Rain 7: Is Rain Okay?
"Allah tidak akan membebani seseorang akan cobaan di luar batas kemampuannya."
-bu Sukma-
***
"Bagaimana, Rain, apakah kau mau mencoba keberuntungan bersamaku?"
Rain pun ditanya mengenai kepastian akan ikut atau tidaknya berpartisipasi dalam pendaftaran sebagai anggota dari komunitas menulis. Awalnya, gadis itu tak menjawab, melainkan berpikir keras akan dampak yang akan terjadi. Tetapi, setelah mengetahui bahwa Andra akan segera pergi dari rumahnya karena mau bersiap-siap sekolah, gadis itupun menjawab, "Baiklah, aku mau."
Lantas, Andra pun bersorak girang karena ajakannya disetujui oleh si gadis. "Yeah hore! Terima kasih, Rain. Terima kasih! Kau gadis yang sangat baik!" seru Andra kemudian, saking bahagianya.
Sedangkan Rain hanya mengangguk pelan, sekaligus memersilakan Andra untuk pulang ke rumahnya. "Oke sama-sama. Urusanmu di sini sudah selesai. Kamu boleh pulang," ucap Rain kemudian.
"Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu ya, Rain. Sampai nanti," tutup Andra, lalu berbalik pergi meninggalkan Rain di waktu fajar tiba.
***
"Eh, seriuslah?!" Kiara tiba-tiba berseru sambil berteriak, setelah mendengar cerita dari Rain.
Diceritakannya segala hal yang berkaitan dengan maksud dari kedatangan Andra pada dini hari tadi, yaitu mengajak Rain untuk bergabung dalam komunitas menulis. Seketika itulah, Kiara teringat akan perkataan dari dokter di saat dipanggil ke ruangan beliau.
"Jadi begini, adik-adik. Ada sel-sel kanker yang berkembang di jaringan lunak dan pembuluh darah. Namanya sangat langka, sehingga tak banyak orang yang mengalaminya," jelas dokter itu.
"Hepatic epithelioid hemangio endothelioma. Kanker yang menyerang paru-paru, jaringan lunak, liver, dan pembuluh darah."
"Waktu hidupnya takkan lama lagi. Mungkin ... sebulan lagi ... karena penyakitnya ...."
"Argh!" Karena teriakan dari Kiara yang merasa sangat geram karena tiba-tiba kepikiran akan kata-kata dokter, kedua tangannya menggebrak meja yang ada di depan mereka. Rain yang terlihat sangat terkejut itupun segera bertanya, "Ada apa, Kiara? Apa yang terjadi padamu?"
Masih menggeram karena sesuatu yang terjadi pada Rain, Kiara pun mencoba menutupi apa yang sebenarnya terjadi. Mencoba untuk membuat Rain tak terlihat curiga kepadanya.
Melihat Kiara yang tak merespon pertanyaannya, Rain pun bertanya lagi, "Hei, Kiara! What's wrong with you?! Please answer me!"
"I'm okay, Rain. Please don't disturb me with your same question," ucap Kiara kemudian. Lantas, karena Kiara merasa terganggu akan pertanyaan yang sama, maka Rain mengurungkan niatnya untuk lebih mengetahui tentang apa yang terjadi sebenarnya.
Positive thinking saja, mungkin suasana hati Kiara lagi memburuk sehingga tak ingin diinterogasi oleh siapa pun. Begitu.
Hingga pada beberapa saat kemudian, mereka didatangi oleh sang ketua kelas, Ferry. "Kalian berdua dipanggil bu Sukma sekarang juga!" seru lelaki itu pada akhirnya. Lantas, sepasang gadis yang duduk di meja yang sama pun segera melangkah ke kantor guru.
***
"Bu, tolong pikirkan ulang, mengenai perwakilan lomba tausiyah estafet itu. Saya tak bisa melakukannya," ujar Rain lirih. Dia pikir bahwa dirinya tak cukup berbakat untuk memberikan ceramah kepada orang banyak.
Kiara pun setuju dengan perkataan Rain, dan menyatakan ketidaksediaannya dalam mewakili sekolahnya untuk perlombaan bertajuk agama itu. Lantas, apa yang bu Sukma katakan?
"Ibu yakin kalian pasti bisa. Nanti Ibu minta tolong pada pengajar yang handal untuk mengajar kalian sampai bisa. Soalnya, kami dari pihak sekolah mencari siswa-siswi baru yang berpotensi untuk itu," kata bu Sukma dengan bijaknya.
Lantas, Kiara dan Rain tak tahu harus berkata apa, selain hanya mengangguk setuju pada usul dari bu Sukma. Setelah itu, beliau pun bertanya lagi kepada murid-muridnya, seakan-akan beliau mengalihkan topik pembicaraan.
"Tugas yang kemarin Ibu kasih ke kalian itu ke mana? Kenapa belum dikumpulkan sampai sekarang?"
Seketika itulah Rain dan Kiara terkejut. Bisa-bisanya mereka lupa akan tugas yang diberikan di hari sebelumnya. Namun tiba-tiba, Rain mengeluhkan sakit di bagian dada. Dipegangnya bagian tubuh itu terus-menerus, hingga membuat Kiara dan bu Sukma penasaran akan apa yang terjadi.
"Rain, kamu kenapa? Ada masalah?" tanya bu Sukma kemudian, sambil memegangi tubuh anak didiknya yang sedang mengeluhkan sakit di bagian tubuh tertentu.
Sedangkan Kiara ... bukan nama lagi. Dia sangat terkejut karena Rain berkeluh kesah tentang penyakitnya. Gadis itu langsung mengelus-elus dada teman sebangkunya, berharap semuanya baik-baik saja. Untungnya, kondisi itu takkan bertahan lama.
Rain sudah baik-baik saja sekarang.
"Kalau begitu, kalian keluar saja dari kelas. Rain, istirahat yang cukup ya. Semoga cepat baikan setelah ini," ujar bu Sukma lirih, "dan ingatlah akan satu hal. Jangan sampai kamu berputus asa hanya karena satu cobaan yang menurutmu sangat berat. Allah tidak akan membebani seseorang akan cobaan di luar batas kemampuannya."
Rain hanya mengangguk, sedangkan Kiara langsung kembali ke topik pembicaraan sebelum temannya itu curiga jikalau dirinya menyimpan suatu rahasia tentang penyakit Rain.
"Bu, jadi siapa yang bakal mengurus tugas-tugas dari Ibu? Siapa yang akan mengumpulkan semuanya?" tanya Kiara kemudian.
Lantas, bu Sukma langsung menjawab, "Kalian berdua ya. Ibu mempertanggungjawabkan penuh pada Rain dan Kiara."
"Baiklah Bu. Terima kasih."
Setelah itu, Rain dan Kiara langsung berbalik meninggalkan kantor guru, seraya menghormati guru-guru yang baru saja keluar masuk pintu ruangan itu.
***
"Andra, apa yang ingin kau bicarakan?"
Ceritanya, Andra dan Rain bertemu di depan kelas si gadis. Tiba-tiba saja lelaki itu meminta waktu kepada Rain untuk mengobrol dengannya, meski sebentar saja.
"Aku meminta kepastian waktu darimu. Karena sebentar lagi aku akan pergi ke klub menulis yang baru itu. Kita akan mendaftar sebagai anggota di sana 'kan?"
Seketika itulah Rain hampir saja terlupa akan klub menulis itu, dikarenakan kondisi tubuh yang berubah secara tiba-tiba serta perintah untuk mengumpulkan semua lembaran tugas dari teman-teman sekelasnya.
"Oh iya, Andra. Aku lupa. Bagaimana kalau habis sekolah saja? Pulangnya nanti ketemu aja di parkiran sekolah. Kita akan pergi sama-sama, bukan?"
Andra hanya mengangguk setuju pada usul dari Rain. Lantas, keduanya pun sepakat untuk bertemu kembali di tempat parkir. Lelaki itu langsung pergi meninggalkan Rain yang hanya terdiam kaku di depan kelas.
Secepat itukah pertemuan keduanya?
***
To be Continued.
Mind to Vote and Comment?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro