Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

File 111: "Okaa-san,"

ヒプノシスマイク AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Aoki Rizu x Saburo Yamada
Genre: Lilhurt, and others
Warn: OOC, Typo and others

Suara ketukan di pintu utama apartemennya membuat Rizu mengalihkan atensinya, ia berusaha mengingat-ingat apakah ada orang yang ia ajak bertemu atau apa, sementara itu, ia berjalan ke pintu utama.

Gadis itu membuka pintunya perlahan, menatap seorang anak kecil dan seorang bayi yang berada digendongan anak itu, ia mengerinyit, berusaha mengingat siapa anak itu.

"Ano...,"anak bersurai jingga itu membuka suaranya, nadanya sedikit lirih, ia menunjukkan kalung yang ia kenakan,"Orang tuaku memintaku datang kemari,"ucapnya lirih. Rizu mengerjap sesaat, ia baru ingat kalau dua anak dihadapannya ini adalah putra dari sahabatnya.

"Um... memangnya orang tua kalian kemana?"tanyanya hati-hati sembari membawa dua anak itu masuk ke apartemennya. Riou terdiam,"Mama sama Papa pergi,"gumamnya pelan,"Gak akan kembali lagi."

Rizu terdiam sejenak, menimbang-nimbang maksud dari perkataan Riou. Ia semakin terdiam saat mengerti maksud perkataan Riou,"A-ah begitu, ya... kalian mau minum apa?"

"..."Riou hanya diam, ia mengeratkan pelukannya pada sang adik, menunduk tanpa bicara sepatah kata pun, membuat Rizu hanya bisa tersenyum memaklumi dan pergi ke dapur. Tak lama setelahnya, ia kembali sembari membawa dua gelas susu, yang satunya lagi ia tempatkan di gelas khusus,"Silahkan,"katanya pelan, tersenyum lembut.

Dengan ragu, Riou memberikan susu buatan Rizu kepada sang adik, membuat Saburo tersenyum senang dan segera meminumnya. Melihat itu, Riou turut tersenyum tipis, ia senang melihat sang adik tersenyum.

"Kalian boleh tinggal disini,"ucap Rizu hati-hati, namun ramah,"Anggap saja rumah sendiri, walaupun perlakuanku mungkin akan sedikit berbeda dengan orang tua kalian."Riou mendongak, ia menatap sang ibu angkat dengan tatapan berharap,"Benarkah?"lagi, Rizu mengangguk sembari tersenyum lembut,"Ya, tinggallah disini bersamaku."

Riou tersenyum pahit,"Bagaimana dengan adikku? Apa dia boleh ikut tinggal disini?"ia kembali menunduk, menatap bayi digendongannya yang sedang tersenyum polos, sesekali menendang-nendang. Melihat itu, Rizu mengusak surai jingga Riou,"Dia juga boleh tinggal disini kok,"katanya ramah. Membuat Riou diam-diam menghela napas lega, ia takkan dipisahkan dengan keluarga satu-satunya.

"A-arigatou, obaa-san,"gumam Riou pelan, membuat Rizu kembali tersenyum,"Kamu boleh memanggilku okaa-san atau mama, kok."dengan hati-hati, Rizu mengambil bayi digendongan Riou,"Namanya siapa?"tanyanya pada Riou, dengan nada ramah terdengar sangat lembut di telinga Riou, membuat Riou tersenyum tipis,"Saburo,"jawabnya lirih, Rizu menatapnya,"Kamu sendiri?"

"A-aku... Riou,"bisik Riou pelan, membuat Rizu mengerinyit heran,"Kamu kenapa?"tanyanya lembut, namun Riou menggeleng, lalu tersenyum tipis,"Tak apa,"bisiknya lirih. Rizu tersenyum lembut,"Bagaimana kalau kita pergi ke pusat perbelanjaan? Kita akan membeli berbagai kebutuhan kalian berdua,"ajak Rizu.

Riou hanya mengangguk, setengah melamun ketika Rizu mengatakan hal itu. Rizu menghela napasnya, kemudian menatap Riou,"Kamu kenapa?"

Sekali lagi, Riou hanya menggeleng sembari tersenyum paksa, namun binar matanya kosong, seolah tak ada kesenangan atau apapun yang sedang dirasakan Riou,"Baiklah, ayo,"kata Rizu sekali lagi, wanita itu menggamit lengan mungil Riou, dan menggendong Saburo dengan sebelah tangannya lagi,"Kita ke Shibuya Marui."

Sepanjang perjalanan ke Shibuya Marui, Riou hanya melamun di mobil Rizu, menatap kosong ke luar jendela, seolah apapun yang diluar jendela itu jauh lebih menarik daripada perbincangan yang dibuat Rizu. Menjadikan obrolannya dengan Rizu hanya berlangsung satu arah.

Riou seolah tak tertarik dengan apapun, ia hanya menatap kosong, melamun dan bergumam jika diajak bicara. Membuat Rizu mulai mengkhawatirkan kondisi mental dari seorang Riou, ia menatap Riou lembut dan bertanya,"Akhir-akhir ini kau selalu melamun, ada apa?"

"Eh? A-ah, tak ada apapun kok, Mama."Riou menjawab pertanyaannya walau dengan sedikit tergagap, membuat Rizu semakin khawatir,"Bagaimana kalau kau bermain dengan Saburo dahulu?"ajak Rizu lembut, membuat Riou mendongak,"Sa- Aku sedang tak berminat, Mama. Aku...,"

"... kangen okaa-san,"gumam Riou dengan nada sedih yang demikian kentara, ia menunduk, membiarkan surai jingganya yang mulai memanjang, kini mulai menutupi mata biru lautnya. Rizu tersenyum pahit, ia sadar ia tak sepenuhnya bisa membuat Riou melupakan kematian kedua orang tuanya.

Apalagi orang tuanya mati dihadapannya.

Rizu tetap merawat dua anak yang datang kepadanya, dengan penuh kasih sayang seolah dua anak itu adalah anak kandungnya. Ia juga memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan setelah tahu tabungannya mulai menipis. Baginya itu bukanlah masalah besar, ketika ia ingat siapa kedua orang tua dari kakak beradik Riou dan Saburo.

Arkatama dan Eleanor Busujima, teman semasa kuliahnya di Universitas Tokyo, yang sudah banyak sekali membantunya bahkan hingga ia menikah.

Rasa utang budi itu membuat Rizu setuju mengadopsi dan merawat kedua anak temannya yang imut dan sangat penurut. Rizu bahkan mulai mencari pekerjaan demi menunjang biaya hidup mereka bertiga.

Namun ada saat ketika Riou dan Saburo menangis di malam hari, yang terkadang bertepatan ketika ia menangisi sang suami yang tak kunjung kembali dari Jerman. Hal itu membuatnya harus menghapus air matanya, dan bersikap tegar dihadapan kedua anak angkatnya.

Ia mencintai anak-anak itu sebagaimana ia mencintai sang suami dan pekerjaannya terdahulu sebelum ia menikah dengan suaminya.

Rizu akhirnya harus menenangkan kedua anak itu, dan menemani mereka berdua hingga tertidur dipelukannya.

Hingga malam hari pun tiba, ketika kedua anak angkatnya sudah tertidur, Rizu termenung di kamarnya. Ia menatap foto pernikahannya dengan seorang pria berperawakan tinggi dan besar, tersenyum bersamanya didalam balutan tuxedo mewah senilai jutaan Yen. Dengan dirinya disisi pria itu, tersenyum bersama, bahagia setelah mengucap janji suci.

Sayang, tak lama setelahnya, sang suami menghilang begitu saja.

Rizu memeluk pigura foto itu, lalu diam-diam ia terisak, ia benar-benar merindukan sang suami tercinta.

Riou yang terbangun di tengah malam, sedikit terkejut tatkala ia mendengar suara isakan lirih dari kamar yang ditempati Rizu. Ia mengerinyit, sedang apa ibu angkatnya malam-malam begini? Diam-diam, Riou mengintip dari sela pintu yang tak terkunci, dan ia melihat sang ibu menangis terisak sembari memeluk sebuah pigura.

Riou mengerinyit, ia mengingat bagaimana Rizu menenangkannya ketika ia dan Saburo terbangun di tengah malam dan menangis, pantas saja terkadang Riou melihat jejak air mata di pipi sang ibu angkat. Ternyata itu penyebabnya.

Riou mengepalkan tangannya sendiri seerat yang ia bisa, ia menunduk. Mengingat bagaimana Rizu memperlakukan dirinya dan sang adik.

Bagaimana Rizu yang selalu tersenyum lembut.

Bagaimana Rizu selalu merawat mereka berdua seolah wanita itu sedang merawat sepasang berlian bernilai mahal.

Bagaimana Rizu membuatkan mereka sarapan hingga terkadang sampai melupakan sarapannya sendiri.

Bagaimana Rizu merawat dirinya yang sakit bertepatan dengan sang adik yang sakit.

Riou harus melakukan sesuatu.

Setengah berjingkat Riou memasuki kamar ibunya, dengan perlahan ia melingkarkan lengan mungilnya di punggung sang ibu,"Ma...,"panggilnya lembut, membuat Rizu berjengit terkejut lalu menoleh,"Y-ya Riou? Ada apa nak?"tanyanya sembari mengusap air matanya, Riou mengusal lembut di punggung sang ibu.

"Mama jangan sedih lagi...,"pinta anak itu lirih,"...Riou dan dik Saburo ada disini, mama engga sendirian kok,"gumamnya melanjutkan,"Apa Riou dan adik Saburo terlalu merepotkan mama?"

Rizu langsung menggeleng, ia berbalik dan menatap sang putra angkatnya,"Mama hanya sedang sedikit sedih, Riou. Riou dan Saburo sama sekali tidak merepotkan mama kok, malah mama senang dengan keberadaan kalian berdua disini."ia mengusap lembut surai jingga Riou, kemudian berkata,"Kalian berdua membuat hidup mama terasa lebih berwarna semenjak papa meninggalkan mama."

"Memangnya papa kemana, ma?"Riou bertanya sembari mengedip polos, ia menatap sang ibu dengan tatapan polos,"Papa jahat sekali sampai meninggalkan mama begitu saja!"geramnya sebal, walau terlihat menggemaskan di mata Rizu.

Rizu menggeleng lembut, wanita bersurai cokelat itu tersenyum,"Itu bukan salah papa maupun mama, Riou. Itulah takdir kami, papa Arka meninggalkan mama di usia pernikahan yang belum menginjak tiga bulan."Rizu menatap lurus, tatapannya menerawang,"Papa... pergi dengan alasan urusan bisnis ke Jerman, namun saat papa akan kembali ke Jepang, pesawat yang papa tumpangi jatuh."setetes air mata meluncur bebas dari pipi mulus Rizu,"Mama mendapat kabar itu saat mama tengah hamil dua bulan, dan parahnya lagi... mayat papa Arka tak ditemukan sama sekali."

"Mama stress berat, dan akibatnya... mama kehilangan Gea."Riou yang sedari tadi mendengar cerita Rizu, mengeratkan pelukannya,"...maaf, mama."ia berbisik lirih, kentara anak berusia dua belas tahun itu berusaha menahan tangisannya sendiri.

"Tou-chan... dan Kaa-chan hiks... meninggalkan kami berdua ketika sedang berjalan-jalan,"kata Riou memulai cerita soal kematian kedua orang tuanya,"Tou-chan dan Kaa-chan ditembak saat kami sedang bersantai di taman."air mata semakin membanjiri wajah Riou, anak itu benar-benar terpukul,"R-Riou bahkan masih ingat ketika Tou-chan memberi kalung ini."ia meremas kalung yang dikenakannya,"Dan meminta Riou menjaga adik Saburo dengan sangat baik,"gumamnya.

"Ri-Riou bahkan engga tahu apa salah Tou-chan dan Kaa-chan hingga mereka berdua harus mati di hadapan kami."

"Sst Riou,"Rizu mengeratkan pelukannya pada Riou,"Ada mama disini,"

Rizu akhirnya bekerja sebagai model pada seorang designer bernama Amemura Ramuda, dan ia bahagia menjalani kehidupan barunya. Ada dua anak yang akan menyambut kepulangannya, ada Ramuda yang asyik untuk diusili, dan setiap hari ada baju baru lagi yang akan ia peragakan atas permintaan Ramuda.

Sore itu, Rizu pulang ke apartemennya sembari tersenyum kecil, ketika ia sedang melepas sepatu heels yang ia kenakan, Riou dan Saburo yang sudah mulai bisa berjalan menyambutnya,

"Okaeri, Okaa-chan!"
"Okaeli, Okaa-chin!"

End

Plot by RizuKyu
Story by me
Ending by Rizukyu

Regards
歩か 秋冬

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro