Don't go
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Genre: Hurt
Warn: OOC,Typo and others
Riou tidak mengerti,mengapa Saburo-nya yang lembut hati,akhir-akhir ini seringkali berkata dan bersikap kasar padanya. Ia tak bisa berbuat banyak, tentu saja. Seperti sekarang,ia sedang menahan tangan Saburo yang pulang dalam keadaan babak belur dan seragam gakuran yang kotor dan lusuh,"Saburo,kamu kenapa?"ia bertanya khawatir,namun pria mungil itu justru menepis tangannya,"Gak usah sok baik deh!! Sana jauh-jauh!"Saburo justru membentak Riou yang mengkhawatirkannya.
Riou terdiam ketika tangannya ditepis,ia menatap Saburo dengan tatapan yang tak bisa diartikan,"Kau... berubah."katanya sembari menatap punggung Saburo yang sedang berjalan menaiki tangga,Saburo menoleh sedikit,"Lalu?"
"Aku kehilangan Saburo-ku."jawab Riou sendu,Saburo berdecih pelan,"Dan itu bukan urusanku. I'm not ur prince anymore."ia kembali memfokuskan dirinya pada tangga yang sedang dinaikinya. Berjalan ke kamar,masuk dan menutup pintu perlahan. Saburo menatap cermin yang terpajang didekat jendela kamarnya,ia lalu membuka seragam gakurannya yang lusuh dan kotor,ia menatap luka-luka baru yang menimpa luka lama,bertumpang tindih saling menyakiti.
Tak satupun luka itu berhasil sembuh.
Kenyataan itu menampar Saburo, bagaimana ia dibully setiap hari hanya karena ia penyabet nilai sempurna dalam semua nilai akademik ataupun nonakademik. Menahan isak tangis,Saburo meraih kotak P3K dan membukanya,ia berusaha menahan erangannya ketika mencabut kerikil kecil yang tertanam dibahunya akibat tusukan pisau. Napasnya terengah ketika ia selesai mengobati luka-lukanya,sebelum ia berhasil membebat lukanya,ia jatuh pingsan dibalik pintu kamarnya,tak berdaya.
Riou yang mendengar suara berdebum pelan dari kamar Saburo, merasakan firasat buruk pada anak itu,ia segera membuka paksa pintu kamar Saburo,manik ocean blue-nya seketika membola,saat ia mendapati Saburo jatuh pingsan sembari memegang gunting yang dikhususkan untuk memotong perban.
Ia menggendong anak itu ke ranjangnya,membalut semua luka-lukanya dan mengkompres kepala Saburo karena terasa panas akibat demam. Saat ia tengah membereskan kotak P3K yang berserakan,Saburo tersadar dan mengerang pelan, membuat Riou menoleh dan menatap dirinya khawatir,"Saburo,apa kau baik-baik saja?"tanyanya khawatir. Ia berusaha memaksa Saburo untuk kembali tidur,"Tidur saja,makan malam akan kuantarkan nanti."pinta Riou lembut,Saburo menggeram pelan,menepis tangan besar Riou,"Bukan urusanmu,pak tua! Aku bisa urus diri!"bentak Saburo kasar, ia tetap berusaha bangkit,"Saburo,"Riou menatap Saburo-nya dengan tatapan sendu,"Jangan dulu,lukamu bisa semakin parah nanti."
Decihan tipis keluar dari bibir Saburo saat ia sadar ia tak bisa bangkit,ia akhirnya hanya bisa pasrah dan kembali berbaring,"Saburo,apa yang kaulakukan diluar sana?"tidak,Saburo tak ingin menambah beban pikiran Riou dengan pria itu tahu kalau ia dibully. Saburo menggerutu,"Bukan urusanmu juga kok."
"Tentu saja ini urusanku! Karena kau milikku tahu!"sahut Riou sembari mengeratkan genggamannya pada tangan mungil Saburo,yang justru membuat pria muda itu kesakitan karena Riou tanpa sengaja menekan luka ditangannya,"Agh!! Apa yang kaulakukan?!"omel Saburo,ia kembali berusaha bangkit ketika Riou melepaskan genggamannya,ia berjalan walau sedikit gontai,"Keluar dari kamarku!"usirnya pada Riou yang masih terpaku ditempatnya. Riou tersadar ketika mendengar bentakan Saburo,"A... ah baiklah. Selamat tidur,Yamada Saburo-ku yang hilang."kata pria itu sebelum menutup pintu kamar Saburo.
Saburo menggeram,ia kembali berjalan ke ranjangnya,lalu membanting tubuh mungilnya keatas ranjang,seolah tidak peduli akan rasa sakitnya. Ia menenggelamkan wajahnya ke tumpukan besar bantal, terisak disana sendirian,ia tahu semua perbuatannya pada Riou itu salah,tapi apadaya ia tak ingin menambah beban pikiran Riou.
Sementara itu Riou yang sedang bersantai di balkon kamarnya menatap lurus kearah langit,ia menggeram,"Kenapa Saburo-ku menjadi lain?"ia bertanya pada dirinya sendiri,"Kenapa ia selalu pulang dalam keadaan terluka atau babak belur?"
Pagi pun tiba,hari ini juga Saburo dibully seperti biasanya,"Serahkan semua uangmu!"teriak salah satu pembullynya yang bernama Luz, membuat Saburo dengan perlahan menyerahkan dompetnya walau ia tidak rela,"Lama amat sih!"Luz langsung merebut dompet Saburo dan membuka isinya,menatap banyaknya uang tunai yang tersusun rapi didalam dompetnya,mengambil uang itu dan menghitungnya,
"Seratus ribu yen,bagus. Kerja bagus, anjing kecilku!"kata Luz sebelum menepuk kepala Saburo dengan sangat keras,"Besok dua ratus ribu yen ya!"ia menendang perut Saburo dan meninggalkan anak itu sendirian dalam keadaan pingsan di gedung belakang sekolahnya. Saburo tersadar ketika angin dingin menerpanya,dan juga tetes demi tetes air hujan membasahinya. Ia menatap sekitarnya sayu,hari sudah gelap, sudah hampir malam.
Dengan langkah gontai,ia berjalan meninggalkan sekolahnya,untuk pulang ke rumah yang ia tempati bersama Riou. Kepalanya tertunduk, menangis sembari berjalan,menahan rasa sakit kepala dan yang lainnya dibawah guyuran air hujan yang sangat dingin. Saburo terus berjalan, sebelum langkahnya terhenti karena suatu hal,ia menoleh,menatap kearah suara eongan kucing ditengah hujan badai,ia mendekati kucing yang berusaha menghindari tetesan air hujan lalu berjongkok dihadapan kucing kecil tak berdaya itu,ia menatap kucing itu,"Kita sama ya,"ia mulai berbicara pada kucing yang ia lindungi menggunakan jas gakurannya. Kucing itu mengeong, seolah sedang menjawab perkataan Saburo,"Sama-sama dibuang,sama-sama ditolak dunia. Seolah tidak ada artinya hidup kita,seolah kita hanyalah semak belukar yang seharusnya dibasmi,seolah kita hanyalah hama kecil yang mengganggu."Saburo menumpahkan isi hatinya pada kucing kecil yang ia gendong saat ini,"Aku selalu saja dibully disekolahku,hanya karena aku berhasil menyabet seluruh peringkat pertama dalam semua mata pelajaran disekolah. Kelihatannya kau dibuang karena kau menggemaskan."tetesan hujan yang menerpa Saburo terasa berhenti,ia mendongak,menatap Riou yang sedang memayunginya ditengah hujan,"Ayo pulang,kau boleh membawanya."ajak pria itu,Saburo hanya mendecih pelan,"Ya... baiklah."ia menggendong kucing kecil yang basah kuyup itu, menghangatkan kucing itu dengan jas gakurannya,"Saburo,"Riou memulai percakapan ditengah hujan,"Apa benar kau dibully? Katakan saja yang sejujurnya."Saburo hanya diam, mengelus kepala kucing kecil itu lembut,"Tidak. Aku hanya asal ngomong."kata Saburo sebagai jawaban,Riou kembali diam. Mengunci mulut di sepanjang perjalanan,namun tiba-tiba saja Saburo jatuh pingsan,membuat Riou terkejut,"Saburo!!"ia segera menggendong Saburo dipunggungnya dan membawa kucing yang dibawa Saburo menggunakan satu tangan dan sebelah tangannya membawa payung. Sesampainya mereka berdua dirumah,Riou langsung menurunkan kucing itu dan membawa Saburo ke kamarnya,menggantikan seragam lusuhnya menjadi baju tidur yang hangat dan mengompres kepala Saburo,satu hal yang ia tahu,Saburo jatuh sakit.
Hari demi hari dilewati Saburo dengan bullying disekolah,marah pada Riou agar pria itu menjauhinya dan curhat pada kucing peliharaannya. Saburo selalu saja berusaha menolak kebaikan hati Riou seolah ia tidak membutuhkan semua itu,namun tetap saja Riou akan tetap berbuat baik padanya sekalipun ia menolak kebaikan Riou yang tetap merawatnya dan mencintainya tanpa syarat apapun.
Suatu ketika,saat Riou sedang mengantarkan bekal makan siang Saburo yang tertinggal,ia berpapasan dengan Luz yang sedang menghitung uang,"Fufufu,lima ratus ribu yen,bagus juga si bodoh Saburo. Besok aku akan minta dua juta yen saja deh!"Riou langsung menahan bahu Luz,membuat pria itu menoleh,"Apaan sih?!"bentaknya pada Riou,"Kau tahu dimana Yamada Saburo? Aku ayahnya."Luz seketika terdiam,"Tt... tidak... aku ti.. tidak tahu."jawabnya,namun Riou tentu saja tahu kalau Luz berbohong,ia berkata"Jangan bohong padaku anak muda,atau kau mau jantungmu berpindah tempat ke perutmu?"Luz terdiam untuk yang kedua kalinya,"D.. i atap."jawabnya sebelum berlari ketakutan akibat wajah sangar Riou.
Riou sesegera mungkin berjalan cepat menuju atap,ia cukup bersyukur ia ingat bagaimana peta sekolah Saburo. Derap kakinya terasa sangat keras ketika ia semakin dekat dengan pintu ke atap sekolah.
BRAK!
Dengan ganas,ia mendobrak pintu itu, menatap punggung Saburo yang sudah berdiri diatas pagar pembatas, bersiap terjun bebas dari lantai lima sekolahnya,"Saburo!! Jangan!!"manik hetero Saburo membola ketika mendengar suara Riou,ia menoleh,"Kenapa kau ada disini?"ia bertanya dengan mata yang lebam dan sudut bibirnya berdarah,juga hidungnya yang terlihat patah. Riou terdiam ketika menatap wajah Saburo yang jauh dari kata baik-baik saja, Saburo-nya menangis,menyerah akan kehidupan.
Ia berjalan cepat,abai pada ancaman Saburo dan langsung memeluk pinggang ramping Saburo ketika anak muda itu hampir saja meloncat dari pagar pembatas,"Please don't go!"
Tamat
[A/N]
Dapet ide dari pict karya @sunproject di facebook,judul pictnya sesuai dengan judul chap ini. Nah buat kalian para pembaca yang sudah hampir menyerah akan kehidupan fana ini dan mau memilih untuk bunuh diri saja,
Jangan lakukan itu,aku mohon.
Karena aku yakin masih ada yang menunggu kepulangan kalian,masih ada yang mau memeluk kalian walaupun anggapan kalian,kalian sangatlah tidak berguna,masih ada yang rela memberikan seluruh dunianya untuk kalian.
Jan lupa voment
Regards
Ark
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro