Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

▪ Egocentric's Regret ▪

Pair : College Student!Kageyama Tobio x High School Student!Reader
Genre : Romance
Warning : AU, OOC, typo

One shot #ALICE_CHALLENGE

Kamu sebenarnya sangat menyukai kakak kelasmu, Kageyama Tobio.

Kamu sangat pemberani.

Dua tahun lalu, di lapangan voli indoor.

"Se-senpai! Jadilah pacarku!" Kamu dengan gagah menyatakan perasaanmu di antara anggota pemain voli.

Padahal teman-temanmu kerap menyuruhmu untuk mengurungkan niatmu karena itu memalukan. Tapi kamu tidak peduli. Mendengar pernyataan itu, Kageyama tentu saja disoraki oleh teman seklubnya. Bayangkan, setidaknya ada delapan orang terhitung kamu di dalam lapangan indoor voli itu.

Duak.

Yang ada, kamu malah kena bogem mentah servis atas dari depan. Kamu khawatir hidungmu pesek karena serangan dahsyat tanpa disengaja itu. Kamu meringis kesakitan. Kamu melihat seorang cowok berambut jingga itu menghampirimu.

"U-uwah hidungmu memerah! Apa kau tidak apa? Sebenarnya kau tidak boleh langsung ke lapangan."

Kamu menggosok hidungmu. Yang kamu butuhkan adalah jawaban dari laki-laki berambut hitam cuek itu.

Tapi laki-laki itu berbalik badan dan berkata, "Hinata, bawa gadis itu keluar dari hadapanku."

Laki-laki berambut jingga itu menganga, "Oi! K-kau baru saja menyuruhku mengusirnya!"

Kamu merasa tanganmu ditarik oleh Hinata. Kamu masih belum beranjak dari sana.

"Pura-pura pacaran juga tidak apa senpai!"

Tapi cowok jutek itu juga tidak menanggapi. Apa boleh buat, kamu sudah berkata sebisamu. Sebenarnya kamu tahu kalau tidak ada jawaban itu terkesan menggantung tapi lebih mengarah ke penolakan.

¤ ¤ ¤

Tapi kamu cukup serius kalau sudah menyukai seseorang.

Kamu menguntit Kageyama. Sedihnya, Kageyama bukan tipikal orang yang suka mengutarakan keluh kesahnya sehingga dia semakin misterius.

Dia memang jutek, bermulut pedas, dan egosentris. Kamu sudah mengetahui tampilan luar yang kerap membuat orang berniat menjauhinya dari awal. Kamu tidak sependapat dengan orang-orang itu.

Ada yang bilang, cinta mampu membutakan sesuatu yang buruk menjadi baik.

Tapi kamu bisa selalu berada di dekatnya melalui Hinata karena dia adalah senpai yang merupakan teman baikmu. Dialah yang memberitahumu kapan Kageyama ada kelas. Kamu selalu menunggunya di depan gerbang kampus Todai sepulang sekolah.

Tampak banyak mahasiswa yang berlalu-lalang dari sana mengenakan pakaian bebas. Kamu sempat terpukau kalau nanti kamu akan terlihat dewasa mengenakan pakaian bebas bersama Kageyama semasa kamu kuliah nanti.

Crot.

Kamu mimisan.

Kamu mengiyakan lagi gejala ini. Gejala ehemehemmu kalau sudah bermimpi tentang laki-laki berambut hitam itu. Dia kini sudah berjalan menuju arahmu, tepatnya dia mau pulang.

"Senpai!"serumu melambaikan tangan.

Kageyama terlihat begitu tampan dengan pakaian kasual. Kemeja kotak-kotak biru kehitaman dengan celana hitam. Simpel memang, tapi itulah daya tariknya bagimu.

"Ngapain lagi kamu ke sini? Sudah kubilang, aku kan menolakmu."

Kamu tidak sakit hati dengan barisan kalimat barusan. Kamu selalu menerima apa adanya, terlebih menunggunya. Sudut bibirmu tertarik lebar.

"Senpai makin keren ya! Edek makin jatuh cintaaaa deh sama abang."

Kageyama bergeming. Mukanya dijamin langsung merah karena gombalan mautmu. Teman-temannya langsung terkikik kecil. Mau bersikap ketus pun tidak mempan buatmu untuk gentar menghadapinya.

"Eh, [L/N]-chan, tadi si Kageyama terpikir untuk mengajakmu makan ramen bersama loh. Cieeee!!"ledek Hinata melantangkan suara menyikut Kageyama.

"Dia ini diam-diam menghanyutkan. Tunggu saja tanggal tayang jadian," tambah Kei berkata datar.

Kamu mengangguk kemudian menggandeng lengan Kageyama. "Aku mau makan bareng kok. Mau ya? Mau ya? Mau yaaaa?"

Tepatnya kamu sedang memelas -- coret, merengek mengajaknya makan bersama.
Kageyama menatap pandangan memelas dari sekeliling kemudian mendesah, "Kalau kau memaksa."

Semuanya turut bersorak-sorai karena persetujuan Kageyama. Kamu senang walaupun perasaanmu belum terbalas. Sebenarnya Kageyama tidak menerimamu bukan karena dia membencimu. Dia lebih menganggapmu sebagai adiknya.

¤ ¤ ¤

Kageyama sebenarnya sangat memperhatikanmu.

Kamu itu ramah dan disenangi banyak orang. Selain itu, kamu cukup terkenal dan banyak melirik meskipun dia tahu kamu hanya akan memilihnya.

Laki-laki itu entah sejak kapan terbiasa akan kehadiranmu. Kamu yang setiap hari ada untuknya. Memberikan senyuman untuknya. Mewarnai hari-harinya.

Tapi dia takut melukaimu dengan kata-katanya yang terlalu pedas, dia takut kamu benar-benar meninggalkannya.

Setelah kalian makan ramen bersama dengan teman-teman Kageyama, kalian mampir di sebuah mall dekat restoran.

Kamu izin dari teman-teman Kageyama untuk melihat benda berkilap yang ada di sebuah toko aksesoris. Sesekali Kageyama mengintip dari luar, menyipitkan mata untuk mengetahui lebih jelas benda apa yang kamu inginkan.

Sebuah gelang dengan aksesori bintang dan bulan.

Kamu mengeluarkan dompet tapi melihat harganya yang ternyata tidak sesuai dengan uang sakumu. Kamu kecewa, keluar dengan tangan kosong.

"Jadi kamu nggak beli, [l/n]?"tanya Hinata.

Kamu menggeleng pelan. "Aku lupa bawa uang sisanya di rumah. Nggak tahu kalau kita bakal mampir ke sini,"

Kamu melihat Kageyama yang malah masuk ke dalam toko aksesoris. Syok, kamu memegang lengan kemejanya.

"Senpai, kok mau masuk? Atau .. ternyata senpai suka aksesoris?" Ledekmu terkikik kecil.

Kageyama mendecih, "Aku tidak mau melihatmu terus menoleh ke sini sepanjang kita berkeliling. Jadi aku mau membelikanmu,"

Merasa tidak enak, kamu berdiri di hadapannya. Kamu menggeleng, "Aku tidak minat lagi kok. Lagian aku bisa membelinya kapan-kapan,"

Kalian ini berteman tetapi berdebat seperti pasangan kekasih. Kamu menghalanginya berjalan ke toko itu.

"Aku nggak mau dibelikan. Ayolah, kita ke tempat lain saja,"

Kamu melihat Kageyama memberenggut sebal kemudian mengalah. Sebenarnya kamu tidak mau merepotkannya. Apalagi menggunakan uangnya. Kamu bahkan sudah bersyukur kalau Kageyama mau diajak jalan-jalan bersama.

¤ ¤ ¤

"Senpai, ajarin aku voli, dong,"desakmu hadir lagi setelah hari itu berlalu di hadapan Kageyama usai kelasnya di kampus.

Kageyama mendesah, "Kamu itu terlalu kaku. Kurang lincah. Kurang olahraga."

Kamu memejamkan matamu sekilas karena mendengar penilaian Kageyama barusan. Kamu memang tidak punya rekor baik dalam olahraga. Namun kamu ditunjuk menjadi pemain voli di kelasmu untuk festival olahraga nanti.

Kamu sangat bersemangat karena kamu bisa memanfaatkan hal ini untuk bisa lebih dekat kepada Kageyama. Modus sekalian belajar.

Tidak akan menyerah, itulah yang kamu usahakan. Tapi muncul cairan merah kental itu menjalar dari hidungmu. Kamu merasakan ada yang basah ketika cairan itu mengalir, segera menggosoknya pelan. Mimisan.

Ini gejala yang sering terjadi kepadamu. Padahal kamu tidak berpikir aneh-aneh.

Kageyama malah membatu sejenak kemudian mengambil sapu tangan karena panik.

"O-oi! Kenapa kau bisa mimisan seperti ini sih?"

Kamu bergeming menerima sapu tangan dari Kageyama. Akhir-akhir ini kamu merasa tidak enak badan. Kamu meyakini kalau kamu hanya kecapekan.

"Aku baik-baik saja,"ungkapmu. Kamu mulai merasa kepalamu sedikit berdenyut.

"Jelas saja kau tidak baik-baik saja! Ayo kuantar,"

Kamu menerima jemarinya yang terkait di pergelangan tanganmu. Dia terlihat khawatir, memegangmu agar kamu tetap aman bersamanya. Kamu menggigit bibir bawahmu, merasakan kebahagiaan yang teramat sangat.

Ini kali pertama Kageyama menyentuhmu.

Kamu masuk ke dalam sedan silver metalik yang melaju dikendarai oleh Kageyama. Kamu telah memberitahukan dia untuk mengantarmu ke rumah saja. Dia bersikeras untuk ke rumah sakit. Kamu menolak. Kamu tidak ingin dia terganggu olehmu.

Siapa yang sadar, Kageyama yang mengantarmu akan menjumpai hal yang tidak dia sadari.

Usai mengantarmu ke rumah sebagai pertemuan terakhir, kamu tidak pernah hadir untuk menunggu Kageyama di gerbang kampus.

Kamu tidak pernah mengirimi pesan teror yang selalu dianggapnya makanan sehari-hari -- kini, ponselnya sepi.

Kageyama tidak pernah mendengar informasi tentang dirimu seperti biasa dari Hinata sebagai sahabat terdekatmu.

Karena semua itu ada sebuah masalah sejak kamu mimisan.

Kageyama melihat benda putih berkilau yang ada digenggamannya. Gelang dengan ornamen perpaduan bintang dan bulan yang kamu inginkan. Dia diam-diam membelinya meskipun kamu menentangnya.

Dia merindukanmu.

Akhirnya, untuk melepas rindu itu, Kageyama mampir di depan rumahmu. Dia menekan bel rumahmu. Muncul seorang pelayan yang membukakan pintu.

"Selamat siang, saya temannya [L/n], apa dia ada di rumah?"

Ini kehadirannya setelah dua minggu tidak berjumpa denganmu. Dia berbohong kalau dia datang hanya sekadar formalitas untuk menemuimu.

Raut wajah pelayan itu mengeruh, "Dia ...,"

Kageyama merasakan keringat dingin mengalir di pelipisnya.

"Nona [L/n] masuk rumah sakit sejak dua minggu lalu."

Jantung Kageyama seolah berhenti berdetak. Dia merasakan waktu berhenti sesaat untuk memberitahunya kenyataan pahit barusan. Panik, Kageyama kembali masuk ke dalam mobilnya.

Dia bahkan hampir lupa cara bernapas. Ia merasa sesak karena paru-parunya menerima oksigen yang minim mendengar jawaban barusan.

Ketika dia sedang mengendarai, wajahmu kini terbayang dalam benaknya. Wajahmu yang malu saat menyatakan perasaanmu kepadanya ketika masa SMA. Wajahmu yang tersenyum setiap menyambut dirinya pulang dari kelas. Wajahmu yang cemberut karena dia menolak ajakanmu.

Kamu secara perlahan menjadi segalanya bagi Kageyama. Setengah bagian kehidupannya terisi olehmu.

¤ ¤ ¤

Tiba pencarian ruanganmu di rumah sakit yang dikabarkan oleh pelayan rumahmu, Kageyama berlari sebisanya setelah memarkirkan mobilnya.

Dia berlari menemukan ruangan yang seharusnya menunjukkan bahwa kamu ada di dalamnya -- justru kosong melompong tanpa ada identitas di pintu itu.

Dia kembali berlari, sebisanya dengan napas terengah. Mungkin dia salah menerima informasi.

Di hunian berbau antiseptik, dia merasa seperti berada di dalam labirin. Langkahnya terhenti ketika berada di luar ruangan ICU.

Terlihat pasangan paruh baya di sana berbincang dengan dokter. Kageyama segera menghampiri dokter itu.

"Anak saya setelah dioperasi bagaimana, dok?"

Raut wajah dokter itu mengeruh. "Maaf, kami sudah berusaha melakukan semaksimal demi menolong pasien bernama [L/n]-san. Operasi pencangkokan sumsum tulang belakangnya gagal dikarenakan berada dalam stadium akhir,"

Kageyama menahan pertanyaan mengenai dirimu langsung terdiam. Tangannya yang mengenggam kantong berisi aksesori yang kamu sukai melemas. Mendarat. Mencecerkan sekotak putih dengan pita merah.

Ia jatuh terduduk.

Ia bisa mendengar orang tuamu pecah dalam tangisan pilu.

Ia meyakini kalau semua itu hanyalah kebohongan.

Ia -- Kageyama Tobio, laki-laki yang selalu berucap ketus dan selalu yakin bahwa ia bisa melakukan segala sesuatunya sendirian. Sakit, penyesalan, itulah yang dirinya rasakan.

Dia kembali berpikir tentang dirinya.

Tidak menerima perasaanmu padahal dia juga suka kepadamu.

Yang begitu sulit menerima keinginanmu, apalagi berusaha membuatmu menarik kedua sudut bibirmu karenanya.

Yang mencoba berjuang terlebih berterima kasih atas kehadiranmu.

Tanpa sadar, penyesalannya hadir belakangan. Meremuk hatinya. Menghancurkan isinya. Memecahkan kepingan perasaannya. Karena keegoisannya terhadap dirimu.

OMAKE•

Sehari sebelum pemakaman, orang-orang yang mencintaimu penuh kasih hadir untuk mengucapkan salam perpisahan untukmu.

Di situ, Kageyama masih bisa melihat wajahmu yang rupawan di dalam peti.

Digenggamnya jemarimu yang sudah dingin membeku. Diambilnya gelang berkilap yang ingin ia serahkan kepadamu. Ia mengaitkan gelang itu ke pergelangan tanganmu. Dalam bisikan yang beralih menitikkan buliran maniknya.

"Aku mencintaimu, [L/n],"

Di tangan Kageyama yang tergenggam terselip pesan darimu.

Ka-ge-ya-ma senpai! Kau membacanya?

Sebenarnya aku sangat merindukanmu.

Senpai, aku ingin bisa kuliah bersamamu. Mengenakan pakaian bebas. Habisnya, aku sudah mulai bosan masa SMA sejak senpai lulus duluan.

Tapi, aku tidak yakin akan ada di sisimu sesering dulu. Apalagi di masa depan setelah pesan ini ada di tanganmu.

Aku bahagia karena senpai selalu menerimaku, walaupun aku pasti menyebalkan bagimu.

Aku, sampai sekarang masih suka senpai. Tepatnya setiap hari aku semakin suka kepada senpai meskipun kita tidak berjumpa.

Terima kasih karena mengizinkanku selalu berada di dekatmu.

Dari gadis yang selalu menyukaimu, [L/n][F/n]

• The End •

A/N :
Ini ff yang sangat drama haha '-')
Ini iseng karena mencoba dengan bumbu angst, yang sebenarnya tidak cukup kukuasai.
Ini fandom pertama yang coba kupijak selain KnB dan utapri hehe~

Demikianlah kumpulan one shot dari agasshi~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro