(40) Hujan - Akaashi Keiji
Request dari _Amy_desu
Fandom: Haikyuu
Akaashi x Model!Reader
Happy Reading!
Langit mulai menggelap—tanda malam akan segera datang, menggantikan hari walaupun seharian itu ditutupi oleh awan yang sepertinya akan turun hujan kapan saja. Namun tampak di SMA Fukurodani masih terlihat beberapa siswa, yang kebanyakan pulang dari klub mereka masing-masing—termasuk tim voli Fukurodani yang kini sedang dalam perjalanan pulang.
"Kita harus sering berlatih untuk bisa memenangkan pertandingan melawan Nekoma!" ucap Bokuto penuh semangat, membuat hampir semua anggota voli memutar bola mata mereka.
"Kau harus mengontrol emosimu dulu, Bokuto-san," sahut Akaashi.
"Hah, apa maksudmu Akaashi—"
"Keiji."
Seketika tim voli Fukurodani langsung berhenti, saat melihat seorang perempuan sedang bersandar di salah satu tiang gerbang SMA Fukurodani. Seorang perempuan dengan rambut (h/c) yang sedikit menari akibat angin yang bertiup sore itu. Dengan iris (e/c) menatap Akaashi, dan sebuah senyum kecil terukir di wajah mungilnya.
"(Name), apa yang kau lakukan disini?"
"Huh, kau mengenalnya, Akaashi!?" kaget Bokuto.
"Maaf, aku duluan," ucap Akaashi lalu mengenggam pergelangan tangan (Name) dan sedikit menariknya, meninggalkan tim voli yang speechless.
___
"Apa yang kau lakukan di depan sekolahku?" tanya Akaashi setelah mereka cukup jauh dari sekolah, bersamaan dengan lepasnya genggaman tangannya.
(Name) mengembungkan pipinya tak suka, saat kehangatan yang berada di pergelangan tangannya tidak lagi terasa.
"Aku hanya ingin pulang bersama denganmu, tempatku bekerja kan tidak jauh dari sekolahmu, dan kita tinggal bersebelahan."
"Apa kau sudah lama menunggu disana?" tanya Akaashi kembali.
(Name) memasang pose berpikir, lalu menoleh ke arah Akaashi.
"Sekitar 10 menit?" jawab (Name).
"Kau sudah setengah perjalanan pulang ke rumah kalau kau tidak menungguku," ucap Akaashi, "dan apa kau baik-baik saja? Kau sendiri bisa menarik perhatian banyak orang karena pekerjaanmu."
(Name) kembali mengembungkan kedua pipinya.
"Aku ingin pulang bersamamu karena sudah seminggu kita tidak bertemu karena pekerjaanku sangat padat!" rengek (Name) lalu melipat kedua tangannya, memasang wajah ngambek.
"Jadi kau bebas sepulang pemotretanmu tadi?" tanya Akaashi.
"Mhm," jawab (Name) singkat, "eh, ngomong-ngomong pemotretan—hari ini mereka mengizinkanku memilih pakaian yang ada jadi aku memakai pakaian yang mereka siapkan, dan heels kesukaanku!" cerita (Name), "beruntung hari ini aku memakai heels kesukaanku~"
Akaashi hanya diam, namun tampak irisnya menatap payung yang berada di tangan kiri (Name).
"Sepertinya kau cukup persiapan," komentar Akaashi.
(Name) yang sadar maksud ucapan Akaashi langsung tersenyum kecil, sedikit memainkan payung yang dia pegang.
"Orang-orang di tempat pemotretan bersikeras untukku membawa payung yang ada di kantor, walaupun aku cukup yakin tidak akan hujan sampai aku pulang nanti," sahut (Name).
Namun tiba-tiba terdengar dengan samar suara gemuruh, yang beberapa detik kemudian disusul oleh tetes hujan yang tidak cukup deras. Akaashi langsung mencari tempat berteduh, namun niatnya terhenti saat (Name) menyodorkan payung berwarna (f/c) itu padanya.
"Bukalah," ucap (Name).
Akaashi langsung melakukan apa yang (Name) pinta, hendak meminta (Name) berdiri di sebelahnya namun perempuan itu justru melangkah menjauh dari Akaashi, membiarkan tubuhnya ditetesi hujan yang turun. Alis Akaashi berkerut tak suka.
"(Name), kembali ke sini, kau bisa demam," ucap Akaashi.
Senyum kecil (Name) justru melebar dan dia sedikit menari di depan Akaashi dengan memutar tubuhnya.
"Tapi aku suka hujan~" jawab (Name) masih berputar kecil di depan Akaashi.
"Walaupun itu akan membuat heels kesukaanmu basah?" tanya Akaashi.
(Name) mengabaikan pertanyaan Akaashi, setelah berputar beberapa kali (Name) kemudian melangkahkan kakinya menuju rumahnya, diikuti oleh Akaashi yang menegur (Name) untuk segera berteduh di bawah payung.
Akaashi akhirnya menyerah dan mulai memulai pembicaraan, "bagaimana dengan home schooling-mu?"
(Name) hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh, "aku libur dari minggu lalu—itu kenapa jadwalku jadi padat sejak minggu lalu," jawab (Name), "aku akan kembali masuk minggu depan."
Akaashi dapat melihat (Name) diam-diam menghela napas.
"Aku ingin masuk sekolah umum saja, kalau bisa Fukurodani—agar kita bisa pulang bersama terus~" gumam (Name) menatap langit—membiarkan hujan mengenai wajahnya.
"Kau bisa membuat Fukurodani heboh, (Name)," sahut Akaashi membuat (Name) menoleh ke arahnya dengan pipi yang menggembung.
"Jahat, aku hanya ingin kehidupan SMA yang normal," komentar (Name).
"Katakan itu pada pekerjaanmu," ucap Akaashi memutar bola matanya.
"Hei, bukan salahku punya penampilan yang menarik," sahut (Name) berpose imut di depan Akaashi.
Akaashi hanya sedikit tersenyum lalu menepuk kepala (Name) yang basah dengan tangannya yang bebas.
"Ya, kau memang cantik."
Iris mata (Name) melebar dan seketika wajahnya memerah. Akaashi yang melihat ini hanya mengerutkan alis dengan heran, kemudian meletakkan tangannya itu di depan kening (Name).
"Wajahmu merah, sebaiknya berhenti bermain hujan dan keringkan tubuhmu sebelum kau benar-benar terkena demam," ucap Akaashi lalu menarik tangan (Name) untuk berteduh di toko yang ada.
(Name) hanya membuang pandangan sambil memegang pipinya yang merah—diam-diam kesal dengan serangan Akaashi yang mendadak.
"Ini."
(Name) menoleh ke arah Akaashi dan melihat sang laki-laki sedang memberikan handuk padanya. Tanpa banyak bicara (Name) mengambil handuk tersebut dan mulai mengeringkan wajahnya.
"Oh, itu handukku, maaf jika bau keringat."
Seketika gerakan (Name) terhenti dan wajahnya jadi semerah tomat.
"E-em, tidak apa-apa," jawab (Name) mulai mengeringkan rambutnya dengan perlahan—karena malu.
Akaashi yang baru saja selesai menggeledah tasnya hanya bisa menghela napas saat melihat (Name).
"Kau tidak akan kering, dan perlu waktu lama jika cara mengeringkanmu seperti itu," ucap Akaashi mengambil handuk dari (Name) dan mulai mengeringkan rambut (h/c) (Name) serta wajahnya.
'Ini handuk bekas Akaashi bermain tadi,' pikir (Name) dengan wajah yang semakin merah.
"Sekarang rentangkan kedua tanganmu, (Name)."
(Name) berkedip beberapa kali, tapi tetap melakukan apa yang Akaashi minta. Tanpa diduga (Name), Akaashi menyelipkan jersey-nya ke pada (Name), merapikan sedikit rambut (Name) sebelum akhirnya menutup jersey-nya hingga menutupi setengah wajah (Name).
"Keiji?"
"Setidaknya kau akan jadi hangat," ucap Akaashi lalu menarik tangan (Name) yang dilindungi oleh jersey, kembali melanjutkan perjalanan pulang.
'Parfum Akaashi,' pikir (Name)—dan membuat wajahnya kembali memerah, yang beruntung ditutupi oleh jersey Akaashi.
Akhirnya mereka berdua sampai di depan rumah (Name), dengan hujan yang masih setia membasahi kota.
"Terima kasih sudah mau pulang bersamaku, Keiji," ucap (Name) begitu memasuki pagar rumah, masih tidak menjauh dari payung.
"Ini payungmu," ucap Akaashi.
(Name) menggeleng, "pakailah sampai rumahmu, aku bisa berlari dari sini," ucap (Name) sambil melirik teras rumahnya yang hanya beberapa langkah.
Akaashi hanya mengangguk singkat, "kalau begitu—"
"Tunggu dulu, Keiji!"
Akaashi berhenti, lalu melihat (Name) yang menghindari kontak mata dengannya.
"Kalau kau tidak keberatan, besok ayo pergi bersama," gumam (Name), "atau mungkin, pulang bersama."
Akaashi hanya tersenyum kecil lalu mengecup kening (Name). Iris (e/c) (Name) melebar, dengan pipinya kembali memerah dan memanas—(Name) merasa dirinya benar-benar demam sekarang.
"Baiklah, ayo pergi dan pulang bersama. Tidak salah pergi dan pulang bersama pacar, benar?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro