Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Casanova and me

Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Casanova!Riou x Bullying!Saburo
Genre: Slight of hurt
Warn: OOC,Typo and others

Saburo menatap lurus ke depan, namun ia tak mendengarkan sama sekali perkenalan anak baru yang ia tahu baru pindah dari Amerika.

Ia menatap tulisan kanji di papan tulis kelasnya dengan tatapan tak tertarik, sebagian karena ia menahan rasa sakit di bahu dan kepalanya,

Riou Mason Busujima

Saburo diam-diam menebak-nebak,ia tahu kalau pria yang baru saja memperkenalkan namanya ini bukan orang Jepang secara keseluruhan alias blasteran. Namun untuk apa ia peduli?

Tidak ada gunanya,toh semuanya akan sama saja.

Ia berjuang mengabaikan teriakan-teriakan para wanita jalang di kelasnya sendiri,yang bertanya banyak pada pria itu. Entah nomor ponselnya atau semacamnya. Karena kursi kosong hanya tersedia disebelah Saburo,para gadis itu menatap Saburo dengan tatapan benci.

Kenapa idola sekolah harus duduk disebelah dia?

Mereka tidak bisa meminta Riou duduk didekat mereka,tentu saja karena Otome-sensei sudah menetapkan tempat duduk mereka masing-masing. Riou duduk disebelah Saburo,ia mengulurkan tangan lalu tersenyum hangat,"Hai,aku Riou."yang disapa hanya menoleh singkat,tak membalas uluran itu karena ia tak ingin,atau jauh lebih tepat disebut dengan kata tak berani. Namun ia tetap menyahut walau ia membuang pandang keluar jendela, seolah burung yang beterbangan diluar jendela jauh lebih menarik daripada idola sekolah yang baru saja masuk dan duduk disisinya,"Saburo."

"Hanya Saburo?"Saburo hanya diam, tak berniat melanjutkan perbincangan lebih jauh karena ia tahu ia sudah ditatap tajam oleh para bajingan tengik dikelasnya. Riou menarik tangannya,"Kalau begitu aku akan memanggilmu Saburo saja. Salam kenal,Saburo-kun."Saburo ingin,sangat ingin berteman dengan orang disebelahnya tapi ia tak mau membuat kehidupan sekolah Riou berantakan karenanya.

Jam makan siang pun tiba,Saburo masih berada dikelas,tentu saja sendirian. Namun Riou tiba-tiba masuk dan seenaknya menyapanya,"Saburo!"ia memanggil nama pria mungil yang jadi teman sebangkunya,namun Saburo hanya diam dan tidak menoleh apalagi menyahut.

Demi melindungi kehidupan sekolah Riou agar tak hancur seperti kehidupan sekolahnya,ia rela dianggap sombong.

"Mau makan siang bersama tidak? Aku kebetulan bawa bekal lebih!"kata Riou semangat,Saburo kembali diam, atau hanya diam sedari tadi,"Riou,"ia menoleh,"Tolong... aku mohon jangan berdekatan denganku."

"Kenapa?"tanya Riou polos,"Kau... tidak perlu berdekatan denganku. Nanti kehidupan sekolahmu hancur sepertiku."baru pertama kali inilah Riou mendengar Saburo berkata cukup panjang,karena biasanya atau memang begitu,Saburo hanya akan mengucapkan satu dua patah kata dan akan kembali diam hampir sepanjang hari.

"Tapi kau yang pertama kali menatapku ketika aku baru saja masuk ke kelas."Saburo kira,Riou tidak akan memperhatikan saat ia menatap pria itu sebelum mengalihkan pandangan kearah lain. Saburo mendecih,"Pokoknya jauhi saja aku."kata pria mungil itu dingin, membuat Riou menaikkan kedua alisnya bingung dan menganggap kalau Saburo sedang badmood.

Jam pulang sekolah adalah jam terburuk bagi Saburo.

Lagi,ia ditarik paksa ke belakang gedung gym di sekolahnya. Beberapa pria maupun wanita mengepungnya, ia tak bisa kabur kali ini. Reol tersenyum sinis,ia mencengkram pipi Saburo hingga anak itu merasakan darah keluar dari sana,"Sudah sehebat apa kau sampai berani mendekati idola kami?"damn, sesuai perkiraan Saburo. Ini semua karena anak baru itu,ia hanya bisa diam, seperti biasa.

BUGH!!

"KALAU GUE NANYA ITU JAWAB, BUKAN DIAM!"teriak Reol setelah meninju perut Saburo dengan sangat keras,membuat anak itu mengerang sebelum memuntahkan sedikit darah dari mulutnya,Saburo masih diam, ia tak mau mengakui kalau dirinya adalah pecundang.

Ia bingung,semua pembullynya adalah anak bermasalah di sekolah yang rata-rata menggunakan uang sebagai alat tutup mulut. Ia memang miskin,ia akui itu. Namun disini ia adalah penyabet nilai sempurna disemua mata pelajaran dalam bidang akademik. Jadi ia tidak tahu, dia yang pecundang atau mereka yang pecundang,"... aku mohon lepaskan aku."ia akhirnya buka suara, namun itu justru membuat Lon emosi.

Ia mencekik leher Saburo,menarik anak itu lalu membantinya ke tanah. Kemudian diiringi sorakan dari teman-temannya,gadis bringas itu menginjak-injak kepala Saburo. Hingga Saburo rasakan tanah didalam mulut dan hidungnya, hingga ia merasakan sakit pada kepala bagian belakangnya juga darah.

"SIAPA YANG PECUNDANG DISINI HAH?!"bentak 96Neko pada Saburo, yang masih berjuang menahan rasa sakitnya sendiri. Saburo hanya diam, lagi lagi dan lagi ia tutup mulut.

"Hei!! Siapa disana?!"terdengar suara seseorang mendekat,membuat para gadis sinting itu segera pergi menjauh dari Saburo,tak ingin mendapat masalah besar. Saburo yang masih dalam kondisi kesakitan hanya bisa pasrah saat ditinggal seperti itu dan menyeret tubuhnya bersandar pada tembok penuh coretan di belakang sekolah. Ternyata Riou lah yang berteriak,ia segera mendatangi Saburo dan berjongkok dihadapan anak itu,ia mengulurkan tangan,

Namun tangannya ditepis kasar oleh Saburo.

"Pe-pergi sana! Aku tidak butuh bantuanmu."kata anak itu dengan nada agak ketus,namun suaranya serak. Riou hanya diam,namun ia duduk disisi Saburo,"Aku tidak tahu kenapa anak sepertimu dibully disini."kata pria itu,nadanya lembut.

Saburo mendecih pelan,ia meraba tas nya mencari keberadaan air minum dan ia baru ingat kalau dia disiram air minumnya sendiri,sebelum disiram dengan air pel yang kotor dan berbau menyengat,"Huft... sial."gerutu Saburo,namun tiba-tiba Riou mengulurkan air minumnya sendiri dan berkata,"Minum saja itu."

"Hah?"

"Aku lihat botol air minummu sudah dihancurkan di mesin penggiling sampah. Jadi aku tahu kau tak memiliki air minum,tenang saja. Takkan ada yang melihat kok."dengan ragu,Saburo mengambil minum milik Riou lalu meminumnya sedikit,"Kalau kau mau bekal dan air minummu aman,kau bisa titipkan di tasku."kata Riou lagi,"Kenapa?"Saburo menyeka darah di pelipisnya,"Kau mau menokongku seperti ini?"

"Eh?"

"Tidak,lupakan saja."potong Saburo langsung,ia tak ingin mendengar jawaban yang tak ingin ia dengar alias hanya karena kau temanku. Itu menyebalkan,bagi Saburo, karena semua temannya yang berkata hal yang sama pasti akan menusuknya dari belakang,kelak suatu saat nanti. Riou menatap wajah babak belur Saburo,"Hei,ayo ke rumahku saja. Aku akan obati lukamu dahulu."ajak Riou lembut,Saburo menggeleng,"Ti-tidak apa. Aku akan pulang ke rumahku sendiri dan akan mengobati lukaku. Lagipula-...."Saburo bergumam melanjutkan,"Aku tak ingin kehidupan sekolahmu menjadi hancur sepertiku."

"Hei,sudah,tak apa. Aku bawa mantel besar kok,jadi aku akan menggendongmu di punggung,lalu menutupi tubuhmu dengan mantel dan kau pegang tasku. Paham?"Saburo mengangguk,"Yah... terserah kau sajalah."sahutnya dengan nada serak,Riou tersenyum lalu ia menggendong tubuh mungil itu,kemudian membawanya ke rumahnya sendiri.

Saat Saburo membuka mata,ia merasakan dingin di dahinya, membuatnya mengerinyit,"Uh... apa ini?"ia menarik kain di dahinya dan menatap sekitar. Ia melihat seragamnya di keranjang cucian dan melihat tubuhnya sendiri,ada sebuah kaus yang sangat besar melekat di tubuhnya. Juga perban dibeberapa bagian,saat ia ingin bangkit,Riou yang ternyata sedang belajar di kamarnya segera berkata tanpa menoleh ataupun menatapnya,"Jangan kemana-kemana dulu."Saburo menggeram pelan,"Kenapa?"

Pria itu berbalik,lalu berjalan kearahnya,"Karena lukamu sangat parah tadi. Oh iya,ini kamarku. Maaf berantakan."jawab Riou lembut,"Ha? Separah apa lukaku?"tanya Saburo penasaran. Riou lalu mengusak surai hitam Saburo dan memberikan cermin kecil padanya,"Lihat ini?"Saburo terdiam melihat perban di dahinya,plaster luka dibeberapa bagian di wajahnya dan banyak lagi.

"Se-separah ini?"Riou mengangguk,ia lalu berkata lagi,"Tenang saja,aku sudah mengabari kedua kakakmu kalau adik bungsunya ada disini dana ku juga sudah memberitahu alamatku."ia tersenyum lembut,"Tapi aku belum memberitahu kalau adik bungsu mereka dibully,"Saburo segera menggeleng,"Tidak! Kau tak perlu memberitahu bagian itu kepada kedua kakakku. Katakan saja aku terluka karena hal lain."pinta Saburo.

"Eh? Ya baiklah..."


Setelah kejadian itu,Riou dan Saburo semakin dekat satu sama lainnya, yang membuat teman-teman Saburo menjadi iri karenanya dan membully dirinya lebih parah dari sebelumnya. Ia bahkan pernah masuk rumah sakit karena tulang rusuknya patah akibat kerasnya tendangan Reol. Diam-diam Saburo tidak tahan lagi dengan semuanya,ia akhirnya memberanikan diri untuk meminta dipindahkan sekolahnya kepada sang kakak,ia tahu ia terkesan sangat egois. Memang ada Riou yang menjadi temannya tapi justru itulah yang membuatnya semakin dibully oleh manusia bajingan di sekolahnya. Tak jarang uang sakunya direbut paksa atau ia disiksa di belakang gym sekolahnya.

Berbeda dengan Saburo yang stress berat,Riou justru diam-diam jatuh hati pada kelembutan hati Saburo, keramahannya dan semacamnya. Membuatnya diam-diam bertekad untuk melindungi Saburo walau dari jauh.

Saburo pertama kali menceritakan keinginannya pindah,sembari menangis pada pria itu,"Kau tahu,"ia berkata disela isakannya,"Aku tidak tahan lagi. Hari ini juga... aku dibully. Riou-san,aku sudah menetapkan kalau aku akan pindah sekolah saja."Riou terdiam mendengar perkataan Saburo,ia tak ingin Saburo meninggalkannya. Saat itu mereka berdua tengah bersantai di atap sekolahnya.

Ia menyandarkan kepala Saburo di pundaknya lalu memeluk pinggang ramping Saburo,"Lalu aku? Jangan pindah... aku mohon..."ia meminta pada Saburo,yang justru malah membuat anak itu menjadi marah,"KENAPA KAU MENAHANKU?! BELUM PUAS KAU MELIHATKU TERSIKSA DISINI?!"dengan kasar, Saburo melepas rangkulan Riou dan menatap tajam pria itu,namun terselip tatapan kosong diantara binarnya,"APA KAU BARU PUAS JIKA AKU DISIKSA DISINI HINGGA MATI HAH?!"

Riou langsung membungkam mulut kecil Saburo dengan ciumannya,"Karena aku tak bisa menjamin kau akan lebih baik di sekolah lain,  dan lagi... aku tidak bisa membiarkan orang yang kucintai pergi menjauh begitu saja dariku"

Tamat

[A/N]
Ending by: RizuKyu
Story by: Me
Plot by: Me

Jan lupa voment

Regards
Ark Akifuyu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro