Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

File 104: Berantem

ヒプノシスマイク AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Amemura Ramuda x Saburo Yamada x Jinguji Jakurai
Genre: Family, Friendship, Shou-AI, slight of Hurt, and others
Warn: OOC, Typo and mature containt

"OH YA?! KAU PIKIR AKU TIDAK LELAH?"bentak Riou kasar pada Saburo, Saburo menatap pria itu tajam,"KAU PIKIR AKU NGGA BOSAN, MENGHADAPI KETIDAK PEKAANMU SETIAP HARI?! KAU PIKIR AKU TIDAK BOSAN MENGODEMU TERUS?! BAHKAN JIKA AKU KATAKAN DENGAN TERANG-TERANGAN, KAU BAHKAN TIDAK PEDULI!!"sahut Saburo tak kalah keras.

"KENAPA AKU BISA DAPAT PASANGAN SEPERTI KAU SIH?!"bentak Saburo lagi, tatapan Riou berubah, menajam dan dingin,

PLAKK!!!

"CUKUP!! AKU LELAH!!"Saburo terpaku sejenak setelah menerima tamparan super keras itu, manik hetero-nya mengecil, tanpa ia sadari, tangannya bergerak sendiri,

Plak!!

Walau tak sekeras tamparan Riou, tapi itu cukup untuk mewakili segala perasaan Saburo saat itu, Riou terdiam ketika ia menerima tamparan dari Saburo, hatinya mendadak terasa agak sakit,"Kita putus!! Dasar pria bajingan!!"teriak Saburo sebelum keluar dari apartemen itu sembari menangis.

Riou terpaku sejenak, beberapa barang Saburo tertinggal disini karena anak itu sedang menginap di rumahnya. Dengusan lelah keluar darinya, ia menyentuh pipinya sendiri, terselip rasa sakit ketika ia menampar Saburo dan Saburo mengembalikan tamparannya walau tak begitu keras. Riou tahu, hubungan mereka mulai tak sehat. Salah satu pihak harus mengalah, ia memaksa Saburo mengalah dan meminta putus, dan beginilah akhirnya. Ia sendirian di rumahnya, tak ada suara lagi, hanya dirinya dan keheningan yang agak mencekam.

Diraihnya ponselnya, ia hapus dan blokir semua akun sosial media milik Saburo, foto-foto, semuanya ia hapus dan ganti, hingga hanya menyisakan satu foto yang memang sengaja ia biarkan tetap berada di galerinya. Tatapannya dingin, begitu pula pergerakannya yang terasa dingin. Ia pergi ke kamarnya, membuka lemarinya dan membongkar isi lemari khusus Saburo. Ia mengambil kardus di dapur dan memasukkan semua pakaian dan barang-barang milik Saburo, lagi, kecuali satu. Boneka beruang yang ia dan Saburo beli secara kembaran, tetap ia pertahankan, mana tahu ia tiba-tiba merasa merindukan si bocah bermata hetero itu.

Sementara itu, Saburo yang sudah sampai di Ikebukuro, segera masuk ke kamarnya tanpa mengucap salam kepada kedua kakakknya, yang membuatnya dihadiahi tatapan aneh dari Ichiro juga Jiro. Kakaknya yang kedua menaikkan sebelah alis,"Akan kususul dia, Ichi-nii,"kata Jiro sembari berjalan menuju kamar si bocah.

Ichiro menggeleng,"Biarkan saja dulu, mungkin ia sedang dalam masalah dan tak ingin kita ataupun salah satu dari kita mengunjunginya,"sahut Ichiro dengan nada ke-abang-an yang sangat terasa. Jiro kembali duduk di sofa ruang tengah rumah mereka, ia mulai mengira-ngira sang adik memiliki masalah apa.

"Nii-chan,"panggil Jiro, Ichiro menoleh, kertas laporan di tangannya ia letakkan terlebih dahulu diatas meja,"Ada apa Jiro?"tanya sang kakak lembut. Jiro mengerinyit aneh,"Kira-kira Saburo sedang ada masalah apa, ya? Kok tadi sekilas aku melihatnya menangis?"Ichiro tersenyum lembut, ia kembali menatap laporan yang sedari tadi sedang ia kerjakan,"Entahlah, mungkin dia sedang ada masalah dengan Riou-san? Dua hari ini 'kan dia menginap di Yokohama, yang tentu saja di rumahnya Riou-san,"Jiro semakin mengerinyit bingung,"Lalu kenapa aku tadi melihat bercak merah berbentuk tangan di pipi Saburo? Segila apa masalah mereka hingga terlibat sentuhan fisik?"Ichiro terdiam sejenak, ia menatap sang adik,"Benar juga, nii-chan juga lihat sekilas tadi,"

Cklek!

Pintu kamar Saburo terbuka lebar, memperlihatkan sang pemilik kamar yang sedang membawa kardus besar menuju keluar rumah. Jiro dan Ichiro menatap adik mereka,"Apa itu?"tanya Ichiro hati-hati, Saburo tetap diam, abai pada kedua kakaknya hingga ia selesai meletakkan kardus itu di tempat pengiriman (seperti kotak pos) dekat kediaman mereka bertiga. Setelah ia kembali, ia duduk diantara kedua kakaknya di sofa, menutup mata dengan lengan dan bersandar lelah di sandaran sofa,"Aku lelah,"ia berkata lirih, nyeri di pipinya masih terasa menyakitkan.

"..."Jiro yang mengerti maksud tatapan sang kakak segera mengambil kotak P3K dan mulai mengobati pipi sang adik,"Ack! BakaJiro, bisakah kau lebih pelan? Sakit tahu!"omel Saburo kesal pada Jiro. Ichiro menatap sang adik khawatir,"Apa yang terjadi padamu dan... Riou?"mendengar pertanyaan itu, Saburo menghela napas lelah,"Kami berantem besar dan dia menamparku, lalu kami putus. Barang yang tadi aku kirimkan adalah barang-barangnya yang tertinggal disini,"jelas Saburo lirih.

"...begitu ya,"Ichiro dan Jiro segera memeluk adik terkecil mereka, membagi kehangatan juga membantu menguatkan lil bro itu.







Saburo kini sudah mulai melupakan Riou, ia kini menjalin kasih dengan sang serigala, alias Jinguji Jakurai.

Begitu pula Riou, kini ia sudah mulai melupakan Saburo dan mulai menjalin kisah baru dengan sang leader Fling Posse, Amemura Ramuda. Tentu saja Riou memiliki alasan mengapa ia memilih Ramuda, karena baginya Ramuda itu childish seperti Saburo, begitu pula Saburo, dirinya memilih Jakurai karena baginya Jakurai itu dewasa, seperti Riou.

Suatu ketika, ketika Riou iseng berkunjung ke Shinjuku, ia bertemu Jakurai yang sedang berjalan-jalan sendirian. Riou memutuskan untuk menyapa sang serigala,"Konnichiwa, sensei,"sapa Riou dengan nada ramah. Jakurai tersenyum teduh,"Konnichiwa mou, Riou-kun. Apa kabarmu?"Riou mengangguk canggung,"Aku baik-baik saja, sensei. Hm... maukah anda pergi ke taman bersamaku?"Riou bertanya balik dengan hati-hati, sedikit takut Jakurai akan menolak ajakannya. Tanpa diduga, Jakurai mengangguk,"Tentu saja, saya senggang siang ini,"

Mereka berdua pergi ke taman di dekat rumah sakit tempat Jakurai bekerja, ia dan Jakurai duduk disebuah kursi taman, menatap lurus tanpa ada yang berniat membuka percakapan.

"Jadi... bagaimana hubungan anda dengan Saburo-kun?"tanya Riou sembari menyesap teh kalengan yang ia beli. Jakurai kembali tersenyum teduh, surai keunguannya terbang mengikuti arah angin,"Saya dengan Saburo-kun?"tanya Jakurai balik, guna memastikan pendengarannya. Riou terkekeh geli,"Saya tahu anda mengerti, Jakurai-sensei,"balas Riou datar.

Jakurai mengambil sebuah ikat rambut di snelli yang digunakannya, ia mengikat rambut panjangnya ala cepol asal,"Saya dengan Saburo-kun... tidak bisa dibilang benar-benar baik-baik saja,"Jakurai meminum teh kalengan yang ia beli,"Anak itu... seringkali melamun, dan ketika saya menanyainya, Saburo-kun hanya menggeleng dan kembali tersenyum...,"

"...namun saya tahu, itu adalah senyum terpaksa,"sambung Jakurai dengan nada kalem. Riou terdiam sejenak,"Lalu, anda dan Ramuda-kun, bagaimana?"Jakurai balik bertanya, ia sedikit penasaran. Namun ia tak menduga tatapan Riou berubah pias, pria itu membuang pandang sejenak, menghela napas berat,"Hubungan kami juga tak bisa dikatakan baik-baik saja,"Riou meremas kaleng minumannya, cukup beruntung isinya sudah habis.

"Ramuda-kun terasa berbeda dengan Saburo-kun, dalam semua hal tentunya. Ramuda-kun jauh lebih childish daripada Saburo-kun, dan itu terkadang membuat aku kesal,"Riou menyambung omongannya sendiri, ia menatap lurus kearah sekumpulan anak yang sedang bermain,"Dan terkadang sangat menyebalkan."Riou melempar kaleng kosong minumannya dengan perasaan kesal kearah tempat sampah.

Jakurai tersenyum lembut,"Lalu kenapa kalian putus padahal kalian masih saling... cinta?"

'Kenapa kalian putus padahal kalian masih saling cinta?'

'Benar juga, kenapa saat itu kami malah memilih putus, ya?'

'Bosan? Hubungan tidak sehat? Kok semuanya tidak ada yang masuk akal?'

'Apa karena saat itu kami terlalu emosi satu sama lain?"

Perdebatan batin di kepala Riou membuat pria itu hanya diam tanpa menjawab pertanyaan sang serigala. Jakurai menatap pria bersurai honey blonde itu dengan tatapan teduh,"Jika kau masih mencintainya, perjuangkan dia. Aku juga kasihan melihatnya yang selalu melamun, bahkan ketika kami sedang berkencan. Mengertilah dia, cobalah untuk peka kepadanya. Jangan terlalu egois, juga posesif terhadapnya, karena aku tahu Saburo itu berjiwa bebas,"nasihat dari Jakurai membuat Riou tersenyum tipis, juga pahit,"Tapi anda adalah kekasihnya sekarang, dan aku hanya masa lalunya. Kami tak memiliki hubungan apapun lagi, bahkan semua barangku yang tertinggal sudah dikirimkannya ke rumahku,"

"Aku juga sih, aku juga mengirim semua barang-barang Saburo yang tertinggal di rumahku, memblokir semua kontak dan akun sosial media milik Saburo, menghapus semua foto kecuali satu foto,"pria itu menatap ke arah lain,"Foto saat pertama kali kami berkencan. Dan boneka kembar yang kami beli bersama sebagai perayaan satu tahun,"

"Jadi... satu tahun kalian terbuang sia-sia hanya karena ego kalian masing-masing?"Jakurai menghela kecil,"Poor you,"

"Jakurai-san~♡"suara itu mrngalihkan atensi keduanya, baik Jakurai maupun Riou segera menoleh ketika mendengar suara childish Saburo. Anak itu segera melompat ke pangkuan Jakurai, melingkarkan kedua lengan mungilnya ke leher Jakurai, memeluk pria bersurai ungu itu erat,"Aku kangen kamu, Jakurai-san!"

Nyut~

Riou terdiam sejenak, mendadak hatinya terasa sakit tatkala ia melihat Saburo-nya bermanja dengan Jakurai, ia menggertakkan giginya, membuang pandang kemudian. Saburo menatap pria itu,"Kenapa kau ada disini, Riou?"

'Ternyata tanpa embel-embel -san, terasa menyakitkan, ya?'batin Riou pahit, ia menoleh, menatap Saburo dan memaksakan senyum,"Hanya sedang berkunjung ke Shinjuku, ada yang salah?"Saburo menggeleng tak peduli, ia kembali bermanja dengan Jakurai.

"Hewooo~!"teriakan cempreng itu kembali terdengar,"Saburo-kyun jahat! Meninggalkan Ramuda yang unyu ini di vending machine!"rajuk Ramuda, namun saat ia menoleh, ia bertemu pandang dengan Riou. Ramuda tersenyum bak anak kecil yang habis diberikan sekantung permen, pria bersurai pink itu langsung menerjang Riou dan memeluk pria itu erat,"Kau kesini untuk mengunjungiku, 'kan, Riou-kyun.♡"

Mendengar itu, Saburo terdiam, apalagi ketika ia melihat Riou membalas pelukan Ramuda dan mengecup pucuk kepalanya, ia merasa sakit hati.

'Ehanjir, kok... hatiku kayak disayat ya? Sakit banget!'

Pandangannya mendadak berubah menjadi kosong, ia menunduk dipangkuan Jakurai dengan poni yang menutupi mata. Hela napas berat ia keluarkan secara perlahan. Jakurai menatap Riou yang sedang mengelus surai pink Ramuda, yang ditatap menoleh,"Ada ap-."ia tercekat ketika melihat Saburo yang melamun sembari menunduk lesu, ia tak pernah melihat Saburo yang seperti itu.

Deg!

Ragu, ia menjulurkan tangannya ke arah Saburo sebelum kembali menariknya dan menggeleng pada Jakurai,"Aku tidak bisa,"ia berbisik lirih pada Jakurai, memastikan Saburo tak mendengarnya berbicara dengan Jakurai. Jakurai tersenyum lembut,"Tak apa,"sahutnya pada Riou. Ia menepuk lembut kepala Saburo,"Hei, kenapa melamun lagi?"

"Ti-tidak apa, Jakurai-san. Aku tidak apa-apa kok,"Saburo menjawab dengan sedikit tergagap, Jakurai kembali tersenyum lembut, ia menarik sang bungsu Yamada itu ke pelukannya, kemudian mengecup pucuk kepala Saburo,"Ayo, aku antar kau pulang, Saburo-kun."dengan lesu, Saburo mengangguk dan turun dari pangkuan Jakurai, lalu berjalan terlebih dahulu menuju parkiran mobil.

Jakurai menoleh pada Riou,"Segera selesaikan masalah diantara kalian berdua, jangan egois, oke?"pesan pria bersurai ungu itu pada Riou yang masih terpaku pada kepergian Saburo.

Semenjak saat itu, Riou tak pernah lagi bertemu dengan Saburo-nya.









Zrash!!
Byur!!

Suara ombak yang terasa menenangkan itu membuat Saburo tersenyum tipis, ia sedang di pantai wilayah Yokohama. Ia memeluk boneka beruang berwarna orange bertuliskan Riou. Hela napas berat ia keluarkan, menatap lurus kearah laut, ia tersenyum pahit,"Bodohnya aku...,"ia menggumam lirih, meremas boneka dipelukannya dan kembali tersenyum pahit, ia merasa sangat merindukan pria itu. Bodoh, ia tahu ia bodoh karena memilih memutuskan hubungan mereka dengan Riou dan malah memilih Jakurai sebagai kekasih barunya, atau... pelampiasannya.

Ia memejamkan mata, menikmati semilir angin yang menerbangkan anak rambutnya. Pelukannya kepada boneka itu semakin mengerat ketika isakan kecil mulai keluar dari bilah bibirnya, ia menyesali semuanya sekarang. Tetapi rasanya hanpir tidak mungkin Riou akan kembali bersamanya, terlebih Riou juga sudah menjalin kasih dengan Amemura Ramuda.

Puk!

Tepukan lembut di bahunya membuatnya kembali membuka mata dan segera mengusap air matanya, ia menoleh dan terdiam. Riou berdiri dibelakangnya sembari tersenyum lembut, memegang boneka yang sama seperti yang dipeluk Saburo. Hanya saja berbeda warna dan nama. Saburo mengucek kedua matanya, memastikan dirinya tak sedang berhalusinasi dengan keberadaan Riou.

"Apa yang kaulakukan disini, Saburo?"tanya pria itu lembut sebelum memutuskan untuk duduk disisi Saburo,"He-hei! Justru aku yang harusnya bertanya! Apa yang sedang kaulakukan disini?"Riou terkekeh mendengar pertanyaan bernada protes dari Saburo,"Hei, ini memang kota tempat tinggalku, salah aku ke sini?"

'Benar juga, ini 'kan Yokohama,'

"Ti-tidak sih,"Saburo melirik boneka yang dipegang Riou, ia lalu kembali menatap boneka di tangannya,"Sepertinya ada yang tak bisa melupakan masa lalu, ya,"Riou tiba-tiba berkata sembari terkekeh kecil,"Hei!"Saburo meninju ringan bahu pria itu,"Kau juga! Apa yang kaulakukan dengan boneka itu?"

"Kau juga gagal move on,'kan?"tanya Saburo lagi, Riou tersenyum kecil, kemudian mengangguk ringan,"Terlalu manis untuk dilupakan,"mendengar itu, Saburo tertawa,"Bukannya kau sudah berpacaran dengan Ramuda?"

"Sudah putus, sudah dua bulan putus."Riou menatap lurus kearah laut dengan tatapan menerawang, ombak yang menyapa kakinya ia abaikan,"Jakurai-sensei mengajarkanku untuk mengerti betapa berharganya hal-hal kecil, juga untuk tidak egois,"ujar Riou lembut, tatapannya meneduh,"Aku baru sadar kalau aku sendiri tak bisa menerima kau berhubungan dengan Jakurai,"

"Begitu pula aku,"sahut Saburo,"Saat aku melihat kau memeluk Ramuda dan menciumnya, rasanya aku seperti ditusuk pedang,"tawa kecil pecah diantara mereka berdua, menertawakan kebodohan mereka masing-masing, yang ternyata sama-sama tak bisa move on satu sama lain.

"Maaf ya,"kata Riou tiba-tiba setelah mereka tertawa bersama, Saburo menoleh,"Maaf soal apa?"tanya si surai jelaga penasaran, Riou tertawa kaku,"Atas semua yang terjadi saat kita berkelahi dan akhirnya putus."dengan ragu, pria itu mengarahkan tangannya kearah bahu Saburo, mencoba merangkulnya.

Saburo meraih tangan itu, mengarahkannya ke bahunya sendiri, membiarkan Riou merangkulnya dan ia bersandar pada tubuh besar pria itu,"Tak apa, maafkan atas keegoisanku juga,"

"Hei,"nada suara Riou berubah menjadi sedikit jenaka,"Kau mau mengulangi semuanya dari awal lagi, atau tidak?"

"Tentu! Tentu, ayo kita mulai lagi dari awal."rangkulan di bahu Saburo lepas, Riou bangkit dari posisinya dan berdiri, kemudian menepuk-nepuk bokongnya,"Kejar aku, kalau kau bisa!"teriaknya sembari berlari dan meninggalkan boneka itu bersama Saburo. Saburo manyun,"Mou... matte kudasai!!"ia turut berlari sembari mengejar Riou, diselingi tawa geli diantara mereka berdua.

Mereka sepakat memulai semuanya lagi.

End

Plot by me
Story by me
End by RizuKyu

Jangan lupa voment

Regards
歩か 秋冬

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro