Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rain 12: Tak Ada Andra, Pian Pun Jadi

"Jangan simpan sendiri semua masalahmu. Kurangilah beban itu dengan bercerita kepada orang lain. Niscaya mereka akan memberikan solusi yang terbaik untukmu."
-Lenia-

***

"Rain, tolong tatap aku."

Lantas, Rain pun menatap Lenia lekat-lekat. Apa yang terjadi sebenarnya? Langsung saja temannya Rain itupun berpesan, "Aku tahu kalau misalnya kau lagi ada masalah. Tetapi kalau bisa jangan menyikapinya dengan begitu berlebihan. Bisa-bisa bahaya kalau kau bertindak demikian."

Rain yang mendengar nasehat dari Lenia pun merasa cukup susah untuk mengikuti kata-katanya dengan saksama. Setelah itu, Lenia melanjutkan kata-katanya. "Rain, jangan simpan sendiri semua masalahmu. Kurangilah beban itu dengan bercerita kepada orang lain. Niscaya mereka akan memberikan solusi yang terbaik untukmu."

"Iya, aku paham," ujar Rain singkat setelah mencoba untuk memahami ucapan dari Lenia meski itu pasti sangat susah.

Setelah itu, Rain tak lagi menatap Lenia lekat-lekat. Gadis itu tersadar akan suatu urusan yang harus segera terselesaikan bersama Andra, terkait dengan pendaftaran calon anggota. Maka dari itu, si gadis penyuka hujan langsung berpamitan pada Lenia.

"Eh, aku pamit dulu ya. Aku belum mengurusi pendaftaran ke klub Authorisme bersama Andra. Sampai nanti!" seru Rain seraya melambaikan tangannya pertanda perpisahan yang akan terjadi.

Lantas, Rain pun segera pergi meninggalkan Lenia yang hanya terdiam tanpa membalas apa pun. Gadis penyuka hujan itu langsung mencoba untuk menyusul Andra ke rumahnya.

Hingga pada saat Rain mengetuk pintu, yang keluar dari rumah bukanlah orang yang dimaksud, melainkan seorang wanita. "Ada apa, Dik? Kamu cari siapa?" tanya seorang wanita yang tak begitu mirip dengan ibunya Andra.

"Itu, Bu. Saya mencari Andra. Adakah dia di rumah, Bu?" tanya Rain, berharap akan kebeadaan Andra di rumahnya, sehingga urusan pendaftaran klub segera terselesaikan.

Namun, alangkah terkejutnya Rain ketika mendapati bahwa wanita paruh baya itu membalas, "Wah, maaf, Nona. Non Andranya lagi tak mau diganggu. Mungkin besok saja di sekolah atau nanti datang lagi ke rumahnya, siapa tahu dia membuka hatinya untuk tamu yang cantik sepertimu."

Lantas, Rain pun hanya menghembuskan napas karena mendengar kabar yang begitu mengejutkan dari Andra. Setelah itu, dia langsung berpamitan dengan seorang wanita yang tak dikenalnya lalu pulang ke rumahnya. Begitu jelas raut muka yang menunjukkan kekecewaan dari wajah Rain.

***

"Hai, Rain."

Rain yang disapa itupun lantas menoleh ke arah siapa pun yang memanggilnya. Namun, orang itu terlihat asing di hadapan seorang gadis penyuka hujan seperti dirinya. "Siapa dia?" tanya Rain dalam hatinya sendiri.

"Kenalkan, namaku Pian, teman dekatnya Andra."

Lantas, Pian langsung mengulurkan tangan kanannya demi bersalaman dengan gadis yang selama ini dicari-carinya, saking penasaran akan "Rain" yang sebelumnya sudah pernah disebut oleh Andra.

Beruntung, Rain sedang berbaik hati kali ini. Dia membalas uluran salam itu seraya berkata, "Aku Rain. Salam kenal juga ya."

"Aku sudah mengenalmu," ucap Pian singkat, yang tentu saja membuat Rain terkejut setengah mati. Gadis itupun lantas bertanya, "Kau tahu aku dari mana?"

Dengan entengnya, Pian pun menjawab, "Dari Andra dong. Dia kan mengenalmu lebih dekat dariku."

"Oh begitu. By the way, aku boleh bertanya sesuatu padamu, tidak?" tanya Rain, seakan-akan dirinya tak ingin langsung berkata to the point pada seorang lelaki yang baru saja dikenalnya.

Sedangkan Pian mengangguk-angguk, pertanda mempersilakan Rain untuk bertanya sesuatu padanya. Seketika itulah, gadis itu langsung bertanya, "Aku ingin bertanya. Kau tahu di mana keberadaan Andra sekarang ini? Aku mau bertemu dengannya ...."

Lantas, alangkah terkejutnya Pian ketika Rain menanyakan tentang Andra padanya. "Aduh, apa yang harus kujawab? Dia bilang tak boleh ada siapa pun yang menemuinya," ucap Pian dalam hati, seraya mencari jawaban yang cocok untuk menjawab rasa penasaran yang diluapkan oleh Rain.

Hingga akhirnya, Pian pun menjawab begini, "Maaf, Rain. Aku tak tahu apa-apa tentang keberadaan Andra. Mungkin saja dia tak masuk sekolah hari ini."

Ya, dapat diakui, mereka saat ini sedang berada di sekolah dan sekarang ini, Pian dan Rain bertemu di koridor menuju lantai dua. Tentu saja rasanya aneh ketika Rain tak menemukan Andra di sekitarnya, mengingat letak kelas yang bersebelahan sampai sekarang.

"Aku tahu, Pian. Kemarin aku pergi ke rumahnya, soalnya aku tahu alamat itu dari dirinya sendiri. Terus pas aku ke situ, eh ternyata ada seorang wanita yang memintaku pulang karena dia tak ingin ditemui oleh siapa pun," ujar Rain lirih.

Pian pun mendengarkan penjelasan tersebut dengan saksama. Setelah itu, barulah dia berucap, "Rain, semalam dia mengalami masalah yang cukup berat, dan ini takkan mungkin membutuhkan waktu yang singkat untuk dijelaskan semuanya."

"Memangnya Andra kenapa, Pian? Katakan padaku sekarang juga!" seru Rain, pertanda bahwa dia harus segera memuaskan rasa keingintahuannya.

Namun, Pian tak ingin langsung memberitahukan apa yang terjadi pada Andra, takutnya lelaki itu akan marah ketika kisahnya disebarluaskan ke orang lain, meski hanya ke satu orang seperti Rain.

"Tetapi aku takut kalau dia marah padaku, Rain."

Rain pun tak menyangka jika Andra merasa sangat tertutup untuk saat ini. Dirinya tak bisa membayangkan akan perubahan sikap lelaki itu.

***

Sedangkan di sisi lain, Kiara dan Lenia merasa sangat khawatir ketika mendapati bahwa Rain tak kunjung datang ke kelas.

"Hei, Rain ke mana nih? Kok tak datang sampai sekarang?!" tanya Kiara dengan nada yang semakin meninggi. Sedangkan Lenia hanya mengidikkan bahunya, pertanda tak tahu apa-apa.

Maka, yang bisa dilakukan oleh Kiara dan Lenia adalah mencari Rain sampai ke lantai bawah, karena diyakini bahwa teman mereka itu ada di sana. Namun sebelum keduanya memutuskan untuk pergi, tiba-tiba saja ada salah seorang lelaki yang menghampiri mereka.

"Hei, mau ke mana kalian?!"

Kiara dan Lenia menoleh ke belakang, dan ternyata ada sang ketua kelas yang menghalangi niat mereka untuk mencari Rain. "Ini, Fer, kami mau mencari Rain ke manapun dia berada. Soalnya sedari tadi dia tak datang juga ...," jawab Kiara lirih.

Ferry, begitulah seluruh warga kelas memanggilnya. Dialah sang pemimpin kelas yang terkenal sangat tegas sehingga siapa pun bisa takut padanya.

Maka, mendengar jawaban dari Kiara itu, Ferry berseru, "Dilarang keluar kelas karena sebentar lagi pelajaran akan segera dimulai!"

"Yah, Ferry. Kami hanya sebentar doang kok. Lagipula, tak biasanya Rain itu datang terlambat seperti sekarang ini," ucap Lenia, saking kesalnya pada keputusan yang tiba-tiba saja diambil oleh Toby dan harus dituruti.

Namun, Ferry tetap teguh akan pendiriannya. Dia tetap saja tak memperbolehkan siapa pun untuk keluar dari kelas, hingga pada beberapa saat kemudian, ada dua orang siswa-siswi yang berlari ke arah Kiara, Lenia, dan Toby. Alangkah terkejutnya gadis-gadis itu ketika mendapati Rain ada di sana.

"Lho, itukah Rain?" tanya Lenia sambil menunjuk Rain dari kejauhan. Terlihat olehnya bahwa gadis itu sedang bertengkar dengan seorang lelaki yang tak dikenal.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Lenia, Kiara langsung berlari ke arah Rain dan lelaki itu dan mencoba untuk menghentikan pertengkaran yang terjadi di antara keduanya.

"Berhenti!"

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro