Rain 13: Andra Berubah
"Jika tak ada satu pun yang memulai penyelesaian konflik, maka urusan kalian takkan selesai sampai kapan pun."
-Kiara-
***
"Lho, itukah Rain?"
"Berhenti!"
Setelah Kiara sampai di sekitar Rain dan Pian, gadis itu berniat untuk menarik tubuh gadis itu kembali kepadanya untuk menjauh dari seorang lelaki yang masih dianggap asing olehnya.
"Lho, Kiara?" tanya Rain setelah menyadari bahwa tubuhnya ditarik ke belakang, dan dia pun menoleh ke arah siapa yang menariknya barusan.
Kiara mengeleng, berharap takkan ada lagi pertengkaran seperti ini di dalam hidupnya. Rain hanya menggeleng pasrah, karena baru kali ini dia bertengkar dengan seorang lelaki dari kelas sebelah. Itulah yang membuat dia merasa malu karenanya.
"Iya, Kiara. Maafkan aku ya," ucap Rain lirih, yang langsung saja diangguki oleh teman yang dimaksud. Sedangkan Pian justru berniat untuk pergi meninggalkan kedua gadis yang kini ada di hadapannya, seakan-akan tak ingin berdebat lebih jauh tentang Andra.
Setelah Pian pergi, Kiara dan Rain langsung kembali ke kelas. Mereka tak ingin dimarahi oleh para guru yang melintasi koridor di lantai dua, karena sejatinya, seluruh siswa harus sudah berada di kelas sejak tadi.
***
"Kiara, kapankah aku bisa bertemu dengan Andra?"
Pertanyaan Rain itu membuat Kiara berpikir keras akan jawabannya. Lagipula, teman sebangku si Rain itu tak tahu apa-apa mengenai permasalahan mereka berdua, sehingga dia tak ingin terlarut terlalu jauh dalam urusan pribadi Raindra.
Tetapi, untuk menenangkan Rain agar dirinya tak merasa diabaikan, Kiara pun akhirnya menjawab, "Mungkin setelah ini. Siapa tahu sehabis ini Andra baik-baik saja 'kan?"
"Hmm," gumam Rain singkat, seakan-akan tak ingin berbicara terlalu banyak untuk menjaga pita suaranya. Mengapa? Karena sedari tadi Rain sudah beradu mulut dengan Pian sehingga mulutnya harus diistirahatkan dari pengeluaran suara.
Tetapi, niatnya Rain itu batal ketika Kiara bertanya lagi, "Eh, Rain. Kau punya masalah apa sih sama Andra? Cerita dong!"
"Tak apa kok." Rain berusaha untu kenutup kisahnya denga Andra, tetapi setelah ini, tetap saja Kiara kepo dan bertanya lagi, "Ayolah, jangan begini dong. Ada apa dengan kau dan Andra?"
Lantas, Rain pun menjawab, "Sebenarnya aku ada masalah dengannya. Mengapa? Nah, kami itu mau mendaftar sebagai anggota Authorisme, terus katanya mau mengajakku untuk fotokopi bareng, tetapi sampai sekarang dia tak muncul-muncul juga."
"Mungkin Andra lagi sibuk jadi tak sempat memikirkan ini kali," ucap Kiara, berusaha untuk berprasangka baik kepada lelaki yang dibicarakan mereka itu.
Namun, Rain tak setuju dengan apa yang dikatakan Kiara barusan. Dia berkata, "Tetapi pendaftarannya sudah mau tutup, Kiar. Coba kau baca pesan-pesan dari kakaknya." Gadis itu kemudian menyerahkan ponselnya yang di mana layarnya telah menunjukkan obrolan antara Rain dengan pemilik klub itu.
0857xxxxxxxx
Halo, Adik. Selamat siang.
Bagaimana? Apakah Adik jadi mendaftar sebagai anggota klub Authorisme atau tidak?
Mohon konfirmasinya ya Dik.
Kami akan menutup pendaftaran sampai besok sore.
Terima kasih.
Seketika itulah, Kiara pun terkejut setengah mati ketika mendapati lima pesan yang begitu penting untuk dibaca. Lantas, gadis itu langsung memberi saran kepada Rain untuk segera kembali ke rumah Andra atau yang lainnya. "Rain, aku punya dua saran untukmu. Kalau tak ada yang mulai, semuanya takkan selesai. Kau bisa pergi ke kelasnya pas istirahat atau ke rumahnya jikalau tak masuk hari ini.
"Kalau tidak, bagaimana mungkin masalah kalian bisa selesai kalau tak ada yang mau mulai?"
Rain pun manggut-manggut, antara paham atau tidak dengan saran yang diusulkan oleh si Kiara, teman sebangkunya sendiri. Namun, gadis penyuka hujan itu merasa senang karena sudah memiliki seorang teman yang bisa diajak curhat seperti Kiara.
"Baiklah, Kiara. Terima kasih ya. Kau baik sekali. Aku sangat takjub padamu," ucap Rain seraya memuji teman di sampingnya itu.
Tak lupa juga, Kiara memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah Rain dengan Andra. "Semangat ya, Rain. Kau pasti bisa! Jangan lama-lama saling diamnya. Nanti takkan selesai urusan kalian dengan klub baru itu!" seru Kiara kemudian, yang tentu saja dibalas dengan anggukan riang oleh Rain.
***
Setelah bel pulang berbunyi, Rain langsung memesan ojek online untuk pulang ke rumah. Eh, maksudnya, bukan ke rumah sendiri, tetapi pergi ke rumah Andra terlebih dahulu, saking letaknya searah dengan letak rumah gadis itu.
Setelah sampai di depan rumah Andra, gadis itupun memberanikan diri untuk mengetuk pintu dan memencet bel tanpa mengucapkan salam apa pun. Mengapa? Agar kedatangannya dijadikan suatu kejutan tersendiri untuk sang tuan rumah. Kalau tidak, bisa saja dirinya diabaikan oleh lelaki tersebut.
Dalam hati, Rain berujar, "Ya Tuhan, andaikan waktu berjalan lebih lambat, pasti aku berhasil membuat Andra sadar bahwa betapa pentingnya sifat terbuka itu, karena sejatinya, keterbukaan adalah solusi terbaik untuk penyelesaian berbagai masalah di hidupnya."
Tak lama kemudian, lamunan Rain terhenti ketika mendengar suara pintu yang sedang dibuka oleh sang tuan rumah.
Panjang umur, dugaan Rain benar. Akhirnya Andra-lah yang membuka pintu rumahnya. Namun, alangkah terkejutnya lelaki itu ketika mendapati bahwa ternyata Rain memang ada di hadapannya. Lantas, dia langsung mencoba untuk menghindar saat itu, dengan mengunci kembali pintu rumah miliknya, tetapi gagal karena berhasil dicegah oleh gadis penyuka hujan seperti Rain.
"Andra, kau mau ke mana? Mengapa kau seperti itu kelakuannya?" tanya Rain tiba-tiba, berharap Andra kembali mengobrol dengannya, karena sejatinya, keduanya tak pernah bermasalah selama ini, sama sekali.
Tanpa menoleh ke arah Rain, dengan ekspresi dinginnya, Andra menjawab, "Aku mau sendiri dulu, Rain. Tolong jangan ganggu aku."
"Tetapi kenapa? Kau masih belum puas akan me time yang kau gunakan? Kau sampai tak masuk sekolah lho hari ini!" seru Rain dengan nada bicara yang semakin meninggi.
Tak lama kemudian, lagi-lagi tanpa memandang Rain, Andra menjawab lagi, "Belum. Masalah yang kuhadapi sangat berat, sehingga kuputuskan untuk tak bertemu dengan orang-orang sama sekali."
"Termasuk aku?"
"Iya," jawab Andra singkat, dengan dinginnya.
"Tetapi kenapa? Why? Why are you so ...?" tanya Rain yang akhirnya tak menuntaskan pertanyaan terakhirnya. Sedangkan Andra pun hanya terdiam. Airmata pun dikeluarkannya sebagai pelampiasan dari emosi yang ingin diluapkan kepada Rain tetapi tak jadi.
Rain pun merasa iba, seakan-akan dirinya merasa bersalah karena telah menemui Andra di saat yang tidak tepat. Tetapi ini semua juga karena dia mengikuti saran dari Kiara, bahwa jika tak ada satu pun yang memulai penyelesaian konflik, maka urusan mereka takkan selesai sampai kapan pun.
"Rain ...."
"Hm?" gumam Rain singkat.
"Aku ingin bercerita."
***
To be Continued.
Mind to Vote and Comment?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro