Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Proposal

Begitu para pengunjung berhasil menerbangkan lampion mereka masing-masing, lautan manusia itu bergerak ke segala penjuru arah. Orang-orang itu merangsek ta tentu arah, memaksa Sofiya yang bahkan belum sempat menjawab sapaan hangat laki-laki asing tadi untuk bergerak menjauh. Lagi-lagi, lautan manusia itu menutup jarak pandangnya. Bahkan ketika ia berjinjit sekuat tenaga, laki-laki asing tadi hilang dari jangkauan pandangannya.

"Nona?" panggil Rui, menyadarkan Sofiya. "Nona terlihat mencari seseorang," ujarnya lagi.

"Ah, aku sedang mencari Haka," ujar Sofiya setengah berbohong. Kali ini, ia benar-benar mencari pengawal pribadinya.

"Haka ... oh, dia ada di arah jam sembilan, Nona."

Ketika Sofiya mengikuti instruksi Rui, ia melihat kalau laki-laki itu sedang berdiri di dekat sebuah pohon. Topi bambunya hampir menutupi bagian kedua matanya. Namun, Sofiya tahu kalau orang itu sedang mengawasi dirinya dan Rui.

Sofiya teringat bahwa ia harus kembali ke slot penjual perhiasan untuk membeli cincin yang sempat menarik perhatiannya. Namun, sepertinya sudah tidak ada waktu lagi untuk hal itu. Ia harus segera kembali ke istana sebelum lonceng terakhir dibunyikan. Jika ia terlambat, ia tidak akan bisa masuk ke area istana.

Mereka bertiga akhirnya bergegas kembali ke istana dan berhasil memasuki paviliun kediaman Sofiya tanpa halangan berarti. Sofiya harus cepat-cepat mengganti pakaian yang dikenakannya sebelum para dayang datang membawakan makan malamnya. Jika ia terlambat, maka berita absennya Puteri Sofiya akan sampai ke telinga Ayahandanya, sang Raja.

Ketika ia berbelok dengan cepat di koridor depan ruang tidurnya, Sofiya dikejutkan dengan kehadiran sesosok bayangan yang bediam diri bersandar di dinding.

Sofiya terkesiap. Ia hampir saja mengeluarkan pedang pendeknya kalau terlambat menyadari siapa sosok itu.

"Seiya!" desis Sofiya seraya membuat gestur pukulan ke kakak laki-lakinya.

Seiya hanya bergeming. Kemudian ia berkata, "Kau tidak membawakanky oleh-oleh?" godanya.

"Oleh-oleh apa?" jawab Sofiya seraya berlalu, hendak masuk ke ruang tidurnya.

"Kau pergi ke festival, kan?" tanya Seiya santai.

"Seiya, kau—"

"Baik-baik, aku akan tutup mulut," ujar Seiya. "Sebagai gantinya, aku juga akan tutup mulut untuk berita yang baru saja aku dengar."

"Berita? Berita apa?"

Seiya hanya tersenyum penuh makna sambil berlalu.

"Nantikan saja besok pagi saat makan bersama," ujar Seiya yang sosoknya kemudian menghilang di kelokan koridor.

Sofiya berusaha untuk tidak ambil pusing. Setidaknya sampai besok pagi pada acara makan bersama Raja dan Permaisuri.

Keesokan paginya, berita yang dimaksud Seiya akhirnya muncul ke permukaan. Ayahnya, sang Raja, membuka topik pembicaraan tentang upacara coming of age untuk peringatan hari kelahiran kedepalan belas Tuan Puteri. Kemudian Ibundanya, Sang Permaisuri, menyampaikan bahwa dalam acara itu, Sofiya harus melakukan dansa pertama dengan bangsawan kerajaan.

"Laki-laki pertama yang akan menjadi padangan dansamu akan sangat penting Sofiya. Sehingga, kami sudah memastikan bahwa kau akan berdasa dengan putera dari Duchess Isabel. Kalian pernah bertemu beberapa tahun lalu," ujar Ibundanya.

Ingatan Sofiya begitu samar mengenai putra Duchess Isabel. Putra yang tak lama lagi akan menjadi seorang duke. Menggantikan mendiang suami Duchess Isabel.

Kegiatan makan pagi hari itu berlalu begitu cepat tatkala pikiran Sofiya dipenuhi wacana dansa pertamanya. Terlebih, ketika ia menyadari bahwa siapapun yang menjadi pasangan dansanya, kelak akan dinikahkan dengannya. Seorang Duke, huh? Ia bahkan tidak pernah membayangkan akan menikah, lebih-lebih menjadi seorang Duchess.

Sofiya terlalu larut dalam pikirannya, bahkan sampai saat ia berjalan keluar dari paviliun Raja dan semua orang sedang bersorak kegirangan menyambut salju turunnya pertama, Sofiya masih larut dalam lamunannya. Baru ketika ia menyadari ada benda dingin yang mengenai tubuhnya, Spfiya menghentikan langkahnya. Pagi itu, salju pertama mulai turun dengan ringan. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro