Day 4
"Kau sungguh tidak tidur?"
(Name) yang baru selesai mencuci piring menoleh ke sumber suara, melihat Karma sedang bersandar di salah satu konter dapur.
"Ya," jawab (Name) melepas celemek yang dia gunakan.
"Apa yang biasanya kau lakukan saat malam?"
(Name) berpikir sejenak.
"Meregangkan sayapku," jawab (Name).
"Apa setelah itu kau terbang?"
(Name) menggeleng.
"Walaupun sayapku terlihat sudah sembuh, aku tidak bisa menggunakannya untuk terbang sampai satu minggu," jelas (Name), "itu alasan lain kenapa aku bilang setelah menyelamatkanku, aku akan menginap seminggu di rumahmu."
"Begitu ... ya?"
(Name) hanya tersenyum, sebelum akhirnya melipat dan menyimpan celemek yang dia pakai ke dalam lemari.
"Belum ingin tidur, Karma?" tanya (Name) menoleh ke arah Karma, menyadari sang laki-laki tidak bergerak dari posisinya.
"Ah, aku akan tidur sekarang," sahut Karma mengangguk.
Namun (Name) berkedip kaget saat Karma menggenggam pergelangan tangannya. (Name) menoleh ke arah Karma, menyadari sang laki-laki menyeretnya entah ke mana.
"Karma? Mau ke mana?"
"Tidur."
"Lalu kenapa menyeretku?"
Karma berhenti lalu menatap (Name).
"Aku ingin tidur bersamamu."
(Name) memandang lama Karma, lalu mengerutkan alisnya.
"Excuse me?"
"Kau dengar aku, (Name)."
"Definisi tidurmu ini, definisi pasti atau definisi ambigu?"
Karma menyeringai.
"Hee, apa kau berpikir yang iya-iya saat aku bilang ingin tidur bersamamu?"
"Tentu saja aku berpikir yang iya-iya," sahut (Name).
Karma berkedip beberapa kali, tampak tidak menduga reaksi (Name).
"Bagaimana kalau yang aku maksud itu yang iya-iya?" tanya Karma
(Name) mengangkat kedua alisnya.
"Tentu saja tidak mungkin," sahut (Name) tersenyum mantap, "lagi pula, selain aku tidak bisa tidur, sayapku ini membuatku tidak bisa berbaring seperti kalian. Jadi menyerahlah untuk mengajakku tidur bersama, Karma."
Saat (Name) mencoba menarik tangannya, genggaman Karma justru menguat.
"Kalau begitu, duduklah di sebelahku sampai aku kembali bangun."
(Name) menatap lama Karma, hendak berkomentar namun kemudian memilih untuk diam.
"Baiklah."
[][][]
"Apa kau immortal?"
"Ya."
"Jangan-jangan kau lebih tua dariku?"
(Name) memukul pelan pundak Karma.
"Tidak sopan berkomentar masalah umur pada perempuan."
Karma hanya tertawa kecil, lalu kembali menoleh ke langit-langit kamarnya.
"Apa yang terjadi jika aku sudah tahu identitasmu?"
"Kau tidak akan tahu, Karma, kecuali aku yang menyebutnya sendiri."
"Jika, (Name)."
(Name) yang sedang membaca salah satu buku milik Karma perlahan menutup bukunya, lalu menoleh ke arah Karma dengan senyum kecil.
"Jika kau mengetahuinya, setidaknya jangan katakan dengan keras, ya?"
Karma yang hampir terlelap kembali sadar dan mengerutkan alis dengan heran.
"Kenapa begitu? Bagaimana aku bisa tahu jawabanku benar atau tidak jika tidak bertanya padamu?"
"Jika kau ingin memastikannya," tangan kanan (Name) terangkat untuk menyentuh kening Karma—mengelusnya dengan lembut, "tanyakan pada hari terakhir aku tinggal bersamamu."
Karma ingin bertanya lebih, namun tiba-tiba dia tidak bisa menahan rasa kantuknya, yang berakhir dengan dirinya yang terlelap.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro