File 103: Mafia
ヒプノシスマイクAU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Rizu x Yamada Saburo
Daddy!Mafia!Riou x Mommy!Death!Rizu x Son!Saburo
Genre: Family
Warn: OOC, Typo and others
"Yatta!!"seruan kecil itu membuat Riou tersenyum lembut, putranya memang menggemaskan. Ia mengusak rambut Saburo, membuat anaknya itu manyun,"Daddy! Rambutku jadi berantakan lagi, tahu!"Saburo memajukan bibirnya beberapa senti, membuat usakan di rambutnya berhenti dan Riou malah mencubit kedua pipi bakpao-nya.
"Ya ya, maafkan Daddy,"sahut Riou tetap kalem, ia menatap hasil kerja putranya lalu tersenyum, putranya memang dapat diandalkan. Saburo menampakkan senyum kekanakan, ia bertanya pada sang ayah,"Daddy, apa aku akan dapat hadiah?"Riou mengerjap singkat, ia kembali tersenyum,"Tentu! Kamu mau hadiah apa?"
"Hm... menghabiskan waktu seharian penuh bersama Daddy!"
"Hee? Kenapa pilih hadiah seperti itu?"tanya Riou bingung, ia sedikit tak mengerti mengapa putranya meminta hadiah se-simple itu. Saburo tertawa kecil,"Karena Daddy selalu sibuk! Aku bosan menunggui Daddy pulang, jadi aku ingin seharian ini Daddy bermain bersamaku!"Riou menaikkan sebelah alisnya, ia mengingat-ingat rencananya hari ini,"Sebentar ya, Daddy telepon rekan kerja Daddy dulu,"pinta Riou lembut sembari mengusak surai jelaga putranya. Ia lalu mengambil ponselnya dan beranjak menuju kamar pribadinya.
"Halo,"ia menyapa orang yang diteleponnya dengan nada ramah,
"Ya? Halo?"orang itu menyahut, namun dengan nada kaku dan formal, membuat Riou diam-diam terkekeh.
"Apa hari ini aku kosong?"tanya Riou pelan, sedikit khawatir putranya akan mendengar, putranya tak boleh tahu apa pekerjaan sang ayah yang sesungguhnya.
"Ah ya, hari ini rencana anda adalah...," Riou mendengar suara gemerisik kertas, menandakan agenda-nya sedang diperiksa dengan lumayan teliti, ia menunggu dengan sabar, orang diseberang kembali menyahut,"Maaf agak lama, rencana anda hari ini adalah... pertemuan dengan bandar narkoba terbesar se-Jepang, lalu pertemuan dengan ketua geng Buster Bross!! Dan lainnya, ada apa, tuan?"Riou terkekeh,"Bisa tolong kau batalkan saja semua itu hari ini? Undur sampai besok atau lusa, atau minta pada kedua sahabatku yang lain?"pinta Riou dengan nada yang sangat ramah dan menyenangkan,"Eh? Apa? Bisa tolong anda ulangi lagi? Saya tak terlalu dengar,"pinta orang dibalik sambungan telepon.
"Maaf, anda tuli atau apa? Saya sudah bilang, tolong minta saja kedua sahabat saya berangkat tanpa saya, karena saya tak bisa ikut. Kalaupun dua sahabat saya juga tak bisa, tolong undur saja hingga besok,"Riou berkata dengan nada sarkas,"Ma-maaf, sebentar...,"Riou kembali mendengar suara gemerisik kertas,"Ya, bisa. Tumben anda meminta libur seperti ini? Biasanya di akhir minggu anda juga bekerja,"Riou terkekeh geli,"Putraku berhasil menyelesaikan puzzle dengan 1000 potongan dalam waktu satu jam, dan dia meminta aku menghabiskan waktu seharian bersamanya,"jelas Riou ramah.
"Anda adalah ayah yang baik,"kata orang dari balik sambungan telepon itu, membuat Riou tertawa kecil,"Jangan memujiku, Soraru-kun, aku bukanlah ayah yang baik buatnya."pria itu tersenyum kecut ketika mengatakannya, membuat Soraru segera berkata,"Saya kira tidak, anda bahkan meminta kami menjaganya dari jauh,"
"Ha-ha-ha, begitukah?"Soraru mengulum senyum dari balik teleponnya,"Anda belum memberitahu siapa anda yang sebenarnya, ya?"Riou berdeham sebagai jawaban,"Lagipula untuk saat ini, aku rasa itu tidak penting,"
"Wakatta, ada lagi?"
"Tidak, terima kasih,"
"Nikmati hari anda, tuan."panggilan ditutup, menyisakan Riou yang tertawa kecil mengingat perbincangannya tadi. Ia meletakkan ponselnya diatas nakas, lalu kembali ke ruang tengah dimana putranya menunggu.
Ketika ia sampai di ruang tengah,ia disapa oleh wajah cemberut Saburo yang terlihat menggemaskan,"Eh? Ada apa, Saburo?"tanya pria itu hati-hati, sedikit takut putranya mendengar obrolannya tadi,"Daddy lama ish! Aku bosan menunggunya!"Riou terkekeh mendengar rajukan Saburo, ia mengusak gemas rambut putranya,"Ya maaf, rekan kerja Daddy sibuk tadi,"sahut Riou kalem, ia tersenyum ketika mendengar unjakan manis putra tunggalnya.
Namun senyum itu tiba-tiba sirna tatkala sebuah ingatan melintas di dalam pikirannya, berlalu begitu saja. Bagaimana sang istri tercinta yang saat itu tengah hamil putranya, menyambut kepulangannya dengan penuh senyum. Dahulu ia tidak tinggal di sebuah apartemen mungil namun mewah seperti ini, melainkan sebuah mansion besar di tengah hutan. Mansion itu masih ada, namun setelah kelahiran putranya yang juga bertepatan dengan kematian sang istri, ia memutuskan untuk meninggalkan mansion utamanya dan pindah ke kota, tinggal di apartemen bersama putra tunggalnya dan berpura-pura bekerja sebagai pria kantoran.
Betapa ia ingat, saat-saat terakhir istrinya, wanita itu memintanya menjaga putra mereka, dan menutupi segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan Riou yang sebenarnya.
"Daddy! Daddy kenapa?"tanya Saburo khawatir sembari menggoncangkan tubuh sang ayah dengan hati-hati. Hal itu membuat Riou tersadar dari lamunan singkatnya, ia kembali menatap putranya dan tersenyum lembut,"Ah... tidak, hanya sedikit merindukan ibumu kok, bukan masalah besar,"jawab Riou santai, manik hetero menyipit, menatap Riou dengan tatapan menyelidik,"Daddy serius?"Riou mengangguk kalem.
"Ayo kita ke pemakaman Mommy!"ajak Saburo tiba-tiba sembari tersenyum gembira. Riou terdiam sejenak,"Kamu serius?"pertanyaannya dijawab dengan anggukan kencang, putranya serius ternyata. Saburo menarik tangan ayahnya,"Ayo-! Ayo cepat!"ia memaksa sang ayah dengan nada kekanakan. Membuat pria itu terkekeh kecil,"Hai hai, kita pergi,"sahut Riou sembari mengusak surai jelaga putranya. Ia lalu pergi ke kamarnya, meninggalkan Saburo yang juga pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian.
"Woah... Daddy keren..."puji Saburo ketika ia melihat sang ayah yang keluar dari kamarnya dengan pakaian khas-nya ketika bekerja. Sebuah jaket kulit hitam membalut kaus hitam, celana denim hitam membalut kaki jenjang sang ayah, dan kakinya dibalut sebuah pantopel yang juga berwarna hitam. Riou tertawa kecil, ia menatap putranya yang hanya mengenakan kaus dan celana panjang, serta jaket yang diikatkan di pinggang ,"Kamu juga kok,"ia mengusap rambutnya yang disisir ke belakang, memperlihatkan dahi putih tanpa cela.
"Yatta! Kita pergi,'kan, Daddy?"Saburo bertanya lagi, membuat Riou mengangguk dan mencubiti pipi putranya gemas,"Aw!! Aduh!! Sakit Dad!"Saburo merengut, ia memanyunkan bibirnya ketika Riou melepas cubitannya, Riou tertawa kecil,"Kamu menggemaskan, seperti ibumu,"kata pria itu sembari mengambil kunci mobil diatas nakas.
Saburo tertawa kecil,"Tentu saja! Karena aku putranya Mommy!"ia memuji dirinya sendiri dengan nada bangga, membuat Riou berpura-pura memasang wajah sedih dihadapan sang putra,"Jadi kamu bukan anak Daddy juga?"tanya pria itu dengan mimik sedih yang dibuat-buat.
Saburo menggeleng kencang, ia langsung memeluk sang ayah erat,"Tentu saja tidak! Saburo anak Daddy juga!"pelukan Saburo diubah menjadi gendongan oleh sang ayah, ia menggendong putranya yang berumur 13 tahun ala koala di depan tubuhnya hanya dengan sebelah tangannya,"Daddy!"seru Saburo terkejut ketika ia sudah melayang bebas di udara dan mendarat dipelukan sang ayah,"Ya?"sahut Riou kalem, membuat putranya menghela napas lega,"Memangnya aku tidak berat,Dad?"Riou menggeleng,"Kamu bahkan tidak mencapai separuh bobot ibumu ketika hamil dirimu,"ia menurunkan putranya ketika mereka sampai di basement apartemen mereka, Riou membukakan kunci mobil Toyota Supra miliknya, lalu masuk ke mobil itu diikuti putranya.
"Daddy, kita akan kemana?"tanya Saburo sembari memakai sabuk pengamannya, Riou tersenyum lembut,"Yokohama, ke pelabuhan."ia menyalakan mobilnya, berjalan meninggalkan basement yang dingin itu dan membelah jalanan Ikebukuro.
"Daddy,"Saburo memulai pembicaraan dengan nada kecil, Riou yang masih terfokus dengan jalanan hanya bisa menjawab dengan dehaman singkat,"Akhir-akhir ini aku selalu diikuti kemanapun, sepertinya aku diikuti stalker,Dad,"kata Saburo pelan, nadanya sedikit ketakutan. Riou menepuk lembut kepala putranya,"Mungkin itu hanya penjaga? Kalau dia macam-macam, langsung bertahu Daddy saja,ya, Saburo."ia tersenyum tipis ketika Saburo menceritakan hal itu, ia tentu saja tahu, karena itu bawahannya sendiri.
Mereka sampai di pelabuhan setelah singgah sebentar di toko bunga, Saburo menatap polos kearah sang ayah yang sedang berdiri di tepian dermaga, menatap lurus dengan tatapan menerawang, ayahnya seolah bercerita pada laut, sebelum pria itu menoleh dan tersenyum lembut,"Abu ibumu... dihanyutkan disini atas permintaannya, Daddy sering ke sini sendirian, tentu saja setelah pulang dari kantor,"kata Riou lembut.
"Mou... Daddy tak pernah mengajakku!"omel Saburo dengan mimik kesal yang imut, Riou tersenyum pahit,"Daddy hanya sedikit belum siap, apalagi...,"pria itu menggumam pelan,"...mengatakan yang sebenarnya,"Saburo memeluk pinggang sang ayah dengan sebelah tangan, ia menyandarkan kepalanya di tubuh besar ayahnya,"Saburo sayang Daddy, bagaimanapun, Daddy yang sudah membesarkanku!"seru si bocah dengan nada riang, Riou tersenyum teduh, lalu mengusak rambut putranya gemas.
Ia bahagia dengan putranya tanpa pernah berniat untuk mencari pasangan lagi ataupun menikah lagi.
Karena ia sadar ia bisa mengurus Saburo seorang diri.
Beberapa bulan berlalu semenjak mereka berdua pergi ke pelabuhan, Riou tetap berpura-pura bekerja sebagai General Manager di kantornya sendiri, memang pekerjaan 'atas tanah'-nya adalah General Manager, tetapi di bawah tanah, ia tetaplah seorang ketua Gangster yang berpusat di kota Yokohama, Mad Trigger Crew. Saburo juga tetap menjalani kehidupan sekolahnya dengan normal, tanpa ada masalah yang berarti, anak itu juga lumayan populer diantara gadis-gadis di sekolahnya, apalagi mengetahui siapa sang ayah yang 'sebenarnya'.
Namun namanya kehidupan Gangster, pasti ada namanya penyerangan. Saat itu hari sudah malam, Saburo sudah pergi tidur dan Riou sedang menyusun berkas yang ada di kamarnya. Tiba-tiba saja ia mendengar suara kaca pecah dari arah dapur, balkon dan pintu depan, ia segera mengeluarkan katana miliknya, berhati-hati ia keluar dari kamarnya. Betapa ia terkejut, ketika ia melihat dua puluh orang berbadan besar, sebesar badannya, diberbagai sisi sembari memegang senjata masing-masing.
"SIALAN!!"ia menebaskan katana-nya ketika satu dari dua puluh pria itu mulai merangsek masuk ke kamar putranya, pertarungan berjalan sengit, dan terasa sangat lama.
"Khe khe khe, kami datang untuk membalas dendam."kata pria yang bertubuh paling besar, surai cokelat pria itu terlihat menutupi matanya, ia menebaskan katana-nya kearah Riou, yang segera ditangkis pria itu. Riou segera meraih senjata api yang ia simpat dibalik lukisan sang istri,"Tak akan kubiarkan kau menyentuh putraku,"manik ocean berkilat marah, Riou menembakkan peluru yang ada di dalam senapannya dengan asal, namun akurat. Lima orang berhasil ia tumbangkan dengan senapannya, dan tiga orang ia tumbangkan dengan katana-nya, membuat pertarungan terasa semakin panas.
Sebuah pisau melesat melewati pipinya, menciptakan luka gores yang cukup panjang. Tatapannya menggelap, ia bergerak semakin lincah, menebas juga menembak tanpa peduli betapa berisiknya suara yang ia ciptakan.
Saburo mengerinyit tatkala ia mendengar suara berisik dari luar kamarnya, akibat otaknya belum sepenuhnya bekerja, ia malah keluar dari kamarnya. Manik hetero membulat tatkala ia melihat sang ayah yang tengah bertarung gila-gilaan, karena sejujurnya ia tak tahu ayahnya itu dapat mengalahkan dua puluh orang sekaligus, tanpa terluka parah.
Ia hanya tahu ayahnya adalah pria yang lembut, dan tak menyukai pertarungan seperti yang ia lihat,"Daddy!!"teriakannya membuat fokus Riou sedikit goyah, ia menoleh, menatap putranya yang menatap dirinya dengan tatapan ketakutan.
"SABURO!! AWAS...!!"peringatannya terlambat, Saburo sudah terlebih dahulu terluka akibat sabetan katana, menyebabkan perutnya terluka parah. Saburo menatap sang ayah nanar,"Da... daddy..."
Bruk!
Saburo jatuh pingsan, dengan darah yang berhamburan hingga menembus piyama dan membanjiri darah. Pria yang melukai Saburo memasang serigai, ia akan membunuh anak itu saat itu juga.
Dor!!
Riou segera menembak pria yang melukai putranya, tepat di pelipis pria itu. Serigai mengerikan terbut di wajah tampannya,"Aku sudah bilang, jangan sentuh putraku!"dengan ganas, ia merangsek, menembak dan menebas, tanpa ada yang sempat melawan.
Apakah ia menang? Tentu saja, bahkan hanya dalam waktu lima menit.
Ia segera menyimpan kembali katana-nya, membopong Saburo keluar apartemen itu tanpa memerdulikan tetangganya yang menatap dirinya yang berlumur darah. Ia takkan membawa Saburo ke rumah sakit, ia akan membawa putranya ke mansion utamanya di dalam hutan Yokohama. Perjalanan itu terasa sangat lama, walau pada kenyataannya, ia hanya menghabiskan waktu selama dua puluh menit menembus jalanan menuju Yokohama, yang normalnya adalah satu atau satu setengah jam.
"PUTRAKU TERLUKA!!"teriakannya menggaung di mansion yang ramai akan bawahannya itu, segera, Soraru membopong sang putra tunggal menuju ruang rawat. Jyuto menatap Riou,"Penyerangan?"pria itu mengangguk kecil sembari menyeka darah di wajahnya,"Mereka melukai Saburo,"katanya. Jyuto tersenyum miring,"Mandi dulu kau sana, ganti pakaianmu, kau bau darah."Jyuto menyerahkan sebuah hakama hitam.
Riou mengangguk,"Pastikan putraku baik-baik saja,"perintahnya sembari pergi ke kamar mandi. Jyuto menghela lelah, benar-benar menyebalkan.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Riou segera ke kamar putranya yang sudah ia siapkan di mansion raksasa itu. Ketika ia masuk ke kamar itu, ia menatap putranya yang langsung mengalihkan pandangan ketika pandangan mereka bertemu. Riou tersenyum kecut,"...maafkan Daddy,"
"Sebenarnya Daddy itu siapa?"tanya Saburo dingin, secara perlahan, Riou mendekati putranya,"Jangan dekati aku, Daddy, sebelum Daddy menjelaskan semuanya,"tolak Saburo ketika sang ayah duduk ditepi ranjangnya, Riou memasangkan senyum pahit,"Maaf,"pria itu berpindah ke sebuah kursi disisi ranjang Saburo.
"Daddy sebenarnya...,"sedikit ragu, Riou melanjutkan,"Adalah ketua Gangster, kasarnya Mafia."pria itu mengusap wajahnya, ia tak berani menatap putranya langsung. Saburo terdiam,"Daddy jahat!! Pembohong!!"
"...maaf,"hanya satu kata itu yang mampu dikatakan Riou,"Maaf karena membuatmu terlahir di keluarga seperti ini, maaf sudah menutupi semuanya, maaf sudah melibatkan kamu dan juga... maaf karena sudah melukaimu."Riou menatap lurus kearah foto besar di kamar putranya, foto pernikahannya dengan Rizu.
"Maaf, Daddy hanya tak mau kau bernasib seperti ibumu akibat kelalaian Daddy. Maaf Daddy-mu ini memang pengecut,"ia kembali menatap Saburo yang menatapnya tajam.
"Daddy hanya takut kesalahan di masa lalu kembali terulang, dimana saat Daddy bahagia atas kelahiranmu, Daddy malah lengah, dan menyebabkan ibumu terbunuh. Semua stalker, dan lainnya adalah bawahan Daddy yang sengaja Daddy minta untuk menjagamu dari jauh. Maaf juga, kau sudah melihat keganasan Daddy yang sebenarnya,"pria itu tertunduk lesu, ia menghela napas lelah.
"..."Saburo terdiam ketika ia mendengar semua penjelasan Riou, kini semuanya masuk akal. Mengapa pria itu selalu mengangkat telepon di kamar, mengapa ayahnya selalu pulang larut, walau dengan alasan sibuk di kantor, mengapa Riou selalu membawa senjata api yang dikatakan padanya kalau itu adalah hiasan.
"...aku memaafkan Daddy. Karena Daddy melakukan semua ini demi aku...,"Riou mendongak,"Sungguh?"
Saburo mengangguk, ia merentangkan kedua tangannya, meminta pelukan dari sang ayah. Riou segera bangkit, memeluk sang putra dengan hati-hati,"Em... apa kau mau menjadi penerus Daddy kelak? Tapi kalau kau menolak, tak apa kok,"
Saburo tersenyum kecil,"Tentu! Kenapa tidak?"Riou mendongak,"Kau tahu apa bayarannya kelak?"
"Tentu, dan aku menerimanya,"
"...arigatou, Saburo."
End
(A/N)
Plot by me
Story by me
Ending by me
Based on true story
Regards
歩か秋冬
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro