Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rain 14: Kejujuran dan Ketakutan

"Tibalah suatu saat di mana tangisanku harus pecah, keputusasaan mulai melanda, sampai-sampai aku berpikir bahwa kuharus mengakhiri hidupku sendiri."
-Andra-

***

"Rain ...," ujar Andra singkat, seakan-akan ingin menceritakan tentang apa yang telah terjadi padanya, yang membuat dirinya terlihat sangat tertutup pada orang lain.

Karena urusan perceraian kedua orang tuanya, Andra harus pergi dari rumah dan mendekam di rumah salah seorang pembantu rumah tangganya. Diketahui bahwa hubungan mereka terlihat sangat akrab, sampai-sampai mengalahkan hubungan antara orang tua dan juga anak kandungnya.

Rain mengetahui tempat tinggal Andra yang sekarang ini dari Pian, seorang lelaki yang katanya mengenal dekat si Andra. Sehingga gadis itu sebenarnya berniat untuk berterima kasih kepada lelaki yang satu itu, hanya saja tadinya mereka saling bertengkar satu sama lain, sehingga niat itu tak dapat terealisasikan.

Kembali ke kisahnya Rain dan Andra. Gadis itu lupa ketika lelaki yang tadi menyebut namanya. "Hm?" gumam Rain singkat.

"Aku ingin bercerita."

"Kau mau cerita apa padaku? Katakan saja. Aku akan mendengarkanmu dengan sepenuh hati," ujar Rain kemudian.

Andra pun mulai bercerita, perlahan-lahan sampai tuntas. "Jadi, selama hidupku ini, aku selalu mendengar cekcok antara papa dan mamaku. Sebenarnya kuingin menghentikan perkelahian mereka, karena kutahu bahwa hanya karena hal-hal yang sepele saja keduanya bisa berantem seperti itu."

"Astaga. Kok bisa?" tanya Rain saking terkejutnya.

Sedangkan Andra hanya mengidikkan bahunya, pertanda tak tahu apa yang dipikirkannya saat ini. Susah untuk dijelaskan, saking rumitnya konflik yang terjadi di dalam keluarga kecilnya.

"Baiklah kalau begitu. Terus?" ucap Rain, saking pekanya terhadap respon yang ditunjukkan oleh seorang lelaki di hadapannya.

Andra menghela napas sejenak, kemudian kembali melanjutkan ceritanya. "Aku tuh sedang bersantai-santai. Nah, karena ucapan mereka, aku harus mendengarkan apa saja yang keduanya perdebatkan saat itu. Suaranya sangat keras, sehingga kutakut ketika pertengkaran ini terdengar sampai keluar rumah. Makanya ...."

"Memangnya gara-gara apa sih, sampai mama dan papamu berantem seperti itu?" tanya gadis itu lagi, saking penasarannya. Rasa ingin tahu itu harus dipuaskan sekarang juga.

Andra terdiam sejenak, karena dia pikir ada suatu benda yang berbunyi dering di sekitar mereka, dan itu berasal dari dalam kantong sakunya. Setelah dicek, ternyata memang benar, ada yang menghubungi Andra.

"Sebentar ya, Rain."

Setelah mengatakan demikian, Rain mengangguk, menantikan cerita selanjutnya, sedangkan Andra berpindah posisi sejenak agar tak merasa terganggu dengan kondisi di sekitarnya. Sehabis itu, barulah Andra menjawab panggilan itu. "Halo?"

"..."

"Kau ngapain lagi? Kenapa mau ke sini lagi? Ada perlu apa, huh?!"

"..."

"Tidak. Aku tak punya waktu untuk itu. Aku lagi butuh waktu untuk sendiri terlebih dahulu. Jadi tolong jangan ganggu aku, oke?"

"..."

"Aku tak janji besok. Soalnya sepertinya besok aku tak masuk sekolah."

"..."

"Suatu masalah yang tak bisa dijelaskan. Tak akan banyak orang yang tahu tentang masalah yang kuhadapi saat ini."

"..."

"Ya, mungkin lain kali aku akan menghubungimu, kalau suasana hatiku sudah lebih baik dari sebelumnya. Maaf ya."

"..."

"Iya. Sudah dulu ya. Sampai nanti."

Setelah itu, Andra memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Lalu, dia kembali kepada Rain dan melanjutkan ceritanya. "Hingga beberapa menit kemudian, tibalah suatu saat di mana tangisanku harus pecah, keputusasaan mulai melanda, sampai-sampai aku berpikir bahwa kuharus mengakhiri hidupku sendiri."

"Kenapa? Apakah kau bosan hidup?" tanya Rain sambil mengernyitkan dahinya.

Andra mengangguk-angguk cepat. Dia mengiyakan pertanyaan dari gadis di sekitarnya. Lantas, Rain merasa iba akan Andra. Sebenarnya dia ingin memuaskan rasa keingintahuannya akan masalah yang menimpa si Andra, namun sepertinya niat itu harus ditahan sejenak karena ditakutkan bahwa lelaki tersebut juga memiliki gangguan di mentalnya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya. Aku tak mau terlibat terlalu dalam akan masalahmu," ujar Rain lirih, lalu pergi meninggalkan Andra tanpa menunggu balasan darinya.

Namun, sebelum Rain melangkah, Andra menahan tangan gadis itu. Seakan-akan dia melarang Rain untuk pergi meninggalkannya. "Tunggu Rain. Kau mau pergi ke mana? Jangan tinggalkan aku terlebih dahulu."

"Ada apa lagi, Andra? Aku takut kau semakin tersiksa karena menceritakan semua yang kau tahu," ujar Rain lirih, seakan-akan dirinya sudah pasrah karena ditahan oleh seorang lelaki di belakangnya.

Andra pun kemudian berkata, "Jadi fotokopi tidak? Ayo fotokopi kartu pelajar dan KK kita, demi persyaratan menjadi anggota Authorisme."

Ya, Andra mengajak Rain untuk pergi memfotokopi berbagai persyaratan yang diperlukan. Tanpa bermain-main lagi, gadis itu mengiyakan ajakan dari Andra. Lantas, keduanya keluar dari rumah itu dan saling berboncengan satu sama lain.

***

Sementara itu, di sisi lain, Kiara bertemu dengan seorang lelaki asing yang sedari dulu selalu mengincar Rain. Pertemuan mereka itu diawali dengan suatu tabrakan yang terjadi secara tak disengaja. Kiara pun langsung mengaduh kesakitan setelah terjatuh. "Aduh!"

"Maaf, Nona. Saya tak sengaja."

Kiara yang mendengar perkataan itupun langsung mendongakkan wajahnya ke arah orang asing tersebut. Ternyata, orang itu masih sama seperti dulu, yaitu memakai masker sehingga wajahnya tak dapat diketahui orang lain.

"Siapa kau? Siapa?!" seru Rain seraya berteriak, saking traumanya dia karena bertemu dengan orang asing di hidupnya. Namun, orang itu tak membalas, melainkan tersenyum seraya menyelipkan tawa sengirannya.

Suasananya benar-benar menyeramkan. Saat ini, Kiara menghadap orang asing, seraya berhadapan dengan sang malaikat maut. Hampir saja gadis itu menjemput ajalnya gara-gara orang yang tadi.

"Pergi kau! Aku tak ingin kau ada di sekitarku!" seru Kiara itu lagi, namun sayang, orang itu takkan pernah pergi dati hadapan Kiara.

Lantas, Kiara langsung memutuskan untuk mundur ke belakang. Dia merasa takut akan kehadiran lelaki asing di hadapannya. Namun, lelaki itu malah maju menghadap Kiara. Itulah yang membuat gadis tersebut semakin takut.

"Pergi kauuu!"

Hingga pada beberapa menit kemudian, Kiara ditolong oleh seorang lelaki lain yang wajahnya kelihatan dari yang sebelumnya. Dia berseru, "Berhenti sakiti Kiara!"

"Siapa kau?!" seru seorang lelaki asing yang sedari tadi wajahnya ditutupi oleh masker.

Lelaki yang menjadi penolong untuk Kiara pun tak ingin mengungkap identitasnya. Dia berkata, "Kau tak perlu tahu siapa aku."

"Kau gila ya. Aku mengincar Kiara. Kembalikan dia padaku!" seru orang asing itu lagi. Sedangkan Kiara ditahan oleh lelaki yang bernama Pian di belakangnya. Alangkah terkejutnya gadis itu ketika baru tersadar bahwa Pian-lah yang telah melindunginya.

Lantas, melihat seseorang sudah mengganggu rencananya untuk menyakiti Kiara, lelaki asing itu segera pergi meninggalkan mereka, dan sisalah Kiara dan Pian yang hanya saling bertatapan satu sama lain.

Hingga pada beberapa saat kemudian, Pian bertanya, "Kau ngapain di sini? Siapa orang yang tadi itu?"

Kiara hanya bisa terdiam.

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro