Ibu Negara Ngambek
Bel tanda istirahat telah berdering sepuluh menit lalu, kelas juga sudah sepi, tetapi sepasang remaja yang duduk semeja itu masih berdiam diri di dalam ruangan.
"Apa?" tanya Gemma dengan nada sinis begitu melihat pacarnya menahan senyum.
Diyan menggeleng, tetapi justru senyumnya makin sulit ditahan. Mengingat kejadian semalam, rasanya dia ingin tertawa terbahak-bahak.
"Yang, apa sih? Mukamu resek banget, tahu!" sembur Gemma.
Kalau seorang Diyan Ganendra sudah senyam-senyum tidak jelas begitu, berarti Friska Gemma Faranisa akan dibuat kesal sampai mau nangis.
Cewek 16 tahun itu mendengkus dan membuang muka.
Tawa Diyan meledak. "Aku keinget aja, yang semalam merajuk abis nyembur musuh sampe mereka emosi."
Semalam sebagai agenda penutup akhir pekan, mereka main gim Mobile Legends bareng. Sadar bahwa kemampuan Gemma masih di bawah rata-rata, musuh terus menyerangnya meski Diyan telah berusaha melindungi.
Kesal dan jengkel, Gemma menyerang musuh dengan segudang umpatan.
"Untung menang sih, karena ada aku, si pemain terandal di tim," kata Diyan dengan nada sombong.
Gemma kembali menatap tajam pacarnya. "Kamu sama aja sama mereka, sama-sama nyebelin!"
Diyan malah tertawa. "Semangkuk bakso apa seblak?"
Tawaran menggiurkan itu berhasil memadamkan amarah Gemma.
"Seblak, hehe. Tapi mau bakso juga," rengek cewek itu.
"Ya udah, keduanya aja."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro