Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

File 217: Paralyzed

ヒプノシスマイク-AU
Pairing: Riou Mason Busujima x Saburo Yamada
Genre: Hurt
Warn: OOC, Typo, and others.

"Haah..,"hela napas berat dikeluarkan Riou. Lelah, hanya satu kata untuk mendeskripsikan segala yang ia rasakan.

Saburo yang berada didekatnya menyadari helaan napas berat itu, anak itu menoleh,"Apa kau sedang ada masalah?"gelengan sebagai jawaban, sembari tersenyum pria yang ditanya menggelengkan kepalanya.

When did I become so numb?
When did I lose myself?
All the words that leave my tongue
Feel like they came from someone else
I'm paralyzed

"Be-begitu ya.., gak apa kalau kamu gak mau cerita,"kata Saburo sembari tersenyum dan menepuk lembut pundak sahabatnya itu. Senyum cerah bak mentari di pagi hari ia tampakkan, senyuman yang mampu menghangatkan hati yang dingin bahkan beku sekalipun.

"Kau gak sendiri!"katanya lagi, Riou mengerjap, pria itu antara percaya dan tidak pada perkataan sahabat mungil kesayangannya itu.

Anggukan pelan dikeluarkan Riou, kemudian diiringi senyum tipis,"Aku tahu kok, Saburo."

"Hum! Jangan anggap dirimu sendirian lagi."lagi-lagi Riou mengangguk, kemudian melihat jam tangan yang melingkar di tangannya,"Ah sial."ia menggumam pelan,"Aku sudah harus pulang, Saburo. Sampai bertemu lagi,"kata Riou sembari berjalan pulang dengan langkah yang terburu-buru.

Where are my feelings?
I no longer feel things
I know I should
I'm paralyzed

PRANGGG!!!

Riou nyaris saja tidak bisa menghindar ketika sang Paman melemparinya dengan botol bir. Hela napas lelah ia keluarkan, mau tidak mau tinggal di neraka seperti ini.

"Ayahmu meneleponku,"kata sang Paman,"Aku bilang kau sedang sibuk hingga tidak bisa menjawab teleponnya. Sekarang telepon Ayahmu dan katakan kalau kau baik-baik saja disini, cepat!"sebuah ponsel keluaran terbaru disodorkan,"Paman...,"Riou berbisik,"Bukannya ponsel ini untukku? Ayah membelikannya 'kan untukku."

Tamparan sebagai jawaban,"Gak usah banyak nanya! Cepat telepon!"sembari menahan perih di pipi, Riou mengangguk dan meraih telepon itu. Ia kemudian menelepon sang Ayah.

"Ha-halo Ayah,"nadanya bergetar, membuatnya dihadiahi tatapan maut dari sang Paman, terpaksa, ia kembali mengulang dengan nada yang lebih ceria,"Halo Ayah?"

"Halo, Io. Apa kabarmu?""

"A-aku baik-baik saja, Ayah."dengan sedikit gugup, Riou menjawab pelan. Ia melirik Pamannya, yang memberikan isyarat meminta uang.

"A-ayah, aku... uhh... bolehkah aku meminta sedikit uang?"

"Untuk apa, Io?"

"Ke-kebutuhan kuliahku, Ayah."

"Baiklah, berapa?"

Lagi-lagi Riou melirik Pamannya,'5000 Yen!'

"5000 Yen, Ayah."

"Baiklah, Ayah akan mengirimnya nanti malam. Kapan kau pulang ke Amerika?"

"...nanti, Ayah. Aku akan pulang."

"Baiklah, jaga dirimu dan jangan repot Pamanmu ya!"

"...ya, Ayah."

Telepon dimatikan, ponsel direbut paksa,"Bagus. Kali ini kau boleh makan apapun yang ada di dapur. Ingat, hanya kali ini."sang Paman berkata dengan nada dingin.

"Jangan coba-coba mengatakan yang sebenarnya, Riou."ancam sang Paman kemudian. Dalam diam, Riou hanya mengangguk, tidak ingin bertengkar lagi.

Ia menatap sajian diatas meja makan, hanya ada beberapa potong daging dan semangkok sayur yang kelihatannya sudah hampir basi. Diambilnya semangkok nasi dan lauk, kemudian ia memakannya sembari merenung.

Riou merindukan keluarganya di Amerika sana, tetapi ia tidak bisa pulang sebelum lulus.

Dan itu masih 3-4 tahun lagi hingga ia lulus kuliah.

Where is the real me?
I'm lost and it kills me inside
I'm paralyzed

'Setidaknya ada Saburo,'pikirnya sembari tersenyum penuh kepahitan.

Drrt... Drrt...

Ponselnya bergetar lembut, menandakan ada pesan masuk ke ponsel tua yang layarnya sudah penuh retakan itu. Riou membuka ponselnya, menatap pesan yang masuk,

Saburo temen kuliah
Riou-san!
Ada tugas tadi barusan dikasih Rosho-Sensei, mau kerjakan bareng?

Dengan cepat ia membalas,

Me
Iya nanti aku nyusul. Di tempat biasa, 'kan?

Sesegera mungkin ia menghabiskan makanannya, dan membersihkan sisa-sisanya, kemudian mengendap-endap keluar dari neraka itu, pergi ke rumah Saburo.

Saat di rumah Saburo, Riou hanya diam dan merenung, kepalanya tertunduk dalam. Saburo menyadari hal itu, namun ia memilih diam karena mereka sedang sibuk mengerjakan tugas.

Beberapa jam berlalu, tersisa mereka berdua yang masih sibuk dengan tugas masing-masing. Jyushi, Jyuto, Jakurai, dan lainnya sudah pulang terlebih dahulu. Ada kesibukan lain, kata mereka.

Saburo merenggangkan tangannya,"Ah...,"ia menggumam,"Selesai juga. Ah ya,"Riou menoleh dan menatapnya, tatapan datar nan dingin diperlihatkan Riou.

"Riou-san, akhir-akhir ini kau lebih pendiam dari biasanya, ada apa?"Saburo bertanya dengan hati-hati. Riou terdiam sejenak, lalu menjawab sekenanya,"Aku biasa saja kok. Kamunya aja yang aneh."

Saburo mendelik tak suka,"Aku juga biasa saja! Aku melihatmu menjadi jauh lebih pendiam dan bisu makanya aku bertanya!"

Riou hanya berdeham asal, kemudian kembali melanjutkan tugasnya yang tadi sempat tertunda.

When did I become so cold?
When did I become ashamed? (oh)
Where's the person that I know?

Diam-diam Riou berpikir, ia memang merasa lain. Seolah ia hidup dan mati disaat yang bersamaan.

Fisiknya memang hidup, namun nun jauh didalamnya, Riou seolah sudah mati dan hanya meninggalkan kerangka kosong.

'Haa...,'ia membatin letih,'Aku sudah tidak peduli.'

"Riou-san, akhir-akhir ini kau lebih aneh dari biasanya!"Saburo mengguncangkan tubuh sahabat besarnya,"Katakan sesuatu...,"pinta pria muda itu perlahan,"Aku mohon...,"

Tatapan mematikan nan membunuh dihadiahi kepada Saburo. Asalnya tentu saja dari Riou.

"Ma-maaf,"bisik Saburo sembari menarik kedua tangan mungilnya. Tatapannya menyendu, sahabat besarnya berubah drastis.

PLAKKK!!

Entah keberanian dari mana, dengan sangat keras, Saburo menampar pipi putih Riou dengan keras, matanya berkaca-kaca, tatapannya pias,"Kau berubah!"isaknya perlahan, Saburo tertunduk dalam,"Kau.., hiks..., berbeda!"

Riou menatapnya kosong, pipi yang perih ia abaikan,"Aku tetaplah Riou yang kau kenal,"kata pria bersurai jingga itu datar,"Kau nya saja yang aneh."

Pupil Saburo mengecil, Riou mengatainya aneh. Ia semakin terisak, tak mampu menahan tangisannya yang semakin deras,"Kau kejam!"bentaknya disela isakannya,"Kejam!! Kejam!!"

They must have left
They must have left
With all my faith
I'm paralyzed
Where are my feelings?
I no longer feel things
I know I should
I'm paralyzed

Riou hanya menatap kosong wajah teman kuliahnya itu, tanpa menenangkan ataupun berkata apapun, ia bangkit, memakai earphone-nya lalu memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya,"Aku pulang, tugasku sudah selesai."pria itu berkata tanpa ada rasa empati didalamnya.

Saburo semakin terisak seorang diri di kediamannya, ia meraih bantal miliknya dan menenggelamkan wajahnya di bantal itu, semakin menangis tersedu.

"R-Riou... hiks... semakin aneh...,"

Sementara itu, Riou menoleh, menatap pintu kayu yang sudah tertutup dibelakangnya. Tatapannya sedikit berubah,"Aku ingin memeluknya dan menenangkannya! Ini kesalahanku!"bisiknya pelan. Tangannya bergerak, berusaha meraih kenop pintu itu dan membukanya.

Namun ia tidak bisa. Rasa takut pada sang Paman lebih mendominasi daripada rasa iba pada Saburo. Riou takut, jika ia berakhir tewas di tangan sang Paman sebelum ia bisa kembali ke rumahnya di Amerika sana. Sebelum ia bisa memeluk kedua orang tuanya setelah sekian lama ia berpisah.

Where is the real me?
I'm lost and it kills me inside
I'm paralyzed
I'm paralyzed
I'm scared to live but I'm scared to die
And if life is pain then I buried mine a long time ago
But it's still alive

Jujur saja, Riou takut untuk mati, tetapi ia lebih takut lagi tetap hidup. Pamannya demikian kejam, orang tuanya jauh di benua lain. Ia tidak memiliki siapapun di Jepang ini sebagai teman.

Rasanya dirinya muak, sangat dengan kehidupan yang ia dapatkan bersama sang Paman yang kejam. Tetapi ia harus bertindak seolah ia baik-baik saja didepan semua orang.

Riou tidak bisa, ia tidak sekuat itu.
Riou lelah, ia tidak lagi kuat berpura-pura baik-baik saja.

"..."tanpa berkata apapun, Riou masuk ke kediamannya dan langsung ke kamarnya, berdiam diri sembari merenung. Berpikir apa yang harus ia lakukan ke depannya.

Saburo memang ada untuknya tetapi ia tidak tega menyusahkan sahabat mungilnya itu. Walau Saburo berkata ia tidak akan kerepotan, tetapi Riou tahu kalau pria mungil itu juga sedang ada masalah.

"Uhh...,"perutnya terasa nyeri, makanan yang dimakannya tadi sudah tak layak santap. Salahkan Pamannya yang semakin biadab dari hari ke hari kepadanya.

"Sial...,"ia berguling pelan, memeluk lututnya dan berjuang mengatasi rasa nyeri itu seorang diri.

Ingin ia menelepon sang Ayah, tetapi apa daya, ia tak bisa walau sang Paman tidak ada.

Ada kamera di kamarnya, fungsinya tentulah untuk mengawasinya agar tidak bisa melapor pada orang tuanya.

And it's taking over me where am I?
I wanna feel something, I'm numb inside
But I don't feel nothing, I wonder why
I'm in the race of life and time passed by

Beberapa hari sudah berlalu, saat ini Riou tengah berjalan berdua dengan Saburo. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya.

"Ne, Saburo,"panggilnya pelan, membuat Saburo segera menoleh dan menatapnya.

"Jika aku pergi, apa yang akan kau lakukan?"Saburo mengerjap polos,"Aku akan menunggu!"

"Jik aku tak kunjung kembali?"tanya pria itu lagi. Saburo tersenyum cerah,"Aku akan ikut denganmu!"

"...jangan ikuti aku, juga kau tidak perlu menunggu."Riou berhenti di tepi tebing, tatapan kosong ia layangkan. Kaki jenjangnya berjalan lambat kearah pagar pembatas.

Butuh waktu beberapa detik hingga Saburo sadar maksud dari perkataan teman kesayangannya itu.

Look, I sit back and I watch it
Hands in my pockets
Waves come crashing over me but I just watch 'em
I just watch 'em
I'm underwater but I feel like I'm on top of it
I'm at the bottom and I don't know what the problem is
I'm in a box
But I'm the one who locked me in
Suffocating and I'm running out of oxygen

"Tidak!! Tidak tidak!!!"Saburo segera memeluk pinggang sahabatnya itu,"Jangan pergi!! Jangan mati!! Katakan.., katakan saja... apa yang membebanimu selama ini!"

"Riou.., kau satu-satunya sahabatku yang paling berharga! Kau alasanku tetap bertahan! Bahkan ketika Ayahku mengusir ku hingga aku berpikir untuk mati pun... hiks... kau ada... kau disana saat aku butuh teman."

"Khh.., kau mau mengulurkan tanganmu dan merengkuhku, memelukku dan berkata kau akan selalu ada untukku!" 

"Jangan pergi.., aku mohon...,"

Langkah Riou terhenti, pria itu menoleh dan menatap Saburo. Sebelum akhirnya jatuh terduduk dan mengeluarkan segala beban yang ia simpan seorang diri. Pasrah dan menangis dipelukan Saburo.

Dipelukan sahabat kesayangannya.

I'm paralyzed
Where are my feelings?
I no longer feel things
I know I should
I'm paralyzed
Where is the real me?
I'm lost and it kills me inside
I'm paralyzed (I'm just so paralyzed)

Dua tahun berlalu semenjak kejadian itu. Kini Riou telah bangkit dan kembali menjadi Riou yang dulu.

Riou yang ceria dengan caranya sendiri, sudah kembali.

Saburo menatapnya,"Selamat atas kelulusanmu!"Riou tersenyum hangat,"Kamu juga! Selamat atas kelulusanmu!"

"Jadi kau akan langsung kembali ke Amerika?"tanya Saburo dengan nada sedih, Riou menggeleng pelan,"Tidak sebelum aku balas dendam pada Pamanku,"sahut pria itu sembari menyerigai.

"Butuh bantuan?"

"Tentunya."

"Baiklah, kita jebak dia. Aku buat rencananya."

Saburo menyerahkan dua ponsel pada Riou, ponsel satunya memang milik Riou, tetapi sudah diperbaiki dan ponsel satunya adalah milik Saburo.

"Nanti kau telepon Ibumu, seperti biasa, katakan kalau kau butuh uang. Tetapi sebelumnya, pancinglah emosi Paman gilamu itu."

"Aku paham. Toh sebenarnya..."

Seorang pria dan seorang wanita muncul dari belakang Riou,"Kedua orang tuaku sudah di Jepang dari dua minggu sebelum lulus."

Saburo terdiam,"A-ah, hai Pak."hati-hati, Saburo menyapa kedua orang tua Riou.

Ayah Riou tersenyum lembut,"Terima kasih sudah menolong putraku,"Saburo hanya tersenyum dan mengangguk,"Sudah tugas saya sebagai sahabatnya."

"Baiklah,"giliran sang Ibu yang berkata,"Ayo jebak Pamannya Riou."

Where are my feelings? (yeah, I'm just so paralyzed)
I no longer feel things (I have no feelings)
I know I should (oh how come I'm not moving why aren't I moving ay yeah)
I'm paralyzed

Jebakan yang direncanakan Saburo berjalan dengan sangat sukses, kelakuan buruk sang Paman berhasil terkuak dan terbuka lebar. Hingga pria biadab itu harus menikmati dinginnya penjara dalam waktu yang lama.

"Jadi...,"Saburo berkata perlahan,"Kau akan kembali ke Amerika? Kapan kau ke Jepang lagi?"

"Mhm...,"Riou mengulum senyumannya,"Mungkin tidak akan ke Jepang lagi."

"...Ah...,"Saburo tersenyum pahit,"Kalau begitu kau hati-hati di jalan. Jangan lupakan aku juga...,"

"Tapi kau wajib ikut denganku. Aku tidak menerima penolakan darimu."Riou mengeluarkan selembar kertas,"Ini tiketmu, dan kau akan ikut denganku kemanapun aku pergi."

Senyuman Saburo luntur, ia mengerjap polos,"Kau sedang tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Tentu saja tidak,  toh ini juga kedua orang tuaku yang menyuruhku mengatakannya padamu."

Saburo langsung memeluk sahabat besarnya erat,"Aku gak mau jauh darimu!"

"Bagus, karena aku juga."

Where is the real me? (where is the real me, where is the real me?)
I'm lost and it kills me inside (I'm paralyzed, I'm paralyzed)
I'm paralyzed (I'm paralyzed)

"Ara~ kisah yang manis. Sayang sekali kehidupan tidak sebaik itu, sayangku."Ark menutup buku di tangannya dan tersenyum,"Setidaknya bagiku."

End

Plot by me
Story by me
Ending by  me

Regards
秋冬歩か

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro