Drabble 17
Saburo hanya dapat menunduk ketika Riou membentaknya dan mengatainya sebagai bocah jelek. Hatinya terasa sangat sakit, ia mencintai Riou namun Riou membalasnya sedemikian rupa.
"Pokoknya kau diam saja dirumah! Mau ditaruh dimana wajahku jika kau bertemu dengan teman-temanku?! Lihat ini!"Riou mengusap kasar wajah Saburo,"Kantung mata tebal, wajah kusam, kau tidak malu, hm?"
Secara reflek, Saburo langsung mengangkat tangannya, mengusap pipinya. Tatapannya sedih, dahulu Riou berjanji akan membahagiakannya tetapi kini..
Saburo tidak ingin membahasnya. Ia menunduk,"...baiklah, jam berapa kau pulang nanti?"tanyanya lembut. Riou mendengkus,"Tidak usah bertanya, aku akan pulang sendiri nanti."
"Ba-baiklah."Saburo menyahut sembari mengulum senyum,"Maaf."Abai pada permintaan maaf dari Saburo, Riou langsung saja pergi tanpa menoleh, pria itu tentu saja sangat kesal. Saburo terlihat sangat jelek dipandangannya.
-000-
"Okaerinasai, bagaimana harimu?"tanya Saburo sembari membukakan pintu untuk Riou. Dipasangnya senyum terbaiknya, namun Riou bahkan tidak melihat senyumnya.
"Hm."Riou hanya berdeham singkat menjawab pertanyaan Saburo. Pria itu masuk, melepas jasnya, lalu menatap Saburo,"Kenapa kau jelek sekali? Padahal saat aku menikahimu dulu, kau terlihat sangat manis dan menggemaskan. Sekarang? Melihatmu saja sudah membuatku muak setengah mati,"cela Riou dengan kata-kata super pedasnya.
Saburo tidak menjawab, sama sekali tidak menjawab, anak itu hanya tersenyum,"Apa kamu lapar? Aku sudah membuatkan kare untukmu."
"Hm."lagi-lagi Riou hanya berdeham singkat sebagai jawaban dari pertanyaan Saburo. Saburo tersenyum, kemudian pergi ke dapur untuk menyediakan makanan untuk Riou.
"Silahkan kare-nya,"kata Saburo sembari menyajikan kare untuk Riou. Pria itu menetakkan sumpitnya sejenak, lalu mencici kare buatan Saburo,"CUIH!"Riou menatap tajam wajah lelah Saburo,"Kau ini bisa masak tidak, sih? Masakan sederhana seperti ini saja kau tidak bisa! Istri macam apa kau? Cih, percuma aku menikahimu."
Secara perlahan, Saburo menunduk, hatinya terasa sangat sakit. Seperti tertusuk sembilu. Saburo hanya bisa memasang senyum,"Maaf-"
"Tidak perlu minta maaf! Melihat wajahmu saja sudah membuatku muak setengah mati! Cih, aku makan diluar saja!"
"A- tapi Riou-"sebelum Saburo bisa menyelesaikan ucapannya, Riou sudah membanting pintu utama. Membuat Saburo menatapnya sendu,"Tapi ini hari anniversary kita, Riou-san."
"Sigh..., ya sudahlah."Saburo kemudian membereskan sisa makanan Riou, kemudian memakan masakannya sendiri sembari menangis.
-000-
"Ah..., kamu bandel sih, sakit kan?"tanya Saburo sembari mengompres dahi Riou,"Diam! Jauhi aku!"bentak Riou sembari menepis kasar tangan Saburo. Saburo terdiam,senyumnya meluruh,"Maaf."ia berkata singkat.
"Ini obat dan minumanmu,"kata Saburo lagi sebelum beranjak keluar dari tempatnya. Saburo menoleh sekali lagi, kemudian ia melihat Riou sudah menggulung diri dengan selimut dan tentunya memunggunginya.
-000-
"A-apa?"tanya Saburo berusaha memastikan pendengarannya,"Riou jalan dengan gadis lain? Dimana?"tanya Saburo lagi, namanya bergetar, hatinya terasa sangat sakit.
"Baiklah, terima kasih,"kata Saburo sebelum menutup panggilannya. Anak itu kemudian mengganti pakaiannya,"Aku akan memastikannya."
Setelahnya, Saburo pergi menuju tempat Riou dan teman-temannya berada. Sebuah bar super mewah di selatan Yokohama. Untung saja Saburo kenal dengan pemiliknya, ia jadi bisa masuk dengan akses khusus.
"A- Ri-Riou-san...,"panggilan itu membuat Riou menoleh dan memasang senyum miring,"Lihat?"pria itu mengusap wajah gadis disisinya,"Dia jauh lebih cantik dan manis daripada kamu."
"Daddy, siapa dia?"tanya gadis disisi Riou,"Aku-"
"Dia hanya pembantuku."Riou menyahut sembari melirik Saburo,"Jelek sekali,"komentar gadis itu sembari terkekeh. Gadis bar itu bangkit,meraih segelas bir dan menyiramkannya keatas kepala Saburo.
Diam-diam Saburo menahan air matanya, ia tidak boleh menangis disini. Ia meremas sweater yang ia kenakan, kepalanya semakin tertunduk.
"SIALAN!"bentak Jiro sembari merangsek masuk ke ruangan Riou, membuat pria itu menatap Jiro dengan tatapan terkejut,"Beraninya kau terhadap adikku!"bentak Jiro lagi, sembari menampar pipi Riou sekerasnya. Riou terdiam, binar terkejut terlihat jelas di matanya.
Jiro meraih kerah Riou, kemudian menariknya untuk membuat pria itu menatap lurus manik dwi warna Jiro,"Kau- dasar bajingan!"Jiro kemudian melepas kerah Riou dan berjalan ke arah Saburo, ditariknya tangan mungil sang adik, sejenak, pria itu menoleh sebelum keluar.
"Dahulu dia terlihat manis dan menggemaskan karena kami merawatnya dan memerhatikannya dengan sangat baik. Jadi jika dia berubah saat bersamamu, jangan salahkan dia. Tanya pada dirimu,"
"Apakah kamu pantas?"
Manik biru laut membuat sejenak sebelum berubah menjadi binar sendu,"Kau benar, Aniki. Aku selalu menyalahkannya tanpa melihat diriku sendiri...,"kata Riou perlahan, pria itu melepas pelukannya pada gadis disisinya, membuat gadis itu menatap Riou dengan tatapan tidak percaya,"Daddy, siapa wanita jelek itu?"
"Beraninya kau!"tangan Riou melayang, telak menampar gadis itu,"Jangan pernah mengatai istriku itu jelek! Aku lah yang tidak becus merawatnya!"
Riou bangkit, kemudian menarik tangan Saburo,"Maaf- maafkan aku, ini semua salahku..., maaf..."pinta Riou setengah memohon, pria itu bahkan berlutut,"Maafkan aku."
Saburo menoleh sejenak,"Kita berpisah saja, aku sudah tidak sanggup lagi bersamamu."manik kebiruan milik Riou seketika membola,"Tidak!! Aku tidak mau berpisah darimu!! Tidak, aku tidak mau!"
Saburo menghela,"Kenapa kau masih saja menahanku seperti ini? Sudah dua tahun lebih kau menyakiti hatiku, mengataiku jelek, menghinaku, bahkan selingkuh. Tapi- tapi kenapa saat aku ingin melepaskanmu, kau justru menahanku?"
Riou menatapnya sendu,"Saat itu aku bodoh sekali, tolonglah..., berikan aku kesempatan kedua..., aku baru sadar kalau hanya kau yang merawatku saat aku sakit, menyajikan masakan kesukaanku setiap hari, menyediakan segala kebutuhanku.., semuanya, tanpa aku pernah membantumu sedikitpun, dan aku malah menghinamu, aku bodoh saat itu, Saburo. Tolonglah..,"
"Tidak."Saburo menyahut dengan nada dingin.
"Tuhan saja memberikan kesempatan kedua, tetapi mengapa kau tidak?"Saburo tersenyum sinis,"Karena aku bukan Tuhan."
"Tolonglah! Berikan aku kesempatan kedua, aku ingin menebus segalanya."Jiro maju, tanpa ditahan Saburo seperti biasa, pria itu menginjak kepala Riou, dan menekannya ke lantai,"Apa kau pantas mendapat kesempatan kedua?"
Riou terdiam, ia baru tahu kalau inilah yang dirasakan Saburo ketika ia menghina dan menyakitinya, terasa sangat sakit. Bagaimana Saburo bisa bertahan selama dua tahun terakhir ini sembari menghadapi rasa sakit hatinya, Riou baru tahu.
"A-aku akan membuktikan kalau aku pantas mendapatkan kesempatan kedua lagi. Tolonglah Aniki, aku tidak dapat membayangkan rasanya tinggal seorang diri tanpa Saburo...,"
"Tidak. Ayo pulang, Onii-chan,"kata Saburo kepada Jiro.
"TIDAK!! SABURO!!!"
-000-
"SABURO!!!"Riou terbangun karena mimpi buruknya, ia menoleh, menatap Saburo yang menatapnya khawatir,"Ada apa, Io-san?"
Riou segera menarik Saburo ke pelukannya,"Maaf, maafkan aku...,"Saburo mengerinyit tidak mengerti,"Maaf soal apa?"
"Aku mohon jangan tinggalkan aku, Saburo. Jangan tinggalkan aku sendiri,"pinta Riou disela isak tertahannya,"Tolonglah."
"Hmn~ baiklah. Tapi hari sidang perceraian kita, Io."
"Apa? Tidak!! Aku tidak ingin berpisah denganmu! Tolong, Saburo, berikan aku kesempatan kedua untuk menebus semua kesalahan yang aku lakukan selama ini."
"Tapi bohong, kita batal bercerai, ingat?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro