Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Drabble 12

Klik!

Suara itu mengalihkan atensi Saburo, dan saat ia menoleh, ia telah terjebak didalam lemari dengan  cermin sebagai jendelanya.

-000-

Berbagai cara sudah ia lakukan untuk keluar dari tempat itu, kebodohannya saat itu adalah Saburo lupa membawa ponselnya ke toilet.

Hanya itu.

Sembari terus berusaha, ia melihat Riou yang tertunduk sedih, kehilangan dirinya. Teriakannya tidak mampu menarik atensi Riou, seolah Riou lupa akan keberadaan lemari buatannya sendiri, lemari yang telah menjebak Saburo.

Saburo menunduk, tangannya terasa sangat sakit sekarang, ia bahkan bisa melihat darah yang mulai menetes dari tangannya, membuatnya meringis kesakitan.

"RIOU!!! AKU DISINI!!!"tanpa menyerah, ia terus berteriak sembari menggedor cermin itu dari dalam, berusaha menarik atensi Riou.

-000-

Sudah sebulan penuh Saburo menghilang, lebih tepatnya terjebak didalam cermin buatan Riou.

Riou tentu saja mencoba melaporkan kejadian itu ke kepolisian, namun pihak kepolisian tentu saja tidak mampu menemukan Saburo dimanapun.

Hingga satu anggapan melintas di benak Riou.

Saburo sengaja meninggalkannya.

Helaan napas berat mampu didengar Saburo dengan sangat jelas, ia menatap Riou, tatapannya kosong.

"Riou... Aku disini....,"

Saat Saburo tengah berusaha keluar, ia melihat ada orang lain disana.

Tatapannya berubah, ia kembali menggedor cermin itu dengan apapun, pipa, cermin, apapun yang ia Kira dapat menarik atensi orang itu.

Ia tidak mampu lagi berteriak, suaranya sudah habis dan ia sudah lemas karena ia hanya bertahan dari air kotor yang ada di ruangan itu.

"Ji-ro... Tolong aku...,"bisiknya lemah, sembari terus menggedor walau gedoran itu lebih mirip ketukan dibanding gedoran.

-000-

"Tidak ada lagi Saburo di hidupku,"kata Riou lembut sembari menatap Jiro yang sedang bercermin di toilet,"Aku yakin dia sudah meninggalkanku demi orang lain."

Saburo, yang tentu saja mendengar perkataan Riou, secara perlahan menurunkan tangannya.

Ia menunduk, jatuh terduduk dengan tatapan kosong.

Saburo tidak tahu harus berbuat apa lagi saat itu, otaknya mendadak buntu.

-000-

Namun, itu tidak berarti Saburo menyerah begitu saja, ia terus mengkode Jiro dan Riou dengan berbagai cara, termasuk saat ia melihat Riou memberikan kalung berliontin kunci.

"Ji-ro, aku disini...,"

-000-

Beberapa hari berlalu, Jiro tampaknya mulai menyadari keberadaan sesuatu di balik cermin itu, membuat Saburo tersenyum cerah.

"Y-ya! Masukkan kunci itu..."

Saburo menggumam ketika melihat Jiro mengarahkan kunci di kalungnya menuju lemari tempat Saburo terkunci.

Namun Jiro tidak segera memasukkan kunci itu ke lubangnya.

Ia tersenyum,"Maafkan aku, tapi siapapun engkau, Riou adalah milikku."Jiro berkata seperti itu, bertepatan Riou masuk ke toilet dan menciumnya, tepat didepan mata Saburo.

-000-

Saburo tersenyum, tipis sekali hingga ia sendiri tidak mampu mendefinisikannya sebagai senyuman atau hanya gerak reflek.

Ia berjalan, langkahnya lemah sekali.

Harapannya pupus, Riou membuangnya dan Jiro menghancurkannya.

Saburo terduduk tepat dibalik pintu dimana ia terkunci, sebilah silet yang sudah berkarat ia genggam.

Secara perlahan ia arahkan benda itu ke lehernya, digoreskannya beberapa kali hingga ia merasakan darah mulai mengalir dan semakin deras keluar. Hal yang sama juga ia lakukan kepada pergelangan tangannya.

Mata dwi warnanya mulai terpejam, diiringi tetes air mata yang bahkan sudah hampir habis dikeluarkannya.

"じゃ、さようなら”

-000-

Sesaat, Riou menoleh,'Apa itu?'bisiknya dalam hati ketika ia melihat cairan merah pekat mengalir dari sela pintu lemarinya yang selalu terkunci. Ia melepas pelukan Jiro dan berjongkok, menyentuh cairan merah itu dan mengendusnya.

"Darah...,"ia menggumam sendiri.

Jiro menatapnya dengan tatapan bertanya,"Ada apa, Riou-san?"Riou mendongak,"Ada darah disini, asalnya dari lemari- tunggu..., Lemari?"

Segera ditatapnya Jiro,"Jiro, tolong lepaskan kalungnya sebentar."

"Ah- ya,"Jiro segera melepas kalungnya kemudian menyerahkannya kepada Riou, pria itu segera memasukkan kunci yang ada di kalung itu dan memutarnya, membuka lemari tua itu.

Brugh!

Riou menatap terkejut kepada mayat Saburo.

"Sa-Saburo...,"pria itu jatuh berlutut, ditatapnya mayat Saburo yang terlihat sangat kurus, namun bersimbah darah,"..."suaranya tidak mampu keluar, ia terdiam seribu bahasa, begitu pula Jiro.

"Adikku...,"ia segera memeluk mayat Saburo,"Maaf... Maaf jika saja aku tahu itu adalah kamu...,"gumamnya lemah,"Maaf... Aku mengambil Riou darimu...,"

Riou segera menatapnya tajam,"Kau! Kau- pasti tahu sesuatu kan?!"

Jiro mendongak, menatap Riou dengan mata yang basah,"Aku memang selalu mendengar suara gedoran dan permintaan tolong... tapi aku sengaja abai... Karena aku anggap itu penguntit yang ingin...-"

Riou segera merebut Saburo dari pelukan Jiro,"Kita ke rumah sakit, urusan ini...,"tatapannya menajam, seolah merobek Jiro dari dalam,"Akan aku minta Jyuto yang mengurusnya."

-000-

Jika ditanya saat ini apa penyesalan Riou, jawabannya adalah karena ia tidak mengecek lemari tuanya. Dirinya tidak tahu kalau separuh jiwanya bertahan hidup didalam lemari itu setidaknya selama sebulan lebih, sementara dirinya seenaknya menuduh Saburo berpaling darinya.

"Maaf, Saburo."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro