Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

File 102: OCD

ヒプノシスマイクAU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Riou x OCD!Saburo
Genre: Lil hurt
Warn: OOC,Typo and mature containt

"Hai, doumo!"senyum bagai rubah itu diperlihatkan Saburo tatkala ia melihat Sasara, Sasara yang merasa familier dengan suara itu menoleh, tatapannya menyipit ketika ia bertemu pandang dengan Saburo. Saburo tertawa kecil, tawa yang sama dengan tawa yang selalu dikeluarkan Sasara, membuat Sasara bergidik ketika mendengarnya.

"Saburo-kun, apa yang sedang kaulakukan disini?"tanya Sasara sembari memegang kedua bahu Saburo. Yang ditanya tertawa,"Aku mencari seseorang! Yang warna rambutnya kayak jeruk!"

"Saburo, leluconmu itu tidak lucu. Maaf Sasara-kun,"Riou muncul dari belakang Saburo, ia tersenyum ketika menatap Sasara,"Shoukan akan pergi ke hutan, kalian boleh ikut."Riou terdiam sejenak, ia menatap Sasara yang balik menatapnya, menggeleng kemudian.

"Ayo kita pulang, Saburo."Riou menggamit tangan mungil Saburo, yang wajahnya berubah menjadi datar tanpa ekspresi dan cenderung dingin. Seolah cerminan Riou, membuat Riou bergidik sendiri ketika Saburo menirukannya. Ia segera membawa Saburo pulang, menatap anak itu dan segera membuang pandang ketika mereka sampai di apartemen mereka.

"Saburo, siapa kau?"tanya Riou hati-hati pada Saburo yang tengah duduk bersamanya sembari menonton acara survival. Yang ditanya menoleh, menatap dengan binar yang sedikit berbeda,"Siapa? Shoukan adalah Shoukan. Pertanyaanmu aneh,"jawab Saburo dengan nada dingin.

Riou terpaku, ia seperti melihat dirinya di masa lalu, sebelum ia mengenal anak-anak Mad Trigger Crew dan Saburo. Begitu dingin dan tak tersentuh, membuatnya seolah kembali ke masa lalu. Hela napas berat ia keluarkan, ia lalu mengelus rambut hitam Saburo dengan sangat lembut,"Siapa kau?"lagi-lagi pertanyaan yang sama diulang oleh Riou, dengan jawaban yang tentu saja sama dengan jawaban Saburo tadi.

"Begitu... Saburo,"yang dipanggil menoleh, Riou menggenggam tangan mungil itu,"Kau adalah Saburo, ingat? Kau bukan aku, Sasara, atau siapapun. Tolonglah..."tatapan Riou menyendu,"Tolonglah kembali menjadi dirimu sendiri."Riou tersenyum kecut ketika mengatakannya, ia tahu ini lumayan berat untuk Saburo yang sebenarnya mengalami amnesia.

Tawa ringan dikeluarkan Saburo, ia menatap Riou tajam,"Saburo... dare? Siapa pribadi Saburo 'yang asli' itu?
Shoukan adalah Saburo."tatapan dialihkan, kembali menonton acara televisi. Riou menghela lelah, ini akan sangat sulit, pikirnya.

'Tapi aku akan berusaha!'batin Riou ketika ia melihat Saburo yang sedang menonton televisi dengan tatapan kosong. Riou meraih ponselnya, ia akan menelepon Jakurai untuk meminta saran.

"Jakurai-sensei, bisa tolong datang ke rumahku? Aku butuh sedikit saran tentang Saburo,"nada khawatir terlihat jelas ketika Riou berkata seperti itu, Jakurai membalas,"Baiklah, aku akan datang nanti sore,"kata pria bersurai ungu itu. Riou menggumamkan terima kasih, lalu memutus panggilan.

Sesuai janji, Jakurai datang di sore hari. Pria itu menatap Saburo, yang langsung balik menatapnya dengan tatapan kosong, dan ketika Riou menarik tangannya tanpa pemberitahuan, Saburo langsung menepisnya dan nyaris membanting pria itu,"Yare-yare, kau tidak boleh seperti itu, Riou-kun."

Jakurai melihat cerminan dirinya di masa lalu, ketika ia melihat Saburo yang menirukan sifatnya. Begitu hangat, juha berbahaya, itulah Jakurai di masa lalu, sebelum mengenal rap battle dan sebelum menaungi The Dirty Dawg dan Matenrou 摩天楼. Jakurai menghela napasnya, menatap Saburo lalu tersenyum tipis,"Konbanwa, Saburo-kun. Kau sedang menirukanku, ya?"Saburo mengangguk kecil, dengan tatapan yang masih kosong.

"Ya, Jakurai."

Jakurai tercekat, ia seperti melihat cerminan dirinya sendiri, pada Saburo, dan itu membuatnya merinding,"Saburo, siapa kau yang sebenarnya?"Jakurai tahu, dibalik binar mata kosong Saburo, dirinya yang asli tengah terkurung, terikat pada sesuatu, seolah mencegah Saburo kembali menjadi dirinya sendiri.

Seperti realita masa kini, bukan? Menjadi orang lain hanya demi orang lain.

"Apa maksudmu? Aku adalah aku, Jakurai."serigai tipis terpampang di wajah shota Saburo,"Dan aku sehat. Tidak ada terikat, terkurung atau apapun,"sambung Saburo dingin, Riou menatap Saburo,"Tolong kembalilah menjadi dirimu, Saburo. Aku mohon."

Saburo menoleh, menatap Riou datar lalu ia berkata,"Shoukan adalah
Shoukan. Kalian berdua aneh,"Jakurai menghela lelah, ia tahu ini akan sangat sulit dan ia rasa, tak ada obat yang tepat untuk kelainan yang dialami Saburo. Ia menepuk pundak Riou, mengisyaratkan pria itu untuk mengikutinya.

Jakurai berdiri didepan pintu utama, ia menatap Riou dengan tatapan yang tak bisa diartikan,"Saburo-kun... mungkin sudah tak tertolong lagi,"kata Jakurai pelan, Riou terdiam sejenak,"Maksudmu? Apa maksudmu, Jakurai-sensei? Dia baik-baik saja, 'kan?"hela napas berat dikeluarkan Jakurai,"Dia... kau tahu, 'kan kalau dia mengalami amnesia?"Riou mengangguk kecil,"Amnesia-nya lah yang merenggut Saburo yang asli. Sekarang dirinya hanya jiwa kosong, mencari jati dirinya yang asli, aku tidak terlalu terkejut ketika Saburo-kun menirukanku, walau yang ditirunya adalah aku di masa lalu,"

Jakurai tersenyum,"Rajin-rajinlah mengajaknya bertemu kami, Ichiro dan yang lain. Juga kau harus sering menceritakan soal Saburo-kun yang asli padanya, kemudian...,"Jakurai mengeluarkan sebungkusan obat,"Minumkan ini padanya ketika ia mengalami sakit kepala atau semacamnya,"sambung Jakurai lagi. Riou mengangguk kecil,"Wakatta, arigatou, Jakurai-sensei."ia membungkuk kecil ketika Jakurai tersenyum padanya dan pergi dari apartemen itu.

Riou kembali menatap Saburo yang tengah menonton televisi dengan tatapan kosong,"Saburo,"ia mencoba memanggil bocah itu, namun Saburo tak menoleh sama sekali dan malah memgabaikannya. Ia mencoba menyentuh Saburo, dan sebelum ia menyentuh Saburo, anak itu sudah terlebih dahulu menoleh,"Ada apa?"nada dingin nan kelam diperlihatkan Saburo ketika ia bertanya, membuat Riou berjengit terkejut,"Ti- tidak apa,"jawabnya pelan.

Ketukan pintu kembali terdengar di pintu depan apartemen itu, Riou segera bangkit dari posisinya, lalu berjalan ke arah pintu depan. Ia membuka pintu itu,"Oh, kalian berkunjung?"ia bertanya pada lima orang yang ada dihadapannya, Ramuda mengangguk sembari mengulum permennya,"Ichiro-kyun sedang kerja, Doppo-kyun juga, mereja akan menyusul nanti,"

Hifumi tersenyum kalem,"Aku bawa beberapa buah, dan champaign kalau kau mau meminumnya."pria itu menunjukkan bawaannya, Riou tersenyum tipis,"Silahkan masuk, maaf, Saburo sedang berada didalam mode aku di masa lalu,"Ramuda tersenyum imut,"Nggak apa!"ia mengulum permennya lalu masuk ke apartemen itu.

Kedatangan kelima orang itu masuk ke apartemen itu, membuat Saburo menoleh,"Haaa...? Sedang apa para bajingan tengik ke mari, huh?"Samatoki mengerinyit, itu adalah gaya bahasanya dulu sebelum bergabung di The Dirty Dawg dan Mad Trigger Crew. Ia menatap Saburo tajam,"Bajingan kecil sepertimu ngapain menirukanku, huh? Kau mengajakku berkelahi?"

Sebelum ia berhasil menarik kerah Saburo, Jyuto langsung menahannya agar tak bertindak lebih jauh,"Samatoki! Tenangkan dirimu! Kau tadi tak ingat soal penjelasan Jakurai sebelum kita ke sini?"Samatoki menoleh, menatap Jyuto tajam,"Tch... baik baik! Aku diam!"pria bersurai putih itu berjalan ke sebuah sofa tunggal, lalu duduk di sana sembari menyilangkan kedua tangannya dan memasang wajah galak.

"Ha-ha, gomenna, Saburo-kun,"Jyuto tertawa canggung,"Yare-yare,"kini Saburo menirukan Jyuto,"Tak apa, Jyuto-kun,"Jyuto speachless,"Atau kau mau bermain di hotel, huh?"Jyuto semakin terdiam, itu adalah caranya dulu ketika akan mengorek informasi dari para gadis. Ramuda berkacak pinggang,"Tak kusangka kau semesum itu, Jyuto-kyun!"

"Diam kau Ramuda!"perintah Jyuto dengan wajah yang sedikit memerah. Ramuda tersenyum imut, mengulum permennya dan menatap Saburo,"Kau mau, Saburo-kyun? Aku tidak menerima penolakan lho,~"

"Aku tidak suka permen, Ramuda."suara berat khas 'Ramuda' keluar, Ramuda bergidik singkat,"Kenapa kau menolaknya, Saburo?"Gentaro segera menarik tangan Ramuda,"Ramu-chan! Sadarlah!"

"Nyahahaha maafkan aku, Ramuda-kyun!♡"suara imut khas Ramuda di keluarkan Saburo, Ramuda menoleh,"Daijoubu da yo, Saburo-kyun!"sepertinya hanya Ramuda yang tidak terkejut, karena ia sudah pernah menghadapi orang yang kondisinya kurang lebih sama seperti Saburo.

Hifumi menatap Saburo dengan tatapan prihatin,"Saburo-kun,"yang dipanggil menoleh,"Yahooo~ koneko-chan! Selamat datang di pesta ini~!"Hifumi terdiam sejenak, ia seolah mengingat dirinya di masa lampau. Begitu ceria dibalik balutan jasnya.

Berbeda dengan ketika ia melepas jas, ia mengusak surai Saburo gemas, lalu menatap Riou yang tengah berbincang dengan kedua temannya, dan juga Ramuda. Ia menoleh, menatap Gentaro,"Bagaimana menurutmu, Gentaro-kun?"Gentaro menggedik kecil,"Kau tahu, aku tidak mengerti."

"Uso desu yo,"sahut Saburo sembari tersenyum kecil ketika pandangannya dan Gentaro bertemu, nada bicara Saburo menjadi lebih kemayu dan manis, seperti Gentaro.

Pada akhirnya, mereka ber-lima belas, tak ada lagi yang tahan ketika melihat Saburo yang menirukan mereka dengan sangat sempurna. Menyeramkan, sekaligus seolah mengorek masa lalu setiap persona. Rei menghela napas, sebagai yang tertua sekaligus ayah dari Yamada bersaudara, ia harus mengambil keputusan yang tepat.

"Kita desak dia,"kata Rei sedikit ragu, Riou menaikkan sebelah alisnya,"Desak apa?"yang ditanya terdiam, Jakurai tiba-tiba menyela,"Bagaimana kalau... kita bersama-sama datang, desak dia berubah. Ini semakin mengerikan jika dibiarkan terlalu lama,  ingat Kannabi-san? Dia sudah tak tertolong akibat dibiarkan terlalu lama,"

Rei menghela napas,"Resikonya memang besar, tapi apa boleh buat, 'kan?"yang lain hanya bisa mengangguk, lalu naik ke kendaraan masing-masing dan pergi ke kediaman Riou. Dalam hati, Riou terus merapalkan doa, ia ingin Saburo kembali seperti semula sekalipun caranya seperti ini. Ia hanya ingin Saburo yang dulu.

Ketika mereka sudah sampai dan Riou membuka pintu, ia melihat Saburo yang masih menirukan dirinya karena Riou adalah orang terakhir yang ada bersama Saburo,"Tadaima-"kata Riou pelan, ia masuk diikuti empat belas orang yang berbeda-beda, yang tentu saja merupakan orang yang dikenalinya.

Ketika ia beradu pandang dengan Rei, wajah Saburo berbuah menjadi serigai,"Berapa bayaran yang bisa aku terima untuk informasi ini?"

Seperti itu lah Rei di masa lalu.

"Saburo-"Saburo menoleh, menatap Hitoya bengis,"Apa? Kau mau mengajakku bertarung?!"

Kurang lebih, begitu lah Hitoya di masa lalu.

Ketika Saburo beradu pandang dengan Jakurai, ekspresinya berubah menjadi dingin, tatapannya menajam seolah berhadapan dengan mangsa, dalam diam, Saburo meraih sebilah gunting dan bergerak cepat, berusaha melukai Jakurai. Ketika bilah pisau itu semakin dekat dengan Jakurai, pria bersurai ungu itu segera menyambar gunting itu, melemparkannya ke tembok hingga menancap lalu mendorong Saburo kearah Doppo.

Ketika Doppo menatapnya, ekspresi Saburo berubah,"Sumimasen sumimasen hountouni gomenna! Maaf, aku akan berusaha maaf merepotkan."Saburo membungkuk, hela napas lelah dikeluarkan Doppo, ia menatap Rosho meminta bantuan.

Setelah berhasil menirukan ke-lima belas orang yang ada diruangan itu, kini Saburo tanpa sengaja malah menirukan mereka semua secara bersamaan. Membuatnya merasakan sakit kepala yang tak bisa dikatakan lagi, ia terus menerus dihujani pertanyaan,'Siapa kau?'

Rasa sakit itu membuatnya berlari keluar dari kediaman Riou, terus berlari menuju hutan dan masuk kedalamnya. Riou segera mengejarnya, diikuti Jakurai dan yang lainnya, ia terus meneriakkan nama Saburo, serta memanggilnya dengan berbagai panggilan. Mereka akhirnya menemukan Saburo dalam kondisi mengalami sakit kepala yang hebat yang berakibat kejang hebat. Jakurai segera menggendong Saburo yang sedang error, membawanya keluar hutan dan segera melarikannya ke rumah sakit.

"Saburo-kun koma,"kata Jakurai setelah selesai memeriksa kondisi Saburo. Riou terdiam,"...begitu ya..."pandangannya sedikit menyendu,"Ah ya, aku sarankan kau selalu memutar video kebersamaan kalian, siapa tahu itu bisa merangsang alam bawah sadarnya."Riou mengangguk, ia lalu masuk ke kamar rawat Saburo, menatap tubuh yang dipenuhi berbagai alat penyambung hidup. Ragu, ia genggam tangan mungil itu, mengusapnya lembut dan menciumnya lembut,"Maaf aku terlalu memaksakanmu...,"

Video kebersamaan mereka terus diputar setiap hari, selama seminggu sebelum Saburo akhirnya menunjukkan tanda-tanda ia akan bangun. Manik hetero yang masih tertutup itu perlahan bergetar, membuka perlahan dan menatap sayu Riou,"Ta... daima,"katanya lirih,

"Aku... Saburo,"

End

Plot by me
Story by me
Ending by me

Janlup voment

Regards
歩か秋冬
Ark Akifuyu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro