File 65: Goodbye,Riou-san.
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Rizu x Yamada Saburo
Genre: Hurt?
Warn: OOC,Typo and others
Saburo tersenyum saat ia menatap wajah damai Riou yang sedang mengelus surai hitamnya,"Riou-san, apa kau menyayangiku?"Riou tersenyum tipis,"Tentu sa-"ia merogoh saku celananya yang terasa bergetar, menatap ponselnya lalu mengangkat panggilan dari ayahnya. Saburo hanya diam ketika Riou sedang berbicara dengan ayahnya.
"Maaf Saburo,"Riou berkata setelah ia memutus panggilan,"Ayahku mengajakku makan malam dan... yah... sayangnya kali ini kau tak boleh ikut."Saburo kembali tersenyum,ia bangkit dari posisi berbaringnya,"Tak apa,pergilah."
Riou kembali mengusap kepala Saburo sebelum pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Ia keluar dengan pakaian yang sangat resmi, membuat Saburo terpana sejenak,"Um... hati-hati di jalan."ucapnya ketika Riou memeluknya. Rasa penasaran dari Saburo membuatnya nekad menempelkan penyadap berukuran kecil di balik kerah jas Riou.
"Ya,aku pergi dulu ya."sahut Riou sebelum menutup pintu apartemen mereka berdua. Senyum Saburo secara perlahan berubah menjadi serigai tipis,ia segera mengaktifkan penyadap itu dan ia akan mendengarkan semua pembicaraan Riou nanti.
"Jadi,ayah mengajakmu makan malam,sekalian ingin mengenalkanmu dengan anak perdana mentri."kata Rei,ketika putranya sudah duduk disisinya. Ia menatap ayahnya,"Lalu?"Rei tersenyum nyaris menyerigai,"Kami berencana menjodohkanmu dengan Rizu."
Riou terdiam sejenak,"Tapi-!"namun sebelum ia menyelesaikan perkataannya,Rei segera memotong,"Tidak ada tapi,aku sudah lama merencanakan ini bersama Otome."gadis dihadapan Riou tersenyum manis,"Rizu desu. Kamu siapa?"mimik wajah Riou kentara sekali mengatakan kalau ia tak suka, namun gadis itu salah mengira dan justru mengira Riou juga tertarik padanya,"Riou."jawab pria itu pendek. Ia benar-benar tak suka saat ini,lalu buat apa saat itu ayahnya mengijinkannya berhubungan dengan Saburo kalau akhirnya akan seperti ini?
"Kalian berdua akan dinikahkan beberapa bulan lagi. Jadi pakailah waktu kalian untuk saling mengenal, ya Riou."kata Rei,sementara Otome hanya mengangguk tipis,tak suka banyak bicara.
Saburo yang diam-diam mendengar semua perbincangan itu,merasa sangat sakit hati. Ia tak tahu harus berbuat apa saat Riou tak menolak perjodohan itu,yang sepertinya sangat menerima perjodohan sialan itu.
Ia harus pergi,ia sadar itu. Ia tak ingin mengacaukan hidup Riou.
Saburo segera mematikan alat penyadap itu,ia tak ingin mendengar lebih banyak lagi. Mengambil sebuah koper besar,ia mengisi koper itu dengan semua pakaiannya,uang dan dokumen. Tak banyak,tentu saja karena ia tak suka menumpukkan pakaiannya di tempat lain selain rumah pribadinya. Ia membawa koper itu keluar apartemen,lalu pulang ke Ikebukuro.
Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya.
Saat Riou pulang,tak ada sambutan untuknya. Ia dengan panik mencari Saburo ke seluruh bagian apartemennya,tak ada pria mungil itu,tentu saja. Ia segera membuka lemari Saburo,berharap firasatnya salah. Namun firasatnya benar, lemari Saburo sudah kosong melompong juga koper besar milik anak itu tak lagi ada pada tempatnya. Saburo pergi,ia tak tahu kemana anak itu. Ia dengan panik segera menelepon Saburo, namun tentu saja,Saburo sudah mematahkan kartu simnya dan menonaktifkan ponselnya. Riou tertunduk dikamar apartemennya,ia mengira Saburo sudah tak tertarik dengannya lagi dan memilih pergi, membuatnya mau tak mau menerima perjodohan sialan itu.
Saburo tersenyum pahit,ia menonton apa yang sedang dilakukan Riou di apartemennya. Senyumnya meluruh, ia tak bisa berbuat apapun ketika ia sadar Riou menerima perjodohan itu. Hela napas lelah ia keluarkan,setelah mematikan komputernya,ia pun memilih untuk menghilang ke dalam alam mimpi.
Keesokan harinya,Saburo diam-diam mengawasi apapun yang dilakukan Riou bersama Rizu,si gadis sialan yang merebut Riounya. Tak sepenuhnya salah Rizu juga,tentu saja. Tapi tetap saja,citra gadis itu sangatlah buruk di mata Saburo. Ia menatap Rizu yang sedang menggamit lengan Riou manja,ia menggigit bibir bawahnya pelan,lalu berjalan tak jauh dibelakang mereka berdua.
Bukan ia tak bisa membunuh gadis itu dalam jarak dua meter,hanya saja ia tak mau melakukannya.
Saburo menatap nanar kemesraan mereka berdua,ingin rasanya ia berlari dan memeluk Riou,namun ia tak akan melakukan itu karena ia sudah bertekad akan menemani pasangan itu hingga ke jenjang pernikahan. Walau hatinya tak rela melepas Riou begitu saja.
Ia tersenyum,saat gadis itu tersenyum pada Riou. Ia tertawa kecil melihat kemesraan mereka berdua,hatinya sakit,tentu saja. Tapi ia takkan menyerah pada hatinya dan akan tetap menepati janjinya. Saburo tersenyum pahit ketika tangan besar Riou,yang biasanya menangkup pipinya,kini menangkup pipi gadis itu dan mengecup bibir gadis itu lembut, seolah pria itu sudah melupakannya,
Dan mungkin memang begitu.
Ia menyentuh bibirnya sendiri, berusaha mengingat bagaimana manisnya kecupan itu,bagaimana manisnya kemesraannya dengan Riou. Tapi itu dulu,kini ia sendirian,ia melepaskan Riou demi gadis itu.
Atau lebih tepat jika disebut ia melepas Riou hanya demi ia tak dianggap menghancurkan hidup Riou.
Semua orang memang egois,Rei, Otome, Rizu, Riou, dirinya sendiri. Ia sadar ia juga egois,semua orang memang egois walau terkadang mereka tak menyadari keegoisan mereka. Saburo tahu ia sangat egois dengan cara meninggalkan Riou begitu saja,tanpa memberi-tahu atau berpamitan,membuat kesan seolah ia menghilang tanpa jejak.
Sudah lewat tiga bulan semenjak kepergiannya. Riou sudah melupakannya dan mulai mencintai gadis itu,seolah Saburo tak pernah hadir di hidupnya. Saburo tersenyum paksa,lagi-lagi ia sedang mengikuti dua sejoli itu. Keduanya sedang menonton di bioskop,dimana gadis itu menggelayut ketakutan di lengan Riou,mereka sedang menonton film horor.
Saburo diam-diam mendecih,"Tch,"ia menggumam,"Begitu saja takut."
Ia terus mengikuti dua sejoli itu kemanapun,ia tahu apa saja yang mereka lakukan dan lainnya. Ia diam-diam masih terjebak dalam bayang Riou,bagaimana hidupnya dahulu bersama pria itu,bagaimana sentuhan Riou terhadapnya,bagaimana setiap perbuatan Riou padanya,semuanya.
Bohong bila ia berkata kalau ia sudah melupakan semuanya. Ia pergi memang adalah pilihannya sendiri, namun jika ada yang menanyakan alasannya,tentu saja jawabannya akan menyangkut Riou dan gadis itu.
Semua itu membuat Saburo tak ingin membuat hubungan baru dengan orang lain,hatinya seolah mati,rasa-nya seolah padam secara keseluruhan. Ia hanya bisa tersenyum tanpa tahu senyumnya itu tulus atau tidak,menangis tanpa tahu menangis untuk siapa,membenci tanpa tahu siapa yang harus ia benci,marah tanpa tahu pada siapa kemarahan itu tertuju dan juga,
Mencintai tanpa tahu siapa yang ia cintai. Ia masih mencintai pria itu, tentu saja,tapi ia harus membunuh rasa cintanya demi hidup pria itu,
Demi kebahagiaan Riou.
Karena baginya itulah segalanya.
Ia rela menghancurkan diri demi pria itu,ia rela bunuh diri demi pria itu, juga,ia rela membunuh hatinya demi pria itu.
Sakit? Tak usah ditanya lagi bagaimana perasaan Saburo ketika mengikuti keduanya kemanapun.
Kecewa? Tentu saja.
Marah? Apa lagi.
Tapi ia sadar kalau ia bukan lagi dunia Riou,walau dunianya tetaplah Riou. Kini dunia Riou adalah gadis itu,gadis bersurai cokelat bernama Rizu,putri tunggal dari Otome Tohoten sang perdana mentri. Ia bukan lagi siapa-siapa bagi Riou,dan ia cukup sadar akan hal itu. Saburo menghela napas, ia menatap Riou yang tengah mengecup pipi gadis itu dengan tatapan datar,yang didalamnya tersirat rasa sakit. Ia mulai berpikir ulang apakah dirinya penyebab ini semua?
Andai saja ia tak pergi malam itu,Riou pasti masih bisa menolak perjodohan itu.
Andai saja ia tak menyelipkan penyadap itu,ia tak akan tahu apa yang mereka katakan.
Andai saja ia tak penasaran,ia pasti akan menunggu Riou yang menceritakannya langsung.
Andai saja ia melarang Riou pergi malam itu,ini semua tidak akan terjadi,kan?
Dan...
Andai saja ia tak pernah mengenal Riou,ia tak akan pernah merasakan sakit hati sedalam ini.
Ya,dia bodoh sekali. Tapi kalau ia tak pernah bertemu Riou,ia tak akan pernah merasakan moment-moment manis dihidupnya. Tapi kalau ia tak mengenal Riou,ia takkan pernah tahu rasanya aman dan nyaman pada seseorang. Tapi kalau ia tak pernah bertemu atau mengenal Riou,ia tidak akan tahu bagaimana rasanya dicintai dan mencintai seseorang.
Saburo tahu itu,saat salah satu temannya memberikan undangan pernikahan Riou dan gadis itu,ia hanya tersenyum tipis. Berterima kasih lalu memikirkan ia akan memakai tuxedo yang mana.
Hari pernikahan mereka berdua pun tiba,Saburo menatap semuanya dari barisan belakang para tamu,dengan senyum tipis yang terpatri di bibir manisnya. Ia tak ingin melakukan apapun,tentu saja. Ia bahkan tak berminat untuk bergabung dengan teman-temannya untuk berpesta. Saat acara pemberkatan sudah selesai,kini acara pelemparan bunga.
Dengan semangat,Rizu melemparkan buket besar yang ia pegang kearah para tamu,namun,tanpa sengaja, Saburo justru berhasil menangkap buket bunga itu,ia menatap buket bunga itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Sampai ia tak sadar kalau Rizu dan Riou mendekatinya, Rizu berkata dengan senyum manis di wajahnya,"Aku harap kamu bakal bahagia dengan pasanganmu! Nikmati pestanya,ya."namun berbeda dengan Riou,pria itu justru terkejut dengan kehadiran Saburo. Baru saja ia ingin menanyakan kabar anak itu,Saburo diam-diam bergumam, namun hanya ia dan Riou yang dapat mendengarnya,"Ah... aku akan bahagia ya?"ia mendongak,menatap manik ocean yang menatapnya dengan binar terkejut,"Semoga kau bahagia dengannya,ya."ia mengembalikan buket itu kepada Riou,yang menatapnya dengan tatapan sendu lalu berjalan keluar dari gedung acara tanpa memerdulikan Riou lagi.
Ia berjalan menaiki atap gedung acara itu,berjalan ke tepian gedung lalu menatap ke bawah,dari lantai 99 gedung itu. Ia mengeluarkan sebuah handgun yang kecil dan simple,yang menjadi hadiah pertama dari Riou. Ia tak pernah lupa mengisi pelurunya, dan mengokangnya.
Ia tersenyum,menaiki pagar pembatas dan menatap lurus kearah cakrawala, sebelum senyumnya luntur dan ia terjun bebas dari lantai sembilan puluh sembilan dengan senapan yang baru saja menembakkan peluru ke pelipisnya sendiri,"Good bye,Riou-san."
Tamat
[A/N]
Plot by RizuKyu
Req by RizuKyu
Story by Me
Ending by Me
Males nyari nama,yaudah pake aja nama akun kak Rizu. Terus ya maap ga sesuai dengan ekspetasi,soalnya gue iseng ngisi endingnya bener-bener sed.
Ato ngga? Gatau si soalnya q biasa aja:"v
Jan lupa voment
Regards
Ark Akifuyu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro