Rain 3: Sembunyi dan Cari!
"Apa pun yang terjadi, kita harus tetap bersama, baik dalam suka maupun duka."
-Lenia-
***
Rain masih dirawat di rumah sakit. Di saat Lenia dan Kiara masih saling berpelukan satu sama lain, tiba-tiba mereka teringat akan tugas Matematika yang harus segera diselesaikan. Maka dari itu, keduanya memutuskan untuk kembali ke dalam rumah sakit dan mempersiapkan buku-buku yang bisa dijadikan referensi untuk pemecahan soal-soalnya.
Baru saja mengeluarkan buku Matematika dari dalam tas, tiba-tiba saja Kiara ditelepon oleh seseorang yang tak dikenal, entah siapa namanya. Melihat layar ponsel yang tertera nomor tak dikenal, gadis itu kebingungan, tak tahu apakah dia harus menjawabnya atau tidak. Lantas, Kiara meminta saran pada Lenia.
"Len, apa yang harus kuperbuat? Angkat atau tidak?"
"Angkat saja, siapa tahu itu penting," jawab Lenia, langsung saja dia memberikan saran yang menurut Kiara itu terasa kurang. Lantas, gadis yang menerima panggilan telepon itu hanya bisa terdiam bisu sampai layar ponselnya kembali mati dan tak ada panggilan lagi.
Lenia yang melihat Kiara itupun hanya bisa menggelengkan kepala. Masih saja temannya itu tak berani mengangkat telepon, mungkin sejak mengetahui kabar tentang Rain yang sangat buruk, sikap seseorang bisa saja berubah 180 derajat.
"Kiar, lebih baik kau angkat saja telepon itu, harusnya. Karena siapa tahu kalau itu benar-benar penting dan tak bisa diganggu gugat," kata Lenia seraya berusaha untuk membuat Kiara tak tersinggung sedikitpun.
Mendengar usul dari Lenia, ingin rasanya bagi Kiara untuk memarahi temannya, seakan-akan Lenia tak tahu apa-apa tentang sesuatu yang terjadi padanya. Namun, Kiara menghela napas dan mengurungkan niatnya. Lantas, yang ada gadis itu malah menjawab, "Aku punya trauma akan panggilan nomor yang tak dikenal. Jadi kau tak usah memaksaku untuk menangkat telepon."
Baru saja Kiara selesai bercerita secara singkat, tiba-tiba ada lagi panggilan telepon yang masuk ke ponselnya, dari nomor yang sama. Lantas, gadis itu benar-benar kesal karena apa yang dialami itu telah membangkitkan amarahnya.
Lantas, Lenia langsung merebut ponsel itu dari tangan Kiara seraya berkata, "Baiklah kalau begitu, biar aku yang mengangkatnya." Lenia langsung menggeser tombol untuk menjawab panggilan. "Halo? Siapa kau?"
"Hai, gadis. Ketemu lagi kita 'kan?" tanya seseorang dari seberang sana, dengan terselip seringai tawa yang terdengar.
"Apa maksudmu? Ketemu apanya? Perasaan kita tak pernah saling bertemu. Dasar orang yang tak tahu diri," balas Lenia seraya merasa kesal kepada orang asing yang sok-sok mengenal gadis itu. Sedangkan Kiara tak tahu harus berkata apa, di saat suasana semakin menegang karena kata-kata yang dilontarkan oleh Lenia.
Betul dugaan Kiara, pasti ada yang aneh alias tak beres sekarang ini. Namun, gadis itu memutuskan untuk tak bertanya lebih jauh, melainkan hanya menyimak pembicaraan yang sekarang masih berlangsung, terus-menerus hingga selesai.
"Asal kau tahu, aku pernah bertemu denganmu di saat bersama Rain, Kiara."
Lenia mengernyitkan dahinya. Bisa-bisa saja dia dianggap Kiara dalam suasana seperti ini. Lenia tak ingin bercanda untuk sekarang, maunya serius. Maka, dia pun berseru, "Hei, aku Lenia, bukan Kiara! Dasar orang tak tahu diri!"
"Oh, Lenia. Hahaha. Apakah Kiara takut padaku sehingga dia tak ingin mengangkat telepon dariku?" tanya orang itu lagi, seraya mengeluarkan tawa jahatnya.
Kiara pun merasa semakin ketakutan karena orang itu berbincang-bincang terlalu jauh dengan Lenia, dan yang lebih parahnya lagi, si penelepon tersebut sedang mencari-cari dirinya. Itulah yang menyebabkan Kiara sepertinya harus secepatnya hengkang dari rumah sakit.
Sementara itu, Lenia berusaha untuk melindungi Kiara. Dia pun berseru, "Ada perlu apa kau mencari-cari Kiara? Bukan urusanmu!"
"Bukan urusanku? Orang aneh. Urusanmu dan dia adalah milikku juga, you know?"
"Jangan paksa aku untuk menceritakan semuanya tentang Kiara padamu, orang aneh!" Emosi Lenia pun semakin memuncak. Itulah yang menyebabkan Kiara semakin ketakutan dan beberapa orang yang melintasi koridor pun seketika mengalihkan pandangan ke arah Kiara dan Lenia.
"Kau mengatakanku orang aneh? Huh. Kau akan merasakan akibatnya. Secepatnya juga aku akan menemukan Rain dan Kiara. Tenang saja."
Ucapan itu seketika membuat Kiara dan Lenia terkejut setengah mati. Keduanya tak tahu harus berkata apa ketika mendapati bahwa Kiara akan dicari-cari oleh seorang "penjahat". Maka, Kiara langsung berteriak, "Tolong putuskan sambungannya! Aku tak sanggup mendengar apa pun darinya, Lenia!"
Masih sambil menerima dan berbincang-bincang dengan orang yang ada di telepon, Lenia pun menolak seruan dari Kiara. Dia berseru, "Tetapi aku belum selesai mengo--"
"Cepat putuskan! Aku tak mau mendengar apa pun dari dia. Dia benar-benar menghancurkan hidupku!" seru Kiara seraya memotong ucapan Lenia tanpa ampun.
Maka, dengan berat hati, Lenia pun berujar, "Sudah dulu ya. Aku harus memutuskan sambungan telepon ini. Maaf." Akhirnya, Lenia pun memutuskannya secara sepihak, tanpa mendengar jawaban apa pun dari orang asing di seberang sana.
Lalu, Lenia langsung memeluk Kiara seraya berkata, "Tenang ya, Kiara. Apa pun yang terjadi, kita harus tetap bersama, baik dalam suka maupun duka. Kalau kau punya masalah, cerita saja. Nanti bakal ada solusi terbaik dariku untukmu, tenang saja."
"Iya, Len. Terima kasih ya. Sekarang ini kita harus menjenguk Rain dulu. Habis itu kita ...," ujar Kiara, tak tahu harus membalas apa lagi.
Lenia hanya mengangguk, lalu mengikuti Kiara ke ruangannya Rain saat ini. Setelah memasuki ruangan, Kiara dan Lenia mengerjakan tugas Matematika bersama-sama, di dekat ranjang Kiara.
***
Hari demi hari telah berlalu. Hujan pun datang di saat yang cukup tepat, di mana Rain saat itu sudah diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Alangkah bahagianya Kiara dan Lenia ketika mendapati Rain terlihat sangat senang saat ini.
"Aku senang sekali, akhirnya hujan bisa datang pada waktunya, di saat aku sudah keluar dari rumah sakit ini," ucap Rain dengan sangat bahagianya.
Lenia dan Kiara mengangguk. Mereka tahu akan apa yang diinginkan oleh Rain. Namun, tiba-tiba saja kebahagiaan keduanya sirna, karena mereka harus menerima kenyataan pahit tentang Rain.
Mengapa? Karena Rain akan pergi dalam waktu dekat, dan gadis penyuka hujan itu sama sekali tak pernah menyadarinya sampai sekarang.
Melihat raut wajah Kiara dan Lenia yang tiba-tiba berubah, Rain pun bertanya, "Ada apa, teman-teman? Kalian kenapa?"
"Tak apa-apa. Aku hanya menangis ... menangis terharu karenamu yang sudah sangat bahagia ketika bertemu dengan hujan," ujar Kiara, berusaha untuk menutupi kebohongan yang selama ini disimpannya dalam hati.
Lantas, Rain pun tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Kiara. Dia pun bertanya sekaligus berseru, "Jelaskan padaku. Tak usah berbohong. Apa yang terjadi? Kiara? Tolong jelaskan padaku! Kiara!!!"
Kiara hanya diam, tak ingin memberitahukan apa yang diketahuinya selama ini tentang Rain. Begitu juga dengan Lenia.
Lalu, apa yang terjadi pada Rain sebenarnya?
***
To be Continued.
Mind to Vote and Comment?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro