⅌ Chapter 1 :⊰ Meet You Again.
Bab 1.
⸙͎۪۫ ⊰ Meet You Again.
[ Bertemu denganmu lagi ]
.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·
“Jadi ini sekolahnya?” kata Itadori Yuuji dengan suara agak keras.
“Iya! Ada kutukan yang berkeliaran di sini. Itu mudah, kok, kalian basmi. Apalagi, 'kan, kalian sudah mengalahkan kutukan tingkat tinggi,” jawab pria surai putih. Gojo Satoru.
Guru dari Itadori Yuuji juga dua anak lain. Kugisaki Nobara dan Fushiguro Megumi.
“Yah, itu semua berkat ajaran sensei kalian yang luar biasa ini!” Gojo mengukir ekspresi bangga.
Anak-anak remaja yang mendengar itu pun teriak tidak terima, tak ayal melayangkan protes.
“AKU GAK BISA NYANGKAL, SIH, TAPI KOK KAYAK GITU, SENSEI?!”
“KAMI YANG KERJA KERAS TAHUU!” teriak Nobara.
“Ujung-ujungnya cuman buat puji dirinya sendiri,” gumam Megumi. Satu-satunya remaja yang tak bereaksi seperti Yuuji dan Nobara.
“Sudah, sudah. Megumi, Yuuji, Nobara, kalian pergi duluan. Aku akan memeriksa sesuatu di sekitar sini.”
“Ha'i, Sensei!”
Gojo melambai mengiring kepergian ketiga anak muridnya. Setelah mereka hilang dari pandangan, ia berjalan ke arah yang berlawanan. Suara langkah kaki pun terdengar tenang seraya menaikkan kewaspadaan.
Hingga saat ia ak merasakan adanya kutukan di sekitar sini membua diri berhenti melangkah.
Mata biru dari balik kain hitam menatap sekeliling. Lantas berhenti pada sebuah ruangan di mana lampu menyala. Gojo mengangkat sebelah alis. Lantas melangkah mendekat ke arah tempat itu.
Tangan kanan menggeser pintu. Pandangan Gojo langsung jatuh ke arah gadis yang tidur dengan menaruh kepala di atas meja.
Aku akan membangunkannya sebelum dia melihat sesuatu yang mengerikan, batin Gojo seraya berjalan mendekat.
“Hei, Nona--!” Gojo mengernyit seketika, lantas membungkuk. Tangan kanan spontan menyibak helaian rambut yang menyembunyikan wajah gadis itu.
Gojo membeku. Membelalak. Refleks melepas penutup mata. Menatapi wajah manis sang gadis yang tidur pulas.
“... [Name]?”
Nadanya terdengar rendah. Sekelebat ingatan masa lalu lewat dalam kepala, gadis yang sekeras mungkin ia cari karena kesalahpahaman waktu itu.
Gojo menegakkan tubuh saat melihat pergerakan dari sang gadis. Manik indahnya melihat ke arah tumpukan kertas berwarna putih yang menjadi bantal bagi perempuan itu tidur.
Gojo mengambil selembar, tangannya mengapit dagu. Membaca sederet soal yang berhubungan dengan aktivitas luar.
“Hmm, guru olahraga, ya?” gumamnya.
Gojo dengan iseng menaruh kertas soal itu di atas kepala [Name]. Penutup mata ia pasang kembali hingga membuat surai putihnya kembali melawan gravitasi. Kemudian berjalan keluar setelah merasakan aura kutukan hilang, berarti para muridnya telah selesai membasmi.
“Wah, wah! Kalian hebat juga pulang tanpa ada luka!” Gojo menyambut mereka ketika mereka telah sampai di lorong pertama.
“Sensei sendiri darimana?” tanya Megumi.
“Jalan-jalan.”
“Lalu kau membiarkan kami membasmi kutukan itu sendiri?!”
“Itu latihan untuk menguatkan kalian. Terima saja.”
Megumi memutar bola mata. Tidak habis pikir kenapa gur ini begitu santai menghadapi masalah. Sialnya, orang-orang tenang seperti dia kadang overpower.
“Ya sudah, kalian pulanglah dulu. Masih ada yang ingin sensei urus di sini, sana pergi! Hush! Hush!!”
“Sensei mengusir kami!!” sahut Yuuji.
Gojo mendorong ketiga anak muridnya itu sampai di depan gerbang. Melambaikan tangan pada mereka hingga membuat anak-anak itu saling pandang sebentar. Kemudian melangkah menjauh.
“Kira-kira apa yang akan dilakukan Gojo-sensei di sana, ya?” Yuuji mengapit dagu.
“Siapa yang tahu apa yang akan dia dilakukan?” balas Nobara.
“Iya juga, sih.”
Gojo berhenti melambai, raut wajah pun berubah datar dalam sekejap mata.
“Satte ....”
Gojo teleportasi. Langsung sampai pada ruangan di mana [Name] masih berada dalam keadaan yang sama. Tangan Gojo menyingkirkan kertas yang ia letakkan di atas kepala [Name], membuatnya bisa melihat wajah cantik itu lagi.
“Penampilannya benar-benar berubah.”
Gojo menyingkirkan helaian rambut yang mulai menutupi wajah [Name]. Tangannya menarik kursi yang ada di belakang, duduk di sana tepat di depan [Name]. Gojo merogoh saku, mengambil sebuah jepitan rambut berbentuk daun musim gugur yang ia lihat pagi ini saat dijual di salah satu toko. Awalnya ia hanya memandang, kemudian karena sebuah firasat yang mendorong hingga Gojo akhirnya membeli jepitan rambut itu. Tangannya dengan pelan mengapit helaian rambut [Name] di belakang telinga.
Gojo lantas membaringkan kepala tepat di hadapan sang gadis. Perlahan mengikis jarak di antaranya dengan [Name] sampai hidung mereka nyaris bersentuhan.
“Aromanya masih sama.”
Gojo membuka penutup matanya.
Tangannya dengan iseng menyentuh, menekan-nekan dengan lembut hidung mungil milik sang gadis.
“Dia masih terlihat seperti kucing kecil.”
Gojo berhenti melakukan kegiatan mengganggunya saat [Name] kembali bergerak, menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Gojo menegakkan tubuh, menumpu kaki kanan di atas kaki kiri, lalu bertopang dagu.
Pikirannya berkenala pada sepuluh tahun yang lalu. Mengingat penampilan [Name] yang terlihat seperti lelaki karena rambutnya dipotong pendek. Sayangnya, di mata Gojo dia terlihat menggemaskan. Sekarang penampilan [Name] berubah. Rambutnya sudah panjang hingga sampai punggung. Wajahnya juga bertambah dewasa. Tentu saja, sudah sepuluh tahun mereka tidak bertemu.
“Apa aku harus membangunkannya?”
Gojo merasa ini bukan dirinya. Dia yang biasanya akan segera mengambil keputusan lalu melaksanakannya kini malah berpikir ribuan kali hanya untuk membangunkan [Name].
Wajah tidur gadis itu membuatnya tidak tega untuk membangunkannya. Terlalu damai, wajah tidurnya terlihat tenang dengan senyum kecil terbit di wajahnya. Gojo menebak jika gadis ini sedang bermimpi indah.
“Lagian kenapa dia tinggal sampai selarut ini ...?” Gojo melihat ke arah jam. Pukul sepuluh malam.
“Merepotkan.” Wajahnya tampak memasang ekspresi malas. Dia bisa saja pergi meninggalkan [Name] disini, tapi sayang sekali gadis itu salah satu orang yang ia tidak bisa abaikan kehadirannya.
Gojo melirik dengan cepat kala melihat kelopak mata [Name] bergetar. Beberapa saat kemudian terbuka, menampilkan manik hitam sekelam malam dipenuhi bintang membuat Gojo langsung teleportasi keluar dari ruangan.
“Are? Aku ketiduran?”
Suara yang begitu lembut mengalun sampai ke telinga Gojo yang lagi bersandar pada pintu. Dia bisa melihat [Name] dari balik kaca yang terpasang di pintu masuk ini.
“Sudah jam segini? Aku akan pulang sekarang.”
Mendengar kalimat itu keluar dari mulut [Name] membuat Gojo langsung menghilangkan diri dari depan ruangan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro