting operasi,"Aku sudah tahu kau mengecat rambut indahmu ini hanya demi menarik perhatian Riou-san,iya, kan?"ia sengaja memotong surai kecoklatan gadis itu secara asal, juga tanpa sengaja menusuk kepala gadis itu. Natsumi mengerang kesakitan, ketika gunting itu ditarik dan ditancapkan lagi,lagi dan lagi.
Puas dengan bagian rambut,Saburo bergerak ke bagian dahi,"Hei,"lagi-lagi ia memanggil gadis itu,"Untuk kali ini kau boleh tahu aku siapa."membiarkan gunting tertancap di kepala,Saburo mengambil sebuah alat untuk menatto alis. Ia menyalakan benda itu dalam kecepatan tinggi,"Ppft... kau tahu berapa gadis yang sudah kuhabisi karena mendekati Riou-ku? Juga tahu siapa dibalik SBRS yang menjadi pembunuh orang-orang terkenal?"ia mengukir sesuatu di dahi Natsumi, darah dan daging mulai berjatuhan akibat ulah Saburo,
SBRS
Saburo menyerigai puas,"Akulah Sbrs itu,wahai Natsumi-san. Ah,kurasa sudah cukup untuk bagian dahi,ayo kita berpindah ke bagian pipi!"masih dengan alat yang sama,Saburo mengukir berbagai kata di pipi tan milik Natsumi,menikmati setiap tetesan darah dan erangan kesakitan Natsumi,menikmati bagaimana binar mata Natsumi yang seolah memohon agar dia dilepaskan. Saburo hanya tersenyum,"Lihat? Aku sudah membantumu menghias wajahmu, kan? Inilah akibat karena kau sudah membuang hampir beberapa ratus ribu yen hanya untuk membeli perangkat make-up, hanya untuk menarik perhatian Riou-ku!"Natsumi hanya bisa menggeleng-geleng,ia bahkan sudah menangis kesakitan.
Saburo tersenyum,"Hei,kenapa kau tidak berteriak saja? Kalau begini lidahmu kan jadi tak berguna."ia menarik lidah Natsumi,lalu memotongnya perlahan mengenakan sebuah cutter yang tak terlalu tajam. Darah kini sudah membasahi wajah shota-nya,ia mengusap wajahnya, membersihkan darah yang ada. Puas dengan bagian wajah tertentu,Saburo beralih ke bagian mata gadis itu,ia kembali menyalakan alat tatto miliknya lalu mendekatkannya pada manik hazel gadis itu. Menusukkannya dengan perlahan, namun menariknya hingga manik cokelat itu lepas dari cangkangnya,"Ini jugalah akibat karena kau selalu melirik Riou-ku hingga dia,dan aku terganggu!"
Wajah gadis itu sudah hancur,tentu saja Saburo senang melihat hancurnya wajah gadis tak berdosa yang menjadi berdosa dihadapan Yamada Saburo. Beralih ke bagian tubuh,Saburo membuka dua kancing atas dari kemeja yang dipakai gadis itu,alat tatto tadi sudah ia lepas dari mata yang masih menancap,
Zrrt... ngiiing... zrrtt...
Ia menikmati setiap erangan,setiap tetes darah yang keluar dari tubuh gadis itu,menikmati rontaan lemah tak berguna dari gadis yang sudah kehilangan mata dan lidahnya. Tulisan lain sudah tertera dibagian atas dari dada wanita itu,kini Saburo beralih lagi,ia memegang tangan gemetaran gadis itu kemudian meraih tang besar,"Kuku yang indah,"ia memuji,"Kuku ini kau pakai untuk dipamerkan pada Riou-san,iya kan?"ia menarik satu demi satu kuku gadis itu,hingga terlepas dari jari-jari yang gemetaran. Puas dengan kuku, Saburo meraih sebuah pisau buah yang lumayan tajam,lalu memotong jari telunjuk dan ibu jari gadis itu,"Jari ini sudah kaupakai untuk mengetikkan pesan pada Riou,juga menyuruh orang untuk mencari info tentangnya."
"Ah... aku sudah bosan."mengambil sebotol besar bensin,Saburo menyiram gadis itu dengan bensin dan membakarnya hidup-hidup bersama semua barang bukti yang ada. Seolah menghapus semua jejak tentang Saburo.
Ia segera pulang,namun ia sudah mengganti pakaiannya dan membersihkan darah di tubuhnya, di sebuah gubuk tua tak terpakai.
"Darimana saja kau,Saburo?"tanya Riou dengan nada khawatir,"Eh?"Saburo menoleh, menatap Riou datar,"Rumah teman. Aku mengantuk,kalau kau ingin bicara ya besok saja ya."Saburo mengecup pipi Riou-nya lalu memanjat ke punggung pria itu,"Ayo tidur."
Beberapa bulan berlalu,entah bagaimana,hubungan mereka berdua mulai merenggang. Seperti ada yang aneh,tapi Saburo tahu kalau Riou tak bermain api dibelakangnya,yang ia takutkan hanya satu,
Riou tahu kalau dirinya adalah pembunuh bayaran.
"Ne Riou-san,"Saburo menatap Riou yang duduk jauh diujung sofa,ia lalu mencoba mendekati pria itu,namun Riou segera bangkit tanpa menyahut panggilan Saburo. Pria itu segera masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya,seolah melarang Saburo masuk ke kamarnya. Saburo menatap punggung lebar Riou,manik hetero-nya menyendu,tetes air mata mulai keluar dari pelupuk matanya.
"Eh?"Saburo menyentuh pipinya sendiri,"Ke-kenapa aku menangis? Apa... sesakit ini rasanya diabaikan oleh orang yang... kucintai? Ini adalah tangisan pertamaku selama dua puluh tahun terakhir,aku kenapa?"ia tak tahu kalau dirinya menangis karena diabaikan Riou. Karena itu adalah tangisan pertamanya setelah ia hidup selama dua puluh tahun terakhir,ia menangis karena Riou.
Orang pertama yang mampu membuat dirinya menangis seperti ini selama dua puluh tahun terakhir.
Diam-diam Saburo berpikir,apa Riou sudah tahu kalau dirinya adalah pembunuh? Apa karena ia tak sengaja bertemu Riou setelah menerima bayarannya? Ia mengusap air matanya,ia bertekad akan berhenti membunuh dan keluar dari pekerjaannya.
Ia pergi ke kamarnya,lalu menelepon atasannya,"Aku keluar."ia tak menyapa,ia langsung mengatakan alasannya menelepon,
"Apa? Apa maksudmu?"
"Aku bilang aku keluar! Aku berhenti dari pekerjaanku!"
"Eh? Kenapa begitu? Apa alasanmu keluar?"
"Ada orang yang kecewa dengan alasanku dan orang itu kini menjauhiku. Jadi aku memutuskan untuk berhenti dan keluar dari pekerjaan gila ini."
"Tapi--"
"Tidak ada tapi! Aku keluar,itu saja. Besok aku akan ke kantor untuk mengantar surat pengunduran diri."
Saburo mematikan panggilan,ia duduk di tepi ranjangnya,mundur perlahan hingga punggungnya menempel dengan tembok yang berbatasan langsung dengan kamar Riou,"Kau dengar kan,Riou-san."ia berbicara seolah ada Riou didekatnya,padahal ia tahu kalau pria itu takkan pernah mendengarkannya lagi,"Aku sudah keluar dari pekerjaanku. Aku... sudah berhenti. Kau boleh marah,kau boleh saja membentakku bahkan menyakitiku. Itu tidak apa,"air mata kembali mengalir mulus di pipi putihnya,"Tapi tolong,"ia berusaha mengusap air mata yang terus mengalir,semakin deras,"Jangan abaikan aku seperti ini."isakannya melirih,ia menangis sejadinya ketika ia tahu Riou membencinya.
Riou yang diam-diam mendengar semua pembicaraan Saburo dari mulai anak itu menelepon rekan kerjanya hingga anak itu memintanya untuk tak mengabaikannya,ia dengar semua. Kini ia merasa bersalah,ia tak tahu kalau sebagian korban Saburo adalah orang yang selama ini mengganggunya,ia tak tahu Saburo rela membunuh tanpa dibayar,rela mengotori tangannya hanya demi dirinya,hanya demi ia tak diganggu oleh siapapun.
Anak itu hanya menginginkan elusan Riou dan perhatiannya,bukan diabaikan seperti ini.
Riou terdiam,ia dengar bagaimana Saburo rela keluar dari pekerjaannya yang bergaji jutaan yen, rela memilih dibentak dan disakiti daripada diabaikan seperti ini,ia seharusnya tidak mengabaikan Saburo,
"Riou-san,"ia kembali mendengarkan suara Saburo,"Apa kau membenciku?"
"Tidak,"gumam Riou sebagai jawaban,"Aku tidak membencimu. Hanya saja... aku tak suka pada kenyataan kalau kau... adalah pembunuh bayaran,itu saja."
Saburo benar-benar mengirim surat pengunduran dirinya,ia benar-benar bertobat dari pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran hanya demi satu orang,orang yang sudah memberinya warna pada dunia hitam-putih monokromnya. Orang yang membuatnya tahu bagaimana rasanya disayangi,dicintai dan mencintai,orang yang mampu mengembalikan kewarasannya dan mampu membuatnya membunuh orang lain yang ia anggap mengganggu.
Kini hubungan mereka sudah tak terlalu renggang seperti dua atau tiga bulan yang lalu,Riou sudah kembali menjadi sangat overprotektif pada Saburo,dan Saburo sudah kembali menjadi Saburo yang ceria dan tak begitu suram,tak lagi pernah tertawa keji pada korbannya dan tak pernah lagi menyentuh peralatan kesayangannya. Hidup mereka berdua kembali menjadi sangat bahagia seolah tak ada suatu masalah apapun yang pernah menimpa.
Namun,namanya masalah takkan pernah sirna selama manusia masih bernapas menggunakan paru,ada orang yang mengincar Riou-nya lagi.
Dan mau tak mau membuat Saburo harus mengingkari janjinya. Tapi tak apa,setelah ini aku akan pergi untuk selamanya,itu batin Saburo.
Setelah ia memastikan Riou sudah pergi ke rumah Jyuto dan Samatoki, ia membawa seorang gadis lain yang mengincar Riou-nya bahkan sampai ke tahapan menerror. Ia mengikat gadis itu pada kursi ruang makan, kemudian mulai menyiksa gadis itu seperti ia menyiksa Natsumi dahulu.
Binar kegilaannya muncul,tawa kejinya keluar, juga aura gelap membunuhnya yang menguar seolah menyesaki ruangan tempat gadis itu disiksa. Ia menikmati setiap erangan gadis itu,menikmati tiap goresan dan tetesan darah yang keluar dari tubuh gadis itu.
"Maaf,"ucapnya sebelum menikam jantung gadis itu,menghilangkan nyawa gadis mengerikan itu.
"Maafkan aku."ucapnya lagi sebelum menikam jantungnya sendiri. Ia ambruk ke lantai,wajahnya tersenyum bahagia,namun matanya tidak,mata hetero itu justru memancarkan binar sendu.
Riou menatap ruangan gelap gulita di rumahnya,ia mengerinyit ketika penciumannya membaui aroma anyirnya darah. Ia segera menyalakan lampu dan apa yang ia lihat,membuat dirinya sangat terkejut.
Ada Saburo yang tergeletak di lantai dengan pisau berada di jantungnya, dan ada orang asing yang juga tergeletak di lantai. Satu hal yang segera ia ketahui hanyalah keduanya sudah tak bernyawa lagi.
Ia berjalan mendekati kedua mayat itu,ia lalu berjongkok dihadapan mayat Saburo. Menyingkirkan poni yang seolah menutupi wajah Saburo, ia memeluk jasad tak bernyawa itu dan mencium bibir Saburo lembut, memberinya ciuman perpisahan seolah tak peduli dengan anyir darah yang terasa pekat pada lidahnya.
Ia melepas choker yang dipakai Saburo,dan menyimpannya sebelum menelepon ambulans juga kepolisian.
Ia masih tertunduk,bahkan ketika prosesi pembakaran mayat Saburo selesai dan ia diantar pulang,ia hanya tahu kalau,
Saburo meninggalkannya karena yak mampu menepati janji yang dibuat oleh Saburo sendiri,meninggalkannya dalam penyesalan tak berujung.
End
[A/N]
Plot by me and RizuKyu
Ending by RizuKyu
Story by me
*Hitman: Pembunuh bayaran,biasanya ada webnya yang cuma bisa diakses pakai deepweb(?)
*SBRS: SaBuRoSa
Dont forget to leave the comment and vote
Regards
Ark Akifuyu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro