Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rain 25: Egois Membawa Sengsara?

"Kalau pada akhirnya kamu membutuhkan kami, insyaa Allah kami siap melebarkan bahu masing-masing untuk kau jadikan sandaran buat tempat curhat."
-Lenia-

***

Keesokan harinya, Rain merasa sangat bersalah karena tak mengindahkan ucapan dari si Andra. Sebenarnya ingin sekali dia mengikuti lelaki itu ke mana pun temannya itu pergi. Tetapi sayang, keputusannya untuk menyendiri membuat semuanya kacau. Sampai-sampai gadis itu mengusir Andra dari rumahnya dengan sangat kasar.

Sekarang, dia pun masih ada tanggungan sebagai calon member Authorisme, dan sampai sekarang belum ada jadwal yang pasti untuk itu. Saat ini, Rain merasa sendirian karena dia tak mengenal siapa pun selain Andra. Lalu, siapakah yang ingin dia tanyakan? Tak ada.

Hingga pada saat sudah sampai di sekolah, Rain melewati kelas Andra dan mendapati bahwa lelaki itu sedang mengamati kondisi lapangan sekolah dari depan kelasnya, sendirian. Ingin rasanya gadis itu menyapa teman sendiri, tetapi sayang, dia mengurungkan niatnya. Padahal itu adlaah niat yang sangat baik ketika sudah mengajak lawan bicara untuk mengobrol satu sama lain.

Jadi, Rain memutuskan untuk melewati si Andra tanpa sapaan sedikitpun. Dia lalu memasuki kelasnya dan mendapati bahwa ... Kiara dan Lenia sedang duduk bersama di bangku barisan paling belakang. Tak terduga, tas Lenia pun menguasai bangku yang harusnya diduduki oleh Rain.

Sebentar. Apa maksudnya ini? Mengapa mereka duduk berdua?

Beragam pertanyaan menenai Kiara dan Lenia berputar-putar di benak si Rain, hingga pada akhirnya dia menemukan sepucuk surat yang ada di atas meja yang baru saja dilewatinya, yaitu tempat Lenia yang seharusnya.

"Apa ini?" tanya Rain ketika mengambil secarik kertas yang tergeletak di atas meja. Dia pun lalu membuka lipatan kertas itu dan membacanya. Alangkah terkejutnya dia ketika ... yang menulis surat itu adalah Lenia dan ditujukan untuk dirinya sendiri.

To: Rain yang selalu menyendiri

Hai, Rain. Apa kabar? Aku yakin pasti kau baik-baik saja, bukan? Semoga keputusanmu untuk meninggalkan kami menjadi keputusan yang terbaik untukmu.
Dengarkan--eh maksudku, simak perkataanku baik-baik. Aku menulis surat ini untuk ditujukan padamu, dengan bantuan Kiara dan Andra. Kami bertiga tahu keegoisanmu dalam memutuskan sesuatu. Kamu tahu 'kan bahwa kemarin Andra mengadu pada kami bahwa ... kau tak mau ikut serta dalam bincang bersama, seraya mengusirnya dengan cara yang kasar 'kan?
Aku tahu bahwa kau lagi stress, Rain. Tetapi perhatikanlah bahwa dari situ, kami sangat mengkhawatirkanmu selama ini. Hargailah kami bertiga yang mencoba untuk tetap berada di sisimu. Jadi, kuputuskan untuk menukar tempat dudukmu dengan punyaku. Sekalian saja kamu duduk sendiri di tempatku, berhubung teman sebangku yang aku miliki masih menginap di rumah sakit dan sedang mengejar pelajaran-pelajaran yang telah ditinggalkan.
Jadi nikmatilah kesendirianmu di bangku milikku sendiri. Aku sudah menyiapkan tempat duduk yang nyaman dan khusus untukmu. Lalu, aku minta maaf kalau selama ini kuperbuat kesalahan yang semakin banyak hingga kau merasa sangat menyesal karena telah memiliki kami.
Soal Andra, kau tak usah khawatir. Dia baik-baik saja. Entah sampai kapan kau mau menerimanya lagi. Padahal lelaki itu selalu menunggumu lho. Soalnya kalian kan sama-sama calon member klub kepenulisan yang namanya Authorisme. Apa kau lupa? Mungkin iya, karena keegoisanmu.
Lalu, sampai kapan semuanya berubah nanti? Entahlah, tergantung kamu juga. Kalau pada akhirnya kamu membutuhkan kami, insyaa Allah kami siap melebarkan bahu masing-masing untuk kau jadikan sandaran buat tempat curhat. Kapan pun kami sedia untukmu. Jangan bersedih terus ya, Rain.
Sekali lagi, maaf.

Salam sayang untukmu,

Lenia yang selalu mengkhawatirkanmu

Ps. Dibantu oleh Kiara dan Andra

"Lenia ...." Ingin rasanya Rain meremas kertas ini karena tak menerima satu pun isi yang tertera di dalamnya. Bisa-bisanya Lenia membuat semuanya kacau karena keputusannya untuk menyendiri dan tak lagi menerima kehadiran Andra, Lenia, dan Kiara. Tetapi ... gadis itupun hanya bisa menangis dalam diam. Sepertinya penyesalan memang akan selalu datang belakangan, bukan?

Hingga pada akhirnya, ketika bel masuk berbunyi, Rain menghentikan tangisannya dan segera duduk di bangku milik Lenia yang telah tersedia.

***

Waktu istirahat pun telah tiba. Kiara dan Lenia bertemu dengan Andra dan Pian yang sebelumnya telah berencana untuk saling bertemu di suatu tempat. Lagipula, keempatnya akan membahas tentang satu hal yang sangat krusial. Siapa lagi kalau bukan merumpikan Rain?

"Hai, Andra, Pian, selamat datang!" seru Lenia seraya melambaikan kedua tangannya ke arah para lelaki yang baru saja ingin bergabung bersamanya dan Kiara. Lalu, Andra dan Pian pun duduk di hadapan kedua gadis yang mengajak mereka sedari tadi.

Setelah duduk di tempat yang tersedia, lebih tepatnya di kursi yang disediakan oleh kantin sekolah, Andra pun bertanya, "Ngomong-ngomong, kita mau bahas apa, Kiar dan Len?"

"Kita akan bahas tentang Rain," jawab Kiara dengan ekspresi dingin.

Lantas, Andra pun langsung saja beranjak dari tempat duduknya. Lelaki itu tampaknya tak setuju atas apa yang akan direncanakan oleh Kiara mengenai si Rain. Sepertinya, rasa kebencian itu sudah mulai mengakar di hati kecil milik sang lelaki.

"Aku tak mau membahasnya. Bodoh amat!" seru Andra seraya menggebrak meja yang ada di hadapannya, hingga menarik perhatian dari semua orang yang ada di kantin, termasuk pula Kiara, Lenia, dan Pian.

Seketika, Pian pun berusaha untuk menenangkan Andra. "Ndra, diam dulu. Tenang. Kalau kau tersulut emosi, semuanya bisa fatal!" Namun, Andra tetap pada pendiriannya. Amarahnya masih meluap-luap kepada teman-teman yang ada di sekitarnya. "Kau yang diam, Pian. Kau tak pernah merasakan apa yang kurasakan ketika diusir oleh si Rain yang berhati busuk!"

"Andra! Jaga ucapanmu!" seru Lenia, seraya juga beranjak dari tempat duduknya dan ingin menghentikan pertengkaran dan amarah sekarang juga.

Andra, lelaki yang kini sikapnya berubah karena Rain, sekarang telah menderita karena gadis itu tak ada lagi di hidupnya. Di hari sebelumnya, Rain mengusirnya karena meminta waktu untuk sendiri. Sebenarnya ini keputusan yang baik tetapi tetap saja dianggap salah oleh seorang lelaki seperti Andra.

Hingga pada beberapa saat kemudian, Andra kembali menggebrak meja, berusaha untuk melupakan kejadian yang sebelumnya, dan itu tentu saja mengundang reaksi dari Lenia, Kiara, dan Pian. Sedari tadi, ketiganya berusaha untuk menenangkan Andra. Namun sayang, mereka tak bisa melakukannya.

Tetapi, suaranya Andra pun kian melemah setelah sekian lama meluapkan amarah pada teman-temannya. Kini, dia mengucapkan suatu pertanyaan yang masih berstatus tanda tanya bagi orang lain.

"Mungkinkah aku bisa bersamanya lagi?"

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro