File 64: Sleeping beauty
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Death!Riou x Desperate!Saburo
Genre: Hurt and others
Warn: OOC,Typo and others
"Riou-san mana?"
Pertanyaan itu membuat Samatoki dan Jyuto yang sedang berkunjung, sontak terdiam seribu bahasa,Jyuto menghela napasnya kasar,"Dia udah ma-!!"kaki Samatoki diinjak dan mulutnya dibekap oleh Jyuto,saat Samatoki akan melayangkan protes, tatapan Jyuto menyiratkan,'Diam saja,dasar Kuda sialan!'
Jyuto tersenyum tipis,"Riou sedang sibuk,mungkin dia akan berkunjung disaat senggang kelak."Jiro yang sedang merawat Saburo hanya tersenyum pahit,'Terima kasih Jyuto-san.'batinnya.
Siapa yang tidak tahu sih kejadian yang membuat Saburo berubah?
Kejadian dua tahun silam,dimana Riou tertabrak kereta saat akan menyelamatkan Saburo,dimana pria itu mati tercincang didepan mata Saburo. Membuat Saburo menjadi terjebak dalam imaji yang menyakitkan dimana anak itu yakin Riou hanya sedang sibuk dan pria itu belum mati.
Imaji yang menyakitkan itu selalu tertanam indah dalam benak Saburo, membuat putra bungsu keluarga Yamada itu berubah drastis. Ia tak lagi mau keluar kamar,cenderung mengisolasi diri sendiri dan menarik diri dari kehidupan sosial yang baginya sangatlah menyakitkan,jauh lebih menyakitkan daripada imaji yang tertanam di benaknya. Ia melakukan segala hal didalam kamar, makan,mandi,semuanya. Namun ia sama sekali tak bisa tertidur, tangisannya selalu keluar setiap malam. Memang,tanpa suara,namun itu memperburuk kondisi mentalnya. Untunglah saat itu ia sudah lulus SMA ketika kejadian itu terjadi. Kalau tidak, sudah dipastikan ia akan keluar dari sekolahnya.
Samatoki menghela napas kasar,ia membuka paksa gorden kamar Saburo yang selama setahun terakhir selalu tertutup rapat,"Hei gaki,"pria itu berkata sembari membuka jendela kamar itu,"Lihat? Cerah bukan? Kau harus keluar sesekali,jangan terus terkurung didalam kamarmu seperti ini,bocah kecil."Jyuto tersenyum menatap kelakuan Samatoki yang mau susah payah menghibur bungsu Yamada itu.
Pria itu bahkan mau menggendong Saburo dan mendudukkannya di depan jendela,"Lihat bagaimana cerahnya dunia? Saburo,dunia ini memang tidaklah seindah yang kita pikirkan saat kecil,"
"Dunia ini memanglah kejam. Hanya orang bodoh yang mau mengira dunia akan berbaik hati pada isi didalamnya. Mengunci diri seperti ini bukanlah ide bagus,apa kau tak kasihan pada Riou yang pasti akan sangat sedih melihat bocah kesayangannya seperti ini? Ayolah, kau harus keluar sesekali. Dunia ini memang kejam,tapi kau masih bisa menemukan setitik keindahan didalamnya kan?"Saburo menggeleng kecil,"Dunia ini akan indah jika ada Riou-san di dalamnya. Apa dia membenciku hingga ia tak mau mendatangiku lagi?"
Jyuto dan Samatoki terdiam,Jiro yang baru saja berjalan masuk ke kamar Saburo,menghentikan langkahnya. Ia meremat baskom yang ia pegang, pandangannya sayu,"Astaga... adikku."gumamnya sebelum berbalik dan memilih untuk kembali ke dapur.
"Riou... pasti benci sekali padaku kan? Dia ga pernah lagi ngasih kabar, nomornya nonaktif dan... dia tak pernah lagi mengunjungiku."kata Saburo,manik heteronya sudah berkaca-kaca,menandakan ia akan menangis,"Tidak,"sahut Jyuto sembari menaikkan bingkai kacamatanya yang sedikit menurun,"Dia pasti hanya sedang sibuk. Yah... mungkin?"nadanya mengecil diakhir kalimat,namun Samatoki berbeda,ia dengan kasar langsung menampar pipi Saburo,
"BOCAH SIALAN! CUKUP! SAMPAI KAPAN KAU TERJEBAK SEPERTI INI?! KELUAR DARI IMAJINASIMU SEKARANG JUGA,SADAR BODOH! RIOU UDAH LAMA MATI!"
Saburo terdiam ketika Samatoki menampar pipi putihnya dengan sangat keras,Jyuto juga terdiam shock. Saburo menyentuh pipinya sendiri,ia lalu mendongak menatap Samatoki yang juga terkejut dengan tatapan benci,"KELUAR KAU DARI KAMARKU,KUDA SIALAN!!"usirnya kasar,ia beralih pada Jyuto,"Jyuto-san juga. Maaf,tapi aku sedang ingin sendirian dulu. Terima kasih sudah berkunjung,"ia juga mengusir Jyuto, namun lebih halus. Samatoki menatap anak itu,sebelum mengalihkan pandang dan berjalan keluar dari kamar Saburo diikuti Jyuto.
"Makasih ya udah nyoba ngehibur adek gue,"kata Ichiro ketika ia bertemu Samatoki di lorong rumahnya sendiri,"Tapi jangan main fisik,tolong."katanya lagi. Samatoki hanya mengangguk tipis,sebelum pergi dari kediaman Yamada bersama Jyuto.
Saburo menutup jendelanya kembali, ia tak nyaman dengan cahaya matahari yang begitu menusuk penglihatannya,ia juga menutup gordennya yang ia ganti menjadi warna hitam,membuat cahaya matahari tak dapat masuk sedikit pun. Dengan langkah gontai,ia berjalan kembali ke ranjangnya dan berbaring,menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya dan meringkuk didalam selimut,mencari kehangatan lebih.
Ketukan pintu terdengar di telinga Saburo. Ia mengabaikannya bahkan ketika pintu kamarnya terbuka, menampilkan kakak tertuanya yang sedang memegang nampan berisi bubur dan susu kesukaan Saburo,"Saburo,"panggil pria itu. Saburo masih mengabaikannya,ia tak ingin melakukan apapun.
"Ini... sarapanmu... jangan lupa dimakan ya,"pesan Ichiro lalu mengecup kepala Saburo dari balik selimut,"Selamat beristirahat."pesan kakaknya lagi. Saburo hanya diam, ia lalu membuka selimutnya dan menatap jendela dengan tatapan kosong,tangan ringkihnya terulur, menatap tangannya sendiri,berharap Riou akan menggenggam tangan mungil itu lagi.
Namun kenyataannya tak akan seindah ekspetasi,Riou tak akan pernah lagi menggenggam tangan mungil itu.
Karena pria itu sudah mati.
Saburo kembali menarik tangannya sendiri,ia lelah menunggu pria itu. Merogoh sakunya,ia mengambil obat tidur dan meminumnya beberapa butir.
Tertidur tak lama setelahnya. Ia bermimpi kalau Riou akhirnya datang ke dalam mimpinya. Pria itu bahkan memeluknya dengan sangat erat,"Oh my... kamu apa kabar Saburo?"tentu saja Saburo sangat bahagia karena hal sederhana itu. Sederhana bagi orang lain namun berarti besar baginya.
"Aku... a-aku baik-baik saja! Kamu kenapa tak pernah lagi mengunjungiku? Apa kamu membenciku sedemikian rupa?"Riou terdiam sejenak mendengar perkataan Saburo,"Saburo,aku tahu kau bohong. Kau... tidak baik-baik saja,kan?"kini Saburo yang terdiam sejenak,"A-apa sih?! Aku gak apa-apa kok!"
Riou tersenyum pahit,bukan ia tak tahu kalau Saburo menjadi berubah semenjak kematiannya. Ia tahu semuanya,bahkan ia yang memeluk Saburo setiap kali anak itu tertidur karena pengaruh obat tidur. Ia mengelus surai hitam bocah kesayangannya,"Saburo,"anak itu mendongak menatapnya polos,"Ya? Ada apa Riou-san?"
"Tolong lupakan saja aku."
"A-apa? Aku tak mau!! Aku... ak-u... tak mau kehilangan kau lagi!"
"Tapi Saburo,kau harus sadar. Aku... aku sudah mati,iya kan? Lupakan saja aku dan bangkitlah untukku. Aku juga harus pergi ke alam baka,ayolah... dunia butuh Yamada Saburo. Aku butuh kau yang dulu untuk bisa tenang."Saburo terdiam lagi,"TIDAK!! TIDAK- RIOU-SAN KAN MASIH HIDUP?! APA-APAAN INI SEMUA?!"Saburo mengamuk tidak terima,ia bahkan meronta dipelukan pria besar itu.
"Saburo,"Riou kembali berkata,"Baiklah kalau begitu... aku akan hadir dalam mimpimu setiap kali kau tertidur,oke?"Saburo mengangguk semangat,"Iya!"
Saburo terbangun di keesokan paginya dengan senyum cerah di wajah shota-nya. Ia bahkan keluar dari kamarnya dan memeluk kedua kakaknya,membuat Ichiro dan Jiro terkejut,"Ungh! Kau kenapa Saburo?"tanya Jiro ketika pelukan Saburo mengerat,"Aku bahagia sekali! Riou-san akhirnya mengunjungiku setelah dua tahun lebih aku menunggunya!"jawab Saburo dengan senyum manis terpatri di wajah shotanya. Kedua kakaknya terdiam sejenak,"Dimana kau bertemu dengannya,Saburo?"Ichiro memberanikan diri untuk bertanya, membuat senyum Saburo semakin melebar,"Dalam mimpiku!"
Ichiro tahu,kalau Saburo sudah benar-benar tak dapat tertolong lagi. Biarlah,pikirnya,ia hanya ingin adiknya bahagia.
Hari itu dilewati Saburo dengan hati bahagia menanti malam tiba. Seperti biasa,Saburo tak akan bisa tertidur nyenyak tanpa obat tidur. Ia meminum beberapa butir dan tertidur setelahnya,"Riou-san!"ia memanggil Riou yang berdiri membelakanginya. Pria itu menoleh dan tersenyum lembut,"Bagaimana harimu?"ia bertanya sembari melebarkan kedua lengannya,mengode Saburo.
Saburo langsung berlari memeluk Riou erat,"Aku bahagia sekali! Kau... kau ada disini! Aku kira kau akan meninggalkanku lagi."jawab Saburo dengan senyum lebar di wajah manisnya,pipi Riou terasa sedikit panas,dan memerah. Pria itu ikut tersenyum sembari mengecup surai hitam Saburo penuh kasih sayang,"Tapi,"ia berkata,"Tolonglah... lupakan saja aku."
Saburo menggeleng,"Mana mungkin aku melupakan orang yang sangat kucintai?"hela napas lelah keluar dari Riou,ia sadar ia tak bisa memaksa Saburo melupakannya,
Karena pada sejujurnya ia juga tak ingin Saburo melupakannya.
Namun itulah syarat yang diberikan Shinigami buatnya. Itulah yang mengikatnya hingga ia tak bisa pergi ke alam baka.
Riou lalu menaikkan dagu mungil Saburo,anak itu memejamkan mata. Dengan penuh perasaan,Riou mengecup bibir manis Saburo dan merubahnya menjadi ciuman manis yang penuh perasaan yang tersimpan erat sebagai rahasianya. Ia baru melepas ciuman ketika Saburo mulai memukulinya -walau tak begitu keras-
yang bertanda kalau anak itu kehabisan napas.
"Maaf..."bisiknya lembut pada Saburo yang sedikit terengah,"Aku terlalu bahagia..."sahut Saburo dengan senyum manis terpatri di wajah shota-nya,"Kukira kau akan meninggalkan diriku lagi."sambungnya sembari mengeratkan pelukannya pada Riou, pria itu terpaku,"Aku... kan sudah berjanji takkan meninggalkanmu."
"Hahaha!! Aku tahu kok! Riou takkan meninggalkanku."sahut Saburo kembali menenggelamkan wajahnya di dada bidang Riou. Tiba-tiba saja Riou bertanya,"Wanna dance with me?"tentu saja Saburo mengangguk bahagia,"Ya! Aku mau!"
Mereka berdua berdansa bersama, walau tanpa iringan musik,mereka tetap menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Namun ketika pagi menjelang,mereka harus menghentikan kegiatan itu karena Saburo harus bangun pagi,dan melakukan rutinitasnya. Secara perlahan,Saburo semakin menambah dosis obat tidur yang ia minum di malam hari,
Kenapa?
Tentu saja karena ia ingin bersama Riou lebih lama lagi.
Karena itu jugalah waktu tidurnya terus bertambah,dari delapan jam kini menjadi hampir sebelas jam. Karena itu jugalah Saburo semakin candu akan obat tidur. Karena Riou lah maka semuanya menjadi seperti ini. Bukan sekali dua kali Ichiro dan Jiro mengomeli Saburo dan menyembunyikan obat tidur milik adik mereka,tapi hampir setiap hari mereka harus menyembunyikan dan mengomeli Saburo.
Mereka berdua sepakat untuk membuang seluruh obat tidur Saburo untuk mencegah sang adik meminumnya lagi. Namun entah bagaimana,Saburo berhasil menemukan obat tidurnya kembali.
Malam itu ia meminum semua obat tidurnya,ia bermimpi indah dimana ia takkan pernah bangun dan pergi bersama Riou,
"Saburo... kau... meminum semuanya?"tanya pria itu,Saburo mengangguk senang,"Ya! Aku tak mau berpisah darimu jadi aku memutuskan untuk meminum semuanya."jawab Saburo dengan nada kekanakan,Riou menggeleng-gelengkan kepalanya,"Kau sadar kalau kau bisa saja mati karena overdose?"Saburo kembali mengangguk,"Tapi kan gak apa! Riou-san kok yang akan menjemputku!"
Sudut bibir Riou naik dua atau tiga derajat,ia tersenyum tipis,"Memang aku yang akan menjemputmu,tapi bukan aku yang mengambil nyawamu. Kau sadar akan itu,Saburo-ku?"Saburo segera menyahut,"Tentu saja! Tapi setelah itu aku dan kau tak akan pernah berpisah lagi kan?"
Diam,Riou hanya bisa mengangguk ketika Saburo mengutarakan alasannya meminum obat tidur selama ini. Ia tak bisa marah,tentu saja. Ia tak tahu Saburo butuh waktu untuk melupakannya atau justru... semakin terikat padanya? Ia tak tahu pilihan terbaik yang mana.
Saburo terus terikat padanya, menenggelamkan anak itu semakin jauh dalam kadar depresinya...
Atau membiarkan anak itu mati karena overdose obat tidur dan ikut dengannya ke alam baka?
Dua-duanya sama-sama buruk,ia tahu itu. Keduanya sama saja menghantarkan Saburo pada kematian. Tak ada pilihan terbaik, tentu saja.
Ia akhirnya memilih pilihan pertama. Ia akan membawa Saburo bersamanya.
Ia tersenyum pahit,ketika Saburo tersenyum manis,"Ayo... kita pergi."ajaknya,Saburo kembali mengangguk bahagia,"Ya!"
Ia meninggalkan tubuhnya yang tertidur manis dengan senyuman di bibirnya.
Ia tertidur manis untuk selamanya di kamar pribadinya,sementara rohnya pergi bersama Riou ke alam baka.
Ia menjadi the sleeping beauty.
Tamat
[A/N]
Judul by: RizuKyu
Story by: Me
Plot by: Me
Ending by: RizuKyu
jan lupa voment
Regards
Ark Akifuyu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro