Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rain 10: Curahan Hati Raindra

"Semua akan indah pada waktunya. Kau hanya tinggal berusaha, berdoa, dan bersabar."
-Kiara-

***

Setelah kepergian ayah dan ibunya yang dianggap mendadak itu, hidup Rain berubah. Dia merasa hidupnya sengsara tanpa kehadiran siapa pun di hidupnya. Padahal jikalau pikiran gadis itu terbuka lebar, dia masih memiliki Kiara, Lenia, Andra, dan sebagainya. Mungkin saja mereka membuka lebar-lebar pintu rumahnya hanya demi Rain 'kan? Siapa tahu?

"Ya Allah, aku kangen suasana rumah yang dulu. Di mana tak ada satu pun dari mereka yang pergi meninggalkan rumah. Apakah keberadaanku di sini membawa malapetaka dan ketidaknyamanan?" kata Rain dalam hati.

Sungguh, Rain berharap bahwa dirinya kembali merasakan hangatnya suasana di dalam keluarga kecilnya. Meski hanya ada orang tua dan kakak, yang penting gadis itu tetap merasa bahagia hanya karena keberadaan mereka di sekitarnya.

Namun pada akhirnya, Rain pun merasakan kesedihan yang mendalam karena ditinggal oleh keluarganya sendiri. Kini, rumah pun sepi layaknya kuburan. Meski dapat diramaikan dengan berbagai pesan chat yang masuk, tetapi tetap saja, tak ada penyemangat di hidupnya.

Hingga pada beberapa jam kemudian, Rain pun mengeluarkan segala keluh kesahnya kepada Kiara, yang di mana jarak dari rumahnya ke rumah Kiara itu tak begitu jauh. Setelah sampai di depannya, gadis itu mengetuk pintu dan mengucapkan salam seperti biasa. "Assalamu'alaikum, Kiara!"

"Wa'alaikumussalam!" Tak lama kemudian, Kiara pun keluar dengan pakaian dasternya. Mungkin saja gadis itu belum mandi setelah terbangun dari tidur yang cukup panjang.

Dengan pakaian daster yang dikenakan Kiara, Rain mengejek Kiara dengan berkata, "Ih bau busuk! Baru bangun tidur ya, sampai lupa mandi?"

"Iya dong," jawab Kiara secara singkat, padat, dan jelas. Lantas, keduanya pun tertawa lepas bersama. Apakah dengan ini kebahagiaan Rain akan terpancar? Lihat saja nanti.

Soalnya, setelah ini Rain mengurungkan senyumannya dan berucap lirih, "Hmm, Kiara. Aku ingin curhat padamu." Tentu saja Rain harus meminta izin pada sang tuan rumah terlebih dahulu, barulah dia bisa bercerita.

"Tak apa-apa, Rain. Ungkapkan saja apa yang kau rasakan. Aku akan mendengarkanmu dengan saksama," ujar Kiara pada akhirnya.

Lantas, setelah diizinkan oleh Kiara, Rain pun mulai bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

"Jadi, kedua orang tuaku itu benar-benar jahat. Mengapa? Karena mereka pergi meninggalkanku. Bisa-bisanya ada rencana dinas secara mendadak, makanya ayah dan ibuku itu pergi meninggalkanku, tak tahu kapan mereka akan kembali."

Kiara mendengarkan cerita itu dengan saksama. Setelah selesai, alangkah terkejutnya gadis itu ketika mendengar kabar tentang Rain sekarang ini. Demi menunjukkan sifat empati dan bijaksananya, dia pun berkata, "Sabar ya, Rain. Semua akan indah pada waktunya. Kau hanya tinggal berusaha, berdoa, dan bersabar, oke?"

Rain hanya mengangguk pasrah dan terdiam dalam ketidakpastian tentang kapankah kedua orang tuanya akan pulang ke rumah. Benar-benar menyedihkan.

***

Sementara itu di sisi lain, Andra terlihat sangat frustrasi, ketika mendapati kabar bahwa kedua orang tuanya akan bercerai. Tingkat stress yang dialaminya semakin tinggi sampai-sampai hampir saja lelaki itu jatuh pingsan karenanya.

Sedari dulu, Andra seringkali menyaksikan pertengkaran hebat antara mama dan papanya. Mereka selalu memperdebatkan hal-hal kecil yang akan menjadi masalah besar di keluarganya. Sampai-sampai lelaki itu mendengar perkataan yang sangat menyakitkan dari ayahnya sendiri.

"Kalau begitu, kita harus berpisah! Tak mau tahu!" seru papanya dengan nada bicara yang sangat meninggi.

Terdengar juga suara isak tangis dari mamanya. Beliau menangis sambil membalas, "Tolong jangan lakukan itu, Pa. Mama berjanji akan memper--"

"Tak ada lagi yang dapat diperbaiki, Ma. Semuanya sudah terjadi. Mari kita akhiri hubungan ini!" potong papanya, masih dengan nada bicara yang meninggi.

"Tetapi bagaimana dengan Andra? Bukankah kau masih memiliki hati nurani padanya? Kasihan ketika dia mengetahui kabar bahwa kita akan berpisah ...." Seketika itulah, setelah mengatakan hal yang demikian, tubuh mamanya pun ambruk ke lantai, tetapi tidak sampai pada kondisi tak sadarkan diri.

Meskipun mamanya peduli akan respon Andra pasca pertengkaran ini, tetap saja seorang pria paruh baya itu tak peduli dengan apa yang dikatakan barusan. Beliau malah menyahut, "Aku tak peduli. Biarkan dia ikut siapa pun yang dia mau. Yang jelas, kita harus berpisah!"

"Mama tak mau kita berpisah, Pa. Masa Papa tak mengerti juga?!

"Tak mau tahu. Mari kita ke KUA!"

"Pa ... Pa! Tolong dengarkan Mama dulu! Papaa!" seru mamanya seraya ingin menghalangi seorang suami untuk pergi ke KUA untuk mengurusi urusan perpisahan mereka.

Andra yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran mereka dari balik tirai pun merasa tak ada lagi yang dapat mengembalikan suasana kehangatan di dalam keluarga kecilnya. Lelaki itu tak tahu lagi harus berbuat apa untuk menyatukan kembali keduanya.

Yang ada, Andra malah berlari melalui pintu di belakang rumahnya, keluar dari tempat tinggal yang sudah terasa seperti layaknya neraka yang sangat panas suhunya.

***

"Andra ... asal kau tahu. Aku bingung dengan apa yang terjadi padamu. Kau benar-benar terluka atau bagaimana?"

Ceritanya, seorang lelaki lain yang bernama Pian melihat Andra yang sedang menangis di taman kota, sendirian. Sehingga yang bisa dilakukan oleh lelaki China itu adalah menghibur Andra, karena mereka berdua juga berada dalam kelas yang sama.

Setelah mendengar pertanyaan dari Pian tadi, Andra mencoba untuk menutupi apa yang dialaminya sedari tadi. "Tak apa-apa, Pian."

"Kau berbohong padaku, Andra. Kau tak mau jujur padaku?"

Awalnya, Andra sama sekali tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Pian. Namun, setelah lelaki China itu berkali-kali meyakinkan Andra untuk percaya padanya, orang yang ditanya itupun setuju untuk menceritakan semuanya.

"Pian ... orang tuaku mau cerai."

Lantas, satu kalimat saja yang diucapkan oleh Andra, Pian langsung terkejut bukan main. Lelaki China itu lantas seperti patung yang hanya diam tanpa melakukan apa pun. Tetapi dia siap untuk mendengarkan lanjutannya dari Andra.

"Cerai kenapa, Ndra? Kok bisa?"

Sebenarnya Andra tak ingin mengungkit-ungkit masalah perceraian ini kepada orang lain, karena ini berkaitan dengan masalah internal di keluarga. Tetapi ... mengingat bahwa beban yang ditimpakan kepada seseorang itu sangatlah berat, salah satu contohnya yaitu melalui perceraian, maka satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah bercerita.

Namun, Andra tak ingin menceritakan hal ini panjang lebar, karena yang dikatakannya sekarang ini hanyalah sebagai berikut, "Biasa, ada cekcok."

"Cekcok apaan? Bisakah kau menceritakan hal itu lebih rinci padaku?"

Lantas, Andra hanya bisa diam. Apakah dia akan menceritakan semuanya pada Pian, atau bahkan hanya sampai di sini saja?

***

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro