Amnesia
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo x Samatoki Aohitsugi
Genre: Hurt,Bromance,and others
Warn: OOC,Typo and Mature content
Enjoy
Saburo menatap pria yang daritadi memeluknya erat,"Kamu... siapa?"tanyanya pelan,Riou mendongak,menatap Saburo terkejut sebelum tatapannya berubah menjadi sendu,"Kamu... melupakanku?"
Saburo hanya mengangguk kecil,"Aku tidak mengingat ataupun mengenalmu. Apa kita saling kenal?"tanya Saburo lagi,'Bukan cuma saling kenal,kita adalah pasangan.'batin Riou sendu,ia hanya mengangguk guna menjawab pertanyaan Saburo,"Ya,kita saling kenal. Hanya sebagai teman."hidup, lanjut Riou dalam hati. Saburo hanya ber-oh-ria,ia lalu menatap orang lain yang kebetulan ada disana,ia adalah Samatoki yang sedang menemani Riou. Samatoki,sebenarnya juga menyukai Saburo,hanya saja ia menghargai Riou maka ia tak merebut Saburo. Saburo menatap sekelilingnya ketika dokter memberi tahunya kalau ia sudah boleh pulang.
Samatoki yang sadar adanya kesempatan,mencoba mendekati Saburo sekali lagi dan berharap perasaannya dibalas oleh Saburo. Licik memang,tapi itulah hidup. Riou yang menyadari maksud Samatoki, berupaya sangat keras agar ingatan Saburo tentangnya segera kembali.
Sebulan sudah berlalu semenjak Saburo keluar dari rumah sakit,ia memang tinggal bersama Riou, namun karena ia melupakan pria itu, ia tak lagi tidur sekamar dengan Riou. Ia memilih tidur di kamar cadangan yang ia pakai untuk ruang kerja. Ia juga meminta Riou tak ikut campur dalam hidupnya dan ia juga berjanji kalau ia takkan mencampuri hidup Riou lagi. Sakit,itulah yang dirasakan Riou ketika saat ia mengecek ponsel Saburo,ia tak mendapati satupun foto mereka berdua lagi,seolah Saburo tak ingin kenangan mereka terputar di kepalanya. Namun yang ia tidak sadari,setiap malam,Saburo bermimpi tentang pria berambut orange yang sangat dekat dengannya, itu adalah Riou sendiri. Saburo sengaja tak menceritakan hal itu karena ia beranggapan kalau hal itu tidaklah penting.
Sementara itu,Samatoki terus mempergunakan celah yang dibuat keduanya untuk ia masuk ke kehidupan Saburo guna menggantikan sahabatnya yang sudah dilupakan Saburo. Setiap hari, sepulang sekolah,ia akan mengajak Saburo untuk makan diluar atau jalan-jalan berdua tanpa memerdulikan perasaan Riou yang semakin tersakiti ketika ia menghadapi kenyataan dimana Saburo mulai merasa nyaman dengan Samatoki dan semakin melupakan dirinya yang dengan sabar menungguinya selama beberapa bulan ketika Saburo koma. Riou hanya menghela napas kasar,saat ia menerima pesan dari Saburo,
My lovely
Riou-san
Gausah masak,aku udah makan diluar sama Samatoki-san. Kunci aku udah bawa jadi gausah ditungguin juga
"..."ia segera menghapus pesan itu, lalu menghubungi seseorang dari divisi Shibuya,siapa lagi kalau bukan Dice?
Riou
Dice-kun,datanglah kerumahku. Aku masak banyak dan Saburo udah makan diluar.
777
Syiap kaka,makasih
Tak lama,Dice datang dan segera menghabiskan masakan Riou tanpa sisa,lalu berterima kasih dan pulang ke Shibuya.
Riou terus menunggu kepulangan Saburo di ruang tengah,sampai akhirnya Saburo pulang ketika malam menjelang,dengan berbunga-bunga ia berkata,"Aku dan Samatoki-san sudah berpacaran!"prek,seperti itulah suara hati Riou saat Saburo mengatakan hal itu,ia sakit,sakit hati tepatnya. Ia hanya mengusap kepala Saburo dan mengatakan selamat.
Ia mulai berpikir apa ia harus melupakan perasaannya pada Saburo dan melepaskan anak itu? Ia bimbang,tak tahu harus berbuat apa. Ingin menyelamatkan hati sendiri apadaya hatinya sudah terlanjur hancur,bukan salah siapapun. Saburo lupa ingatan,dan Samatoki menyukai anak itu bersamaan ia juga mencintai anak itu. Dan Saburo memilih Samatoki,membuang Riou seolah mereka hanyalah teman serumah.
"Haah..."Riou menatap langit sewarna surainya,ia menghela napas kasar,"Apa... yang harus kuperbuat?"ia bertanya pada dirinya sendiri,'Kau masih mencintainya?'tanya dirinya balik dalam pikirannya,ia mengangguk kecil,'Tapi dia tidak,kau sadar itu?'lagi,ia hanya mengangguk,'Lupakan anak itu. Dia sudah bahagia dengan sahabatmu.' Ia menghela napas kasar,lagi,lalu menenggak sekaleng bir dingin.
Bukan sekali dua kali Saburo menceritakan kegiatannya dengan wajah bahagia pada Riou,Riou akhirnya memberontak,ia mulai melupakan perasaannya pada Saburo dan memilih menerima Jyuto sebagai pasangannya yang baru,namun ia merasa tak bahagia,entah kenapa ia sendiri pun tak tahu alasannya.
Berbulan ia mencoba melupakan perasaannya pada Saburo yang melupakannya,sampai suatu ketika, saat ia tengah menonton televisi di ruang tengah,Saburo berjalan masuk dengan aura suram disekelilingnya dan langsung ke kamar pribadinya dan membanting pintu ketika masuk. Riou berjengit terkejut,ia lalu memberanikan diri mengetuk pintu kamar Saburo. Ia mengira kalau Saburo akan abai padanya namun yang terjadi adalah Saburo membuka pintunya dan langsung memeluknya erat sembari menumpahkan tangisannya,"Samatoki..."rahang Riou mengeras ketika nama itu disebut,"Samatoki-san... hiks... bermain api dibelakangku... dan saat aku menanyakan hal itu... ia hiks.. malah menamparku dan memutuskan hubungan kami begitu saja... hiks hiks.. aku harus apa?"Riou membalas pelukan Saburo dengan lembut,ia menatap Saburo yang menagis dipelukannya dan membawa anak itu duduk di ranjangnya sendiri.
"Hei,"ia mencoba memanggil Saburo yang masih terisak,Saburo mendongak kecil,"Kau ingat siapa aku?"ia bertanya guna memastikan saja,Saburo sedikit menggeleng,"Aku hanya ingat,"ia menyeka air matanya,"Kita... kau adalah pria bersurai orange yang... adalah..."ia sedikit ragu untuk melanjutkan,"Pasanganku?"lanjutnya dengan nada tanya,ia kembali terisak,"Harusnya aku menolak Samatoki dan kembali bersamamu saja! Maafkan aku... menyakitimu selama ini.."Riou mendengus,"Benci lah padaku."perintah Saburo langsung,"Karena aku sudah menyakitimu."ia mengemukakan alasannya,ia melepas pelukannya pada Riou dan berjalan menjauh,ia menatap pigura foto yang sengaja ia telungkupkan,ia mengambil pigura itu dan membantingnya ke lantai hingga pecah berderai,"Bencilah aku!"
Tubuh Riou menegang,ia tak sanggup melakukan perintah Saburo,secara perlahan ia menggeleng,"Yada."hanya itu sahutannya,"Tidak! Kau harus membenciku yang selalu menyakitimu!"Riou menatap binar mata Saburo,mencari kesungguhan dari binar itu,namun hanya keraguan yang berhasil ia dapat, Saburo kembali memungut foto yang tertutupi oleh beling tanpa peduli kalau jarinya tertusuk beling itu. Saburo menatap foto itu sendu,
BREKKK!!
Sebelum merobeknya menjadi dua bagian,ia melakukannya agar Riou marah dan membencinya,agar ia punya alasan untuk pergi. Itu tepatnya. Ia kemudian menghancurkan benda kenangan mereka yang lain hingga kamarnya berantakan,seperti habis diterjang badai. Namun tatapan Riou tak juga berubah,hanya tatapan datar dihiasi binar sendu yang ia perlihatkan pada Saburo. Saburo terduduk di lantai yang sudah hampir tertutupi oleh sobekan foto,pecahan beling dan lainnya,tatapannya berubah menjadi kosong. Riou tetap menatapnya sendu,hanya menatap tanpa berani berbuat lebih.
"Apa,"Saburo memulai pertanyaannya dengan nada serak,"Aku harus menyakitimu secara fisik agar... kau membenciku?"Riou terdiam saat Saburo menanyakan hal itu,"..."ia tak tahu harus merespon apa,juga tak berani berbuat banyak. Saburo mengambil sebuah pecahan beling yang cukup tajam,lalu mendekati pasangannya sembari mengancungkan pecahan beling itu,
"Aku akan melakukan apa saja agar kau,membenciku seperti saat kita berhadapan diatas panggung rap battle."
Riou terdiam,tak berani maju namun tak ingin mundur juga,ia mulai berpikir,apa sekeras itu kah keinginan Saburo agar dibenci oleh dirinya? Lamunannya mendadak buyar ketika rasa sakit ia rasakan. Saburo,dengan tatapan kosongnya,tanpa ekspresi apapun,menusuk tangannya hingga terluka dan mengeluarkan darah, anak itu lalu mencabut pecahan kaca itu dan menancapkannya lagi ditempat lain,mengulanginya beberapa kali setelahnya. Saburo akhirnya berhenti,ia menatap Riou suram,"Apa.. kau sudah sangat sangat membenciku?"tanyanya pelan,ia meremat kaca yang ia pakai untuk melukai pasangannya hingga tangannya sendiri terluka,Riou mengerang kesakitan,diantara binar kesakitannya,ia tetap tersenyum kecil dan menggeleng,namun ia menjawab,"Aku membencimu."kata yang diinginkan Saburo keluar, namun Riou segera mengutuki dirinya sendiri yang mengatakan itu,"Ma... maksudku bu..."Saburo berbalik,Riou menatap punggung sempit itu yang perlahan membungkuk,"Ha... haha... hahaha... hahahahaha!!!"tawa suram Saburo lepas,tawa itu sangat menggambarkan sesuatu yang buruk,
"Terima kasih sudah memberiku alasan untuk pergi! Aku sangat senang akhirnya kata itu keluar dari mulutmu!"
Riou terdiam,Saburo masih terus tertawa bahkan saat anak itu mengeluarkan pisau kecil dari sakunya,ia masih tertawa lebar,seolah sangat senang,"Jangan lupa nyanyikan Requiem nanti,saat aku sudah sepenuhnya pergi! Kau harus menepati yang satu itu ya~!" perintah Saburo dalam bahasa lain,ia kemudian menusukkan perutnya sendiri,
JLEBB!!
"Ghakh!"ia ambruk,berlumur darah, tanpa Riou bisa berbuat banyak karena ia sendiri terluka. Ia sangat menyesali dua kata yang keluar dari belahan bibirnya sendiri,ingin ia memutar waktu,agar hal tadi tak ia ucapkan sama sekali namun apadaya ia tak bisa. Tenggorokannya terasa tercekat,ingin teriak tapi lidahnya mendadak kelu,ia ingin meraih Saburo yang tergeletak berlumuran darah,yang masih sadar,dan memeluk anak itu serta meminta maaf,namun tubuhnya justru membeku tanpa mau bergerak sama sekali.
Ia tetap memaksakan dirinya,hanya untuk meraih tubuh mungil Saburo dan mengobatinya,ia akhirnya berhasil membaringkan Saburo diatas ranjangnya sendiri dan secara perlahan mencabut pisau itu,namun saat ia berhasil mencabut pisau itu, darah kembali muncrat hingga mengotori wajahnya,dan Saburo akhirnya jatuh pingsan. Secara perlahan,ia mencoba menutup luka itu dan menghubungi ambulans, segera,tak begitu lama,sebuah ambulans datang dan membawa Saburo ke rumah sakit bersamanya.
Sementara menunggu Saburo di selasar rumah sakit,ia yang sudah selesai ditangani semenjak berada di ambulans hanya bisa diam,dengan wajah tegang dan pucat. Tak lama, Samatoki datang,"Ri-"Riou menoleh, ia lalu melayangkan tinjuan terkerasnya pada Samatoki,"Akh!"erang Samatoki sebelum ambruk ke lantai,"Apaan sih anj-"Riou mencengkram kerahnya dan menatapnya dingin,"Gara-gara kamu menyakitinya! Dia seperti ini! Kau pikir ini semua gara-gara siapa hah?! Kau pikir aku sendiri tak sakit hati apa?! Pikir!!"Samatoki yang mengerti hanya bisa terdiam,ia tak berani mengatakan apapun saat ini.
"Permisi,apa kalian keluarga pasien?"suara suster mengalihkan atensi keduanya,Riou langsung melepaskan Samatoki dan mengangguk,"Kalau begitu,ikut kami."suster itu berjalan masuk, diikuti kedua pria bertubuh besar itu dari belakang. Kemudian suster itu berhenti disalah satu bilik yang tertutup tirai hijau,"Kami berhasil menyelamatkannya,"kata suster itu sembari membuka tirai itu, memperlihatkan Saburo yang menatap ketiganya kosong,ia sudah sadar.
"Tapi ia harus dirawat disini guna memulihkan lukanya."suster itu membiarkan Riou masuk dan meninggalkan mereka bertiga,"Saburo,"lagi,tenggorokan Riou serasa tercekat,"Maaf."
"Maaf... apa?"tanya Saburo serak, Riou menunduk,"Aku.. sebenarnya aku tidak membencimu sama sekali, aku... aku juga tak tahu kenapa perkataan itu keluar dari mulutku. Maafkan aku.. ini kesalahanku."anak itu hanya tersenyum tipis,ia memejamkan matanya, memperlihatkan wajah damai yang jarang sekali ia tampakkan,"Bukan masalah."hanya itu sahutan yang ia keluarkan,sahutan tanpa tujuan. Hanya sahutan yang tak berarti apapun bagi kedua pria yang menjenguknya,"Bukan masalah,mau kamu benar-benar membenciku atau tidak,itu bukan masalah. Aku sudah menemukan alasan untuk pergi dan aku berterima kasih untuk hal itu."
Riou segera menggenggam tangan mungil Saburo,"Jangan! Jangan pergi! Aku mohon... jangan pergi."ia memohon pada Saburo agar anak itu tidak pergi,"Tapi kau... sudah mengatakannya,'Aku membencimu' kau sudah mengatakannya tadi."sahut Saburo pelan,Riou semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Saburo,"Dan aku menyesalinya.. jangan pergi... aku mohon."secara perlahan,Saburo menarik tangannya yang sedari tadi digenggam Riou,"Aku.. harus dan akan pergi... itu saja..."
"Tidak Saburo! Jangan pergi!"Riou berusaha keras menghalangi niatan Saburo,"Jangan pergi... lagi." nada bicaranya melirih,ia terdiam,"Jangan lagi..."
'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'
"Riou-san! Okite!"Saburo mengguncangkan tubuh pasangannya,"Bangun! Kau kenapa?!"tanya anak itu khawatir pada Riou yang mengigau,"Engh... jangan lagi..."igau Riou sebelum berteriak,"JANGAN-Huah!!"Saburo yang berada disisinya menatapnya khawatir,"Daijoubu desu ka?"tanya anak itu pelan,Riou mengangguk dan langsung memeluk Saburo,"Jangan tinggalkan aku..."pintanya,Saburo menggeleng,"Aku tidak akan meninggalkanmu."
Riou menatap Saburo lembut lalu kembali memeluknya,"Memangnya mimpi burukmu itu apa?"tanya Saburo lembut,berusaha mengorek informasi,"Aku... aku bermimpi kau... kau berniat meninggalkanku... karena kesalahanku."jawab Riou sedikit terisak,Saburo sedikit mengerinyit, seperti mengingat momen itu,"Sa... salahku adalah... berkata aku... aku membencimu. Itu adalah kesalahan terbesarku padamu... hiks..."
Saburo terdiam lalu berbisik di telinga pasangannya,"Itu kenyataan,aku sudah pergi untuk selamanya."
'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'-'
Saburo menepis keraguannya,ia menatap Riou yang menatapnya sendu. Ia tahu saat ini,hanya perlu menunggu ijinnyalah sang shinigami bisa mengambil nyawanya.
Ia mengelus surai orange pasangannya lembut hingga Riou akhirnya tertidur karena kelelahan dan karena lembutnya elusan rambut dari Saburo,ia melirik siluet shinigami di sudut ruangannya. Sementara itu, Samatoki sudah pergi karena ada urusan dengan seseorang. Shinigami di sudut ruangan itu hanya tersenyum lembut padanya,sembari berjalan kearahnya dan saat Saburo mengangguk,shinigami itu langsung menyabetkan sabitnya dan mengambil nyawa Saburo.
Piiiiiiiiiiiiiippppp!!!!
Riou tersadar ketika suara denging panjang itu terdengar memekakkan telinganya,ia menatap Saburo yang tersenyum dengan kedua mata hetero yang ia tahu takkan pernah terbuka lagi. Setelah memanggil dokter dan dokter memberitahunya kalau mereka tak bisa menyelamatkan Saburo,Riou menatap Saburo yang sudah tertidur,
"Pada akhirnya,kamu pergi juga. Seolah laranganku dan permintaan maafku tak ada gunanya bagimu. Aku memang bodoh,aku sadari itu. Aku tak tahu kenapa perkataan Aku Membencimu bisa membuatmu menjadi seperti ini. Maafkan aku,ini sepenuhnya kesalahanku."
Puk!
Riou merasakan sesuatu melingkari pinggangnya dan ada sesuatu di punggungnya,ia menoleh,dan mendapati arwah Saburo tengah memeluk pinggangnya dan tersenyum,"Aku,"Saburo memulai perkataannya,"Akan meninggalkanmu kalau kau sudah siap menerima kenyataan kalau aku sudah mati."
Tamat
[A/N]
Awalnya mau buat si Riou ngomong,"Kenapa aku harus menbencimu? Aku tidak membencimu." Tapi kalo gitu doang sih udah terlalu mainstream dan bakal cepet kelar ceritanya.
Jadi yaudah dibuatnya kayak gini:"v
"Aku membencimu."nah pas si Riou ngomong ini,dia tuh gak sadar sama sekali. Yang ngomong itu sesuatu dari alam pikirannya,jadi Riou juga gak ada salah sih. Jadi gitu konspirasinya eheh//canggung
Jan lupa voment
Regards
Ark
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro