Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rain 24: Rahasia dan Perasaan

"Mungkin, inikah rasanya aku jatuh cinta pada seseorang?"
-Rain-

***

"Rain, ada yang datang ke rumah dan mencarimu!"

Rain pun terdiam, sekaligus berniat ingin membunuh kakaknya saat itu juga. Mengapa? Karena kak Reina telah mengganggu waktu kesendiriannya. Maka dengan terpaksa, Rain beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah menuju bagian depan rumah untuk membuka pintu kepada orang yang dimaksud oleh beliau.

Setelah satu menit berselang, mengingat jarak antara kamarnya dan ruang tamu terpisah oleh tangga, Rain pun akhirnya membuka pintu, padahal sebelumnya tak terpikirkan olehnya untuk berbuat demikian.

Lalu, inilah saat-saat mata keduanya bertemu setelah pintu terbuka, sama seperti Rain mencoba untuk membuka hatinya kepada orang lain. Waktu seakan-akan berhenti saat itu juga, seiring dengan netra milik Rain dan orang itu saling berhadapan secara lekat satu sama lain. Siapa yang datang ke rumah Rain, sehingga kedua orang tersebut saling diam pada awalnya?

Ternyata dia adalah ....

"Andra?" Setelah menyebut nama itu, Rain langsung melepaskan tatapannya terhadap seorang lelaki yang dimaksud. Dia pun kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sambil berusaha untuk menghilangkan rasa grogi dengan menggerak-gerakkan kaki di hadapan Andra.

Sedangkan Andra masih dalam ekspresi yang sama. Tersenyum sambil menatap Rain dengan pandangan kosong, membuat gadis itu merasa salah tingkah sehingga harus memutar akal agar dirinya tak lagi grogi.

Namun pada akhirnya, Andra pun berujar--lebih tepatnya menyapa sekaligus bertanya, "Hai, Rain. Apa kabarmu? Ini aku, Andra."

Sementara Rain masih saja terdiam. Sepertinya, gadis itu masih berusaha untuk menghilangkan rasa grogi yang sudah sedari tadi bersarang di hati kecil sang gadis. "Mungkin, inikah rasanya aku jatuh cinta pada seseorang?" Begitulah yang Rain ungkapkan tanpa terucap sampai terdengar oleh Andra. Hingga pada akhirnya, dia pun melamun dan sesaat kemudian tersadarkan oleh si Andra.

"Rain. Aku sangat sayang padamu. Kau masih tak ingin memercayaiku?" ucap lelaki itu lagi, sepertinya masih dalam ekspresi yang sama.

Hingga pada akhirnya, kata demi kata keluar dari mulut si gadis. "Andra ... aku baik. Entah mengapa aku masih tak percaya akan kehadiranmu di depan rumahku. Mengapa kau masih saja ingin mengejarku, terutama di saat hujan turun dengan derasnya?"

"Karena cinta itu perlu perjuangan, Rain."

Alangkah terkejutnya Rain ketika Andra mengatakan hal yang demikian. Bagaimana mungkin gadis itu dapat langsung memercayainya ketika ... ah lupakan saja. Lelaki itu pasti sedang menggombal, pikirnya.

"Kau menggombal padaku, Andra? Aku tidak butuh rayuanmu," kata Rain dingin, seakan-akan sikapnya yang sekarang ini merupakan bawaan dari sifat dinginnya kepada kakak satu-satunya.

Sedangkan apa reaksi dari Andra? Tertawa dan tertawa, seakan-akan itu merupakan bagian dari hidupnya sekarang. Lelaki tersebut melakukan hal demikian sambil berkata di sela-sela tawanya, "Ah, Rain. Aku tidak berbohong. Mungkin saja aku mulai jatuh hati padamu."

"Mungkin? Enak saja kamu."

Tetap saja Rain tak begitu memercayai ucapan dari Andra. Kini, yang diperlukan oleh gadis itu adalah pembuktian cinta. Meski Andra sudah melakukan yang terbaik, yaitu tetap mengunjungi rumah si gadis tanpa takut air mengguyur tubuhnya seakan-akan sedang mandi, tetapi gadis yang satu ini tetap meminta pembuktian yang lain.

"Kalau kau memang berusaha untuk mendapatkan gadis yang kau inginkan, tetap saja kau harus memperjuangkannya, tidak dengan cara seperti tadi, tidak hanya itu saja, tetapi yang lain," imbuh gadis itu lagi.

Andra pun mengangguk mengerti. Memang seberat itulah perjuangannya agar bisa meluluhkan hati si gadis yang membeku seperti es, sehingga dia tak membuka hatinya untuk orang lain. Tetapi, lelaki itu akan berusaha untuk mencuri perhatian dari Rain.

***

Sementara itu, Kiara dan Lenia masih berada di kafe Upthink, berusaha untuk tetap tenang dan berharap, semoga saja Andra berhasil membawa Rain ke lokasi saat ini. Tetapi sepertinya hal itu tak mungkin terjadi. Maka, apa yang harus mereka lakukan?

"Kiar, aku takut nih. Bagaimana kalau mereka tak kembali juga?"

Kiara pun juga tak tahu akan apa yang terjadi jika Andra tak berhasil membawa Rain kembali ke kafe Upthink. Yang ada, gadis itu hanya bisa berdoa demi keselamatan kedua temannya, apa pun yang terjadi nanti.

Menurut Lenia dan Kiara, Rain kini telah berubah. Semenjak mereka tak memberitahukan apa pun tentang penyakitnya, gadis itupun terkadang sikapnya terlihat sangat dingin pada teman-temannya, sehingga tak tahu lagi akan apa yang harus dilakukan. Mungkin saja ... di balik kesendirian Rain, gadis itu meminta keduanya untuk membocorkan rahasia yang selama ini ditutupi.

Ah! Mungkinkah itu? Lenia pun tiba-tiba teringat hal yang demikian.

"Kiara, kalau misalnya kesendiriannya si Rain itu gara-gara kita juga bagaimana?" tanya Lenia itu lagi, setelah Kiara hanya merespons dengan gidikan bahunya.

Lantas, Kiara yang ditanya pun menoleh ke Lenia dan menatapnya lekat-lekat, berusaha untuk mencari-cari kebohongan yang nampak dari wajahnya tetapi tak ada juga. Tetapi dia masih tak percaya. Maka, gadis itupun bertanya, "Len, benarkah yang kau ucapkan itu? Rain butuh kejujuran kita?"

"Kau masih ingat soal penyakit yang diderita Rain 'kan?"

Kiara mengangguk. Dia sangat mengingat apa penyakit yang diderita teman sebangkunya, meskipun namanya terlihat ribet.

"Kalau kau mengerti, Kiara, sebenarnya Rain butuh kejujuran dari kita. Kita harus jujur sekarang juga, atau pertemanan kita akan hancur, atau bisa juga ... dirinya ... merasa tak memiliki siapa pun dan itu sangat parah di bagian kejiwaannya," ucap Lenia lirih.

Seketika, Kiara pun menyetujui ujaran dari Lenia tadi. Lalu, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya? Bagaimana cara membocorkan rahasia ini kepada Rain sebelum terlambat? Maka, terbesitlah ide yang muncul dari benak Kiara. "Ah, aku ada ide!"

"Apa itu, Kiara?"

Kiara pun langsung menyuruh Lenia untuk mendekat ke arahnya, lalu membisikkan sesuatu yang tentu saja berisi suatu usul agar rahasia bisa segera terungkap dari mereka sendiri.

***

"Rain, kau tahu, sebenarnya Kiara dan Lenia memintamu untuk menemui mereka di kafe Upthink. Apakah kau bersedia?"

Seketika, Rain langsung tersedak. Bagaimana mungkin mereka secepat itu merindukan dirinya yang tengah dilanda dilema akan lanjutan dari pertemanan ketiganya. Maka, apa yang akan dikatakan oleh gadis itu?

Dia bertanya lagi, "Apakah benar mereka merindukanku, Andra?"

"Beneran, Rain. Bagaimana?"

Rain pun terdiam. Sebenarnya dia ingin menerima ajakan dari Andra, tetapi ....

"Kau mau ikut denganku?"

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro