File 120: Bon Apetite
ヒプノシスマイク-AU
Pairing: Riou Mason Busujima x Saburo Yamada x Ichijiku Kadenokouji
Genre: Slasher Gore (?), Dll
Warn: OOC, Typo, and others
Betapa sial Riou. Hanya itu yang terlintas di pikiran Riou saat itu.
Tak seharusnya ia menyelamatkan wanita yang akhirnya menaruh obsesi padanya.
Tolol, memang.
'Sial..,'pikir Riou panik. Tak tahu harus berbuat apa untuk menjauhkan Ichijiku darinya.
Ia tidak mungkin mengasari wanita, tapi jika wanitanya sudah gila, Riou jadi bingung harus berbuat apa. Sekali lagi, ia tidak pernah suka bersikap kasar pada wanita.
"Riou~♡"
Mendengar suaranya saja Riou sudah merinding, Ichijiku memang memiliki suara yang berbeda.
"Kau disini ternyata~♡"
"A-ah ahaha...,"Riou hanya bisa tertawa canggung, tidak mungkin ia menepis wanita itu dengan kasar. "Kenapa kau tidak pergi dengan istrimu ini, sih...~♡"
"I-Ichijiku, k-kau bukan istriku. K-kau hanya kuanggap temanku."
"APA?!"
-000-
"Akh! Sakit...,"ringisan kecil itu membuat Riou menoleh, menatap pria disisinya yang sedang mencengkram dagu wanita dihadapannya.
"Maaf tuan...,"Riou menarik tangan pria itu,"Tolong jangan bersikap kasar pada wanita."
"Cih...,"pria ber-name tage Rei itu mendecak, kemudian mendengus pelan,"Terserahlah, tapi yang pasti aku ingin melenyapkan wanita benalu ini dari hidupku."
"Kalau kau mau mengambilnya, ambil saja. Tapi jangan sampai wanita gila itu mengacaukan hidupmu."Rei berkata begitu saja, kemudian berlalu. Riou terdiam sejenak, kemudian melirik wanita yang sedari tadi memeluk lengannya.
Ketika matanya bertemu pandang dengan mata Ichijiku, Riou tahu ada yang salah dengan wanita itu. Ia merinding ketika menatap mata wanita itu.
"B-baiklah, ini rumahku...,"Riou membuka sebuah pintu dihadapannya sembari tersenyum,"Setidaknya bagiku ini cukup nyaman."
Riou kemudian melirik Ichijiku, wanita itu menunduk, sekilas Riou dapat melihat serigai mengerikan dari wanita gila itu.
"Ukh..,"nada memelas dikeluarkan Ichijiku, wanita itu mendongak dan menatap Riou, tatapannya campuran takut dan melas.
"Aku tidak punya tempat tinggal.., tidak seorang pun mau menerimaku di rumah mereka."
"Sigh..,"Riou menghela napas berat,"Baiklah, kau boleh tinggal disini hingga kau mendapatkan rumah baru untukmu."
"T-terima kasih...,"
Sayangnya, Ichijiku tidak segera mencari tempat lain, ia seolah menjadi benalu di hidup Riou. Setiap malam, setelah Riou tidur, ia akan masuk ke kamar Riou, tidak melakukan apapun selain menatap pria itu dan mengecupnya lembut. Tidak hanya itu, wanita itu akan terus mengikuti Riou kemanapun pria itu pergi. Bagi Riou, bukan masalah ia diikuti kemanapun, tetapi yang menjadi masalah adalah, Ichijiku selalu memeluk lengannya kemanapun.
-000-
"Wanita gila!"
Seseorang berteriak pada Ichijiku, tetapi wanita itu hanya menanggapinya dengan tawa yang terdengar manis namun juga mematikan.
Membuat orang itu bergidik ketakutan dan segera menjauh dari wanita bersurai kemerahan tersebut.
Riou kemudian menoleh pada Ichijiku, ia tersenyum paksa,"Ji-Jiku, aku harus pergi ke kamar mandi saat ini juga."dengan tergesa, ia melepas pelukan Ichijiku lalu berjalan pergi.
"Hah... hah..."Riou menghela napas, sekali ini ia berhasil kabur dari Ichijiku. Pria itu berjongkok diselasar depan minimarket.
Saburo yang baru saja keluar dari minimarket, menatap Riou,"Are? Io-san? Sedang apa disini?"Riou mendongak, menatap Saburo,"Saburo... uhh... tolong aku."
"Huh? Ayo jelaskan padaku, kita ke kafe saja."Saburo mengajak pria itu ke kafe terdekat yang mereka temukan.
"Jadi begini...,"Riou memulai dengan nada frustrasi yang kentara,"Saat itu aku baru pulang berbelanja. Aku melihat wanita itu, yang sepertinya disakiti oleh pria lain."
"Secara spontan, aku memutuskan untuk menolongnya. Pria yang menyakitinya berkata padaku,'Terserahlah, tapi yang pasti aku ingin melenyapkan wanita benalu ini dari hidupku.' Kemudian pria itu berkata lagi,'Kalau kau mau mengambilnya, ambil saja. Tapi jangan sampai wanita gila itu mengacaukan hidupmu.'"
"Setelah pria itu pergi, Ichijiku bilang padaku kalau ia tidak memiliki tempat tinggal. Dengan bodohnya aku biarkan ia tinggal bersamaku hingga dia mendapat rumah baru. Tapi Saburo...,"
"Dia tak kunjung mencari rumah baru. Dia seperti benalu di hidupku. Kau tahu apa? Dia seringkali masuk ke kamarku saat aku tidur dan dia menciumku! Yah.., tidak selalu sih. Tapi dia seringkali menatapku hingga tidurku seolah menjadi mimpi buruk."
"Saburo! Dia sakit jiwa, kau tahu?"keluh Riou sebal,"Dia selalu mengatakan kemanapun kalau aku adalah suaminya. Memeluk lenganku kemanapun dan tentu saja... ugh... mengikuti aku kemanapun!"
"Ha-ha-ha! Pantas saja sih..,"Saburo tertawa sembari meminum minumannya,"Kan kau yang menyelamatkannya."
"Tapi..,tidak hanya itu. Aku ingin meminta pertolonganmu..,"Riou menggenggam lembut tangan mungil Saburo,"Tolong bantu aku menjauhkan wanita gila itu dari hidupku. Aku lelah..,"Riou bahkan menitikan air matanya,"Rasanya aku selalu waswas dan aku mulai terkena gangguan tidur."
Saburo tersenyum cerah,"Apa yang tidak untuk pasanganku? Tapi sebelumnya.., apa boleh, kita tinggal bersama?"segera, Riou mengangguk,"Tentu! Kau memang pasanganku yang terbaik..,"
"Ha-ha-ha,"Saburo tertawa kecil,"Yang benar saja."
"Disini kau ternyata...,"
Riou refleks menoleh ketika ia mendengar suara yang baginya mengerikan itu,"I-Ichijiku...,"
"Kau bilang padaku kalau kau hanya pergi ke kamar mandi, tetapi ternyata kau disini! Dasar kau!!"amuk Ichijiku pada Riou. Nadanya melengking, seolah sedang merusak gendang telinga orang lain.
"Kau...!"Ichijiku beralih pada Saburo yang menatapnya aneh,"Berani-beraninya kau merebut suami orang! Dasar penggoda! Jalang!"Saburo menaikkan sebelah alisnya, kemudian menatap dingin mata Ichijiku yang berkilat aneh,"Berkacalah,"ia berkata dengan nada dingin yang berbahaya,"Riou adalah pasanganku. Kau yang jalang disini, bukan aku. Wahai jalang tengik."
"A-apa?!"
PLAKKK!!!
Tangan kecil milik Saburo melayang, telak menampar pipi berbedak tebal Ichijiku, ia kemudian tersenyum setengah menyerigai,"Jangan macam-macam, *ame."
"Akh!"Riou hanya bisa terdiam, pasangannya adalah iblis jika sudah menyangkut soal dirinya. Ichijiku menoleh, menatap Riou dengan tatapan seolah akan menangis,"R-Riou, kenapa kau tidak membela istrimu sih...,"nadanya bergetar, memang ular sejati.
Namun yang dihadapi Ichijiku adalah ular tua penuh tipu muslihat, berbeda jauh dengannya.
"Io-san...,"dengan sengaja, Saburo memeluk lengan Riou erat, nada bicara dilembutkan,"Wanita itu... hiks... ingin menyakitiku...,"
"APA?!"
PLAKKK!
Kali ini tangan mulus Ichijiku yang mendarat sempurna di pipi Saburo. Wanita itu kemudian mencengkram dagu Saburo,"Jangan macam-macam, *nona muda. Aku tidak akan segan."ia kemudian melepaskan tangan Saburo dari tubuh Riou, lalu tersenyum nyaris menyerigai,"Ayo pulang, su-"
"A-"
"Mi-"
"Ku!"
Mau tidak mau, Riou pergi mengikuti wanita gila itu. Sekilas, ia menoleh dan menatap Saburo,'Tolong aku!!'
-000-
"I-Ichijiku, mulai saat ini...,"Saburo keluar dari kamar milik Riou, pria muda itu memeluk pinggang Riou dan mengusal, memberi rasa tenang pada Riou,"Mulai saat ini, pasanganku, Saburo Yamada, akan tinggal bersamaku dan kami akan tidur sekamar. Jadi.., tolong jangan pernah masuk ke kamarku tanpa izin lagi."
"Khh...,"Ichijiku menggigit bibirnya perlahan, otaknya dipaksa berputar untuk menyingkirkan Saburo dari hadapannya. Ia ingin Riou hanya menjadi miliknya seorang.
Riou yang indah itu, adalah miliknya seorang.
Tak seorangpun boleh merebutnya.
Bahkan pasangannya sendiri.
"....baiklah."Ichijiku memasang senyumnya,"Aku paham. Maafkan aku."
"Humph! Baguslah...,"Saburo tersenyum manis,"Mohon kerja samanya ya, Ichijiku - san."Ichijiku hanya mengangguk, namun binar matanya berkilat aneh, memperlihatkan binar permusuhan.
Riou kembali tersenyum,"Jangan bertengkar ya."pria itu berkata dengan nada lembut, diam-diam menghela napas lega. Ia akan tenang jika Saburo ada disisinya.
-000-
Tetapi, masalahnya tidak selesai semudah itu. Setiap hari, ada saja yang dilakukan Ichijiku untuk membuat Saburo menjadi kesal sekali. Meninggalkan piring cucian hingga bertumpuk, tidak membuang sampah, dan sengaja mengotori kediaman Riou.
"Yang benar saja!"gerutu Saburo sembari menyapu,"Baru saja aku menyapu dibagian ini!"kesal, Saburo nyaris saja memukuli Ichijiku dengan sapu. Sayangnya Riou menahannya dan menggeleng,"Biar aku saja. Bersantai lah."Riou tersenyum lembut,"Ichijiku, tolong sapu sampahmu sendiri ya...,"
Nada lembut itu segera membuat Ichijiku tersenyum dan segera bangkit. Wanita itu kemudian merebut sapu di tangan Riou dan mulai menyapu sampahnya sendiri hingga bersih.
Sementara itu, Saburo terdiam, ia menatap tajam Ichijiku yang seolah penjilat ulung.
"Menjijikkan."
Sembari menghentakkan kakinya pelan, Saburo melangkah keluar dari apartemen itu,"Io! Aku mau keluar dulu!"teriaknya pada Riou. Riou hanya bisa mengangguk, kemudian kembali menatap Ichijiku lembut, mengawasi wanita itu.
"Hmph...,"diam-diam Ichijiku memasang serigai, bak rubah, ia pandai mengambil hati orang lain dan memainkannya sesuka hatinya.
"Ichijiku, lain kali tolong bersihkan sampahmu sendiri ya...,"Riou tersenyum lembut ketika mengatakannya. Membuat Ichijiku mendongak dan tersenyum manja,"Iya!"
-000-
"Aku harus pergi berbelanja,"kata Riou pada Ichijiku dan Saburo yang tengah bersantai walau berjauhan,"Jaga rumah, ya. Jangan bertengkar lagi,"pesan Riou sembari mengusap kepala Saburo,"Berlaku buatmu juga, Ichijiku."
"Un."
"Hn."
Keduanya hanya menyahut singkat, tepat setelah Riou menutup pintu kediamannya, Ichijiku memulai pertengkaran.
"Apa-apaan kau,"ia menatap Saburo tajam,"Berani-beraninya kau merebut Riou dariku."
Saburo hanya menatap dingin, ia hanya diam kemudian berkata dengan nada dingin,"Kau yang apa-apaan, menumpang di rumah Riou dan berubah menjadi benalu."
"Sial! Kau!"
"Apa? Yang kukatakan memang benar, kan?"
"Cih!"Ichijiku bangkit dan melepas uraian rambutnya, ia mengambil pisau yang tersimpan rapi didalam gulungan rambutnya,"Mati saja kau!"
Pisau dihunuskan, Saburo mengelak,"Tidakkah kau terlalu ceroboh?"
Saburo menunduk, sekilas ia tersenyum nyaris menyerigai,"Ayo bermain."
Pertarungan mereka berjalan panjang dan sengit, namun Saburo yang pada dasarnya tidak terlalu pandai bertarung dengan tangan kosong, akhirnya terpojok dan kelelahan.
"LIHAT BELAKANGMU, BODOH!!!"
CRATT!!!
"Akh!!"Saburo jatuh tersungkur, ia mengusap darah yang keluar dari mulutnya,"Kematianku.., akan dibalaskan- dengan... uhh... kematian...-mu,"Saburo menyumpah sesaat sebelum ajal menjemputnya, tusukan di punggungnya sukses menusuk jantungnya.
"Ha-ha-ha!"Ichijiku tertawa,"Akhirnya Riou menjadi milikku seorang!"
-000-
"Aku pulang...,"sapa Riou sejenak, hidung mancungnya membaui aroma pekat darah. Ia segera menyalakan lampu, manik biru laut mengecil, Saburo tergeletak mati dengan Ichijiku yang berada didekatnya, mengusapkan darah Saburo ke wajahnya.
"Ha-ha-ha~☆"tawa iblis keluar dari bibir wanita sinting itu. Ichijiku mendongak, lalu tersenyum,"Riou! Kau sudah pulang ternyata,"kata wanita itu,"Ne-! Kini kau menjadi milikku seutuhnya, Saburo... sudah tidak ada lagi!"
Kantung belanja dijatuhkan begitu saja. Tatapan Riou berubah.
Ia kembali seperti dirinya yang dulu.
Seperti sisinya yang telah lama ia lupakan.
Pisau dapur diraih, dengan brutal namun tepat sasaran, Riou melempar pisau di tangannya, sukses menusuk tangan Ichijiku diatas lantai kayu.
"ARGH!!!! SAKITTT!!!!"Ichijiku meneriakkan rasa sakitnya, ia menatap Riou dengan air mata di pelupuk matanya,"Te-tega sekali kau...,"
Pisau kedua diraih, Riou menatap mayat Saburo.
Sesaat ia tersenyum, sebelum senyumnya digantikan oleh serigai.
"Ba.., ik..., lah.., nona muda. Kuladeni permainan-permainanmu ini."Pisau di tangan mulai menyentuh kulit mulus berlapis darah, terasa dingin juga mencekam.
"Yah... pertama-pertama, kau melukai Saburo di pipinya. Kau tahu? Pipi indah itu adalah milikku seorang! Takkan kubiarkan...,"pipi mulus Ichijiku mulai terasa perih akibat goresan pisau yang ada di tangan Riou,"AKHHHH!!!"
Pluk!
Kulit pipi terlepas, jatuh tepat diatas paha Ichijiku,"Makan itu!"perintah Riou dingin, pria itu mencengkram dagu Ichijiku, menyuapi paksa dengan kulit pipinya sendiri.
Tanpa bisa menolak, Ichijiku menelan kulit pipinya, terasa amis dan menjijikkan, membuat dirinya merasa ingin muntah saja.
Pisau dihunuskan, Riou memasang serigai.
"Ayo bermain."
Dua jam berlalu, Ichijiku sudah mati di tangan Riou, kini hanya ada Riou,terpekur dalam diam, menatap mayat Saburo.
"S-Saburo...,"bisiknya sembari memeluk mayat itu,"Kau... ini salahku...,"bisiknya lagi.
-000-
Riou berubah, ia tidak ingin melepas mayat Saburo. Bahkan setelah mayat itu mulai membusuk, Riou tetap tidak ingin menguburkannya.
Hingga Jyuto dan Samatoki sepakat, mereka akan memberikan robot yang dibuat sangat mirip dengan Saburo.
"Riou-san...,"panggilan itu seolah menarik atensi Riou. Pria itu menoleh,"Saburo? Itu kah kau?"Saburo mengangguk,"Ya!"
Riou segera berlari ke kamarnya sendiri, pria itu ingin mengecek dimanakah mayat Saburo yang disimpannya.
Selimut dibuka, mayat itu sudah tidak ada.
"S-Saburo,"Riou kemudian jatuh berlutut,"Aku bersumpah akan selalu menjagamu apapun yang terjadi...,"
「愛する人はうつ病の最大の原因です」
End
Plot by me
Story by me
Ending by me
Regards
秋 冬 歩 か.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro