Bab 21: Ada Apa dengan RaiRei?
"Entah mengapa saat ini kita seperti dua insan yang tak berhati malaikat, tetapi berhati iblis. Kurasa hubungan kakak-beradik kita akan ... berakhir?"
-Reina-
***
Keesokan harinya, Reina mendapat kabar bahwa adiknya sedang dirundung masalah dengan seorang perempuan yang tak pernah dikenal oleh Reina dan juga teman-temannya. Apa yang terjadi pada Rain? Entahlah, dia pun tak mengetahuinya. Dihampirinya adik satu-satunya itu, yang sedang meratapi nasib di dalam kamar sendiri. Lalu, Reina pun bertanya, "Rain, apa yang sedang terjadi?"
"Aku ... kesal, Kak. Tak ada satu pun yang mau membantuku untuk menyelesaikan masalah yang satu ini ...." Setelah itu, airmata pun lolos dari mata seorang gadis yang satu ini. Reina pun mengernyitkan dahinya, berpikir akan masalah yang menimpa adiknya sehingga Rain terlihat sedang menangis seraya merasa kesal pada seseorang yang tak dikenal sebelumnya.
Maka, Reina pun bertanya, "Masalah apa, Rain? Bisakah kau menceritakannya kepada Kakak? Insyaa Allah Kakak bisa membantumu."
"Tidak dulu Kak. Aku tak ingin menceritakannya."
Lantas, Reina pun bertanya lagi, "Mengapa, Rain? Apakah kau terlihat sedang membenci Kakak, sehingga kamu tak ingin menceritakan apa pun padaku?"
"Tidak Kak. Aku tak membenci Kakak," tolak Rain, tak setuju dengan apa yang ada di pikiran kakaknya saat ini. Lantas, mahasiswi itupun bertanya lagi, "Lalu, apa yang menghalangimu untuk jujur?"
Rain menghela napas sejenak. Sebenarnya ingin sekali gadis itu menceritakannya kepada kakak satu-satunya, yang sudah mendengar nama salah seorang wanita yang tak dikenal oleh kakaknya sendiri, Mei. Namun pada akhirnya, gadis itupun berujar, "Tak apa, Kak. Sekarang tinggalkan aku sendiri. Lagi tak mood mau ngapa-ngapain."
"Rain ...," panggil Reina lirih. Dia tak mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi, sampai-sampai gadis itu tak ingin berbincang-bincang dengannya, mungkin untuk sementara.
Rain tak menjawab. Dia hanya mengusir Reina agar meninggalkan dirinya sendiri. "Sekarang pergilah, Kak Reina. Aku tak mau diganggu oleh siapa pun termasuk Kakak," ucap Rain, seraya berusaha untuk tak menyakiti siapa pun di sini. Maka, gadis itupun langsung beranjak dari tempatnya dan keluar dari kamar adiknya sendiri.
Hingga setelah keluar dari kamar dan menutup pintunya, kakaknya Rain pun berpikir sejenak tentang Rain kala itu. "Rain, asal kau tahu, kakak sayang banget sama kamu. Entah mengapa saat ini kita ... seperti ... dua insan yang tak berhati malaikat, tetapi berhati iblis. Kurasa hubungan kakak-beradik kita akan ... berakhir?"
Tetapi beliau pun menghembuskan napasnya, kemudian pergi menjauh dari kamar Rain dan kembali berkutat dengan tugas yang belum selesai.
***
Sementara itu di sisi lain, Kiara dan Lenia bertemu di suatu kafe, sedang membicarakan kabar terbaru yang penting dan harus diketahui satu sama lain. "Len, kau tahu tidak? Ada yang baru nih!" seru Kiara ketika memulai pembicaraan.
"Apa itu, Kia?"
Lenia pun mengernyitkan dahi sambil bertanya tentang pertanyaan yang tadi. Sedangkan teman yang satu-satunya berada di hadapannya kini pun menghela napas seraya berkata, "Aku mencoba untuk menghubungi Rain, katanya tak diangkat."
Apa yang Lenia rasakan setelah ini? Dia terlihat kesal karena Rain telah bersikap yang demikian pada dua teman dekatnya sendiri. Apa yang terjadi sebenarnya? Maka, gadis itupun berkata, "Aku juga nih, Kiara. Aku bahkan menelponnya sampai sepuluh kali, tetapi tak diangkat juga. Ke mana dia?"
Jujur, Lenia tak tahu akan apa yang harus dikatakannya saat ini, saking tingkat kekhawatirannya sudah mulai memuncak gara-gara ketiadaan Rain di dunia maya. Bahkan, di suatu grup LINE yang beranggotakan mereka bertiga pun gadis itu tak pernah muncul sedari tadi.
"Rain ... apakah aku harus mencoba untuk mengirim pesan lagi padanya?" tanya Kiara, seolah-olah meminta saran kepada temannya, Lenia.
Maka, Lenia pun langsung memberikan saran yang cukup fantastis, sebenarnya. "Kau kirim pesan, setidaknya sampai lebih dari sepuluh kali. Istilahnya spam gitulah. Nah, di antara sepuluh pesan itu, isilah dengan sapaan dan tanyakan keberadaannya. Jikalau tak dibalas dalam waktu yang singkat, kau telpon dia. Begitu," ucap Lenia kemudian.
"Boleh juga tuh idemu, Len. Boleh dicoba!" seru Kiara kemudian, lalu gadis itu langsung membuka ponselnya dan membuka obrolan chat dengan Rain via LINE, karena jika dikirim via pesan, pasti pulsanya banyak yang tersedot oleh pihak operator.
Kiararara
P
P
P
Ping
Ping
Ping
Rain, ini aku Kiara. Kau masih mengingatku 'kan?
Bagaimana kabarmu? Kau di mana? Masih ada masalahkah yang menimpa dirimu? Coba beritahukan semuanya padaku.
Aku dan Lenia telah mencoba untuk menghubungimu sedari tadi, tetapi tak diangkat juga.
Rain ....
Apa yang terjadi? Tolong jawab pesanku.
Penting.
Semua pesan itu telah terkirim ke ponsel Rain langsung saat itu juga. Tetapi belum ada tanda-tanda bahwa pesan-pesan dari Kiara itu dibaca oleh sang lawan bicara. Lantas, apa yang akan dilakukan oleh gadis yang satu ini? Meneleponnya adalah pilihan yang terakhir.
"Aku telpon dia kali ya, Len? Dia tak menjawabnya," keluh Kiara, seraya meminta saran sekali lagi untuk ke depannya.
"Iya, telpon saja," ujar Lenia kemudian.
Maka, Kiara pun langsung menelepon Rain. Tetapi beberapa saat kemudian, sang penelepon malah menggerutu kesal dan hampir saja ingin membanting ponselnya ke lantai. Lantas, Lenia yang menyaksikan aksi temannya itupun bertanya, "Ada apa? Rain kenapa?"
"Aku tak berhasil menghubunginya. Beberapa saat kemudian, malah operator yang menjawab. Makanya aku langsung memutuskan telponku. Untung saja bukan karena pulsaku yang tersedot, fiuh," keluh Kiara, lagi-lagi.
Alangkah menyedihkannya Kiara dan Lenia ketika tak bisa menghubungi Rain dalam waktu yang singkat. Mungkin saja, gadis itu sedang berada dalam kesibukan tersendiri, tetapi mengapa kali ini dia tak pernah memberi kabar kepada dua teman dekatnya?
"Kiara, Rain itu sebenarnya kenapa sih? Kok sudah berubah?" tanya Lenia, langsung saja menyimpan kecurigaan kepada teman dekat sendiri.
Lantas, Kiara tak terima dengan apa yang ditanyakan Lenia, melainkan langsung menutup mulut temannya dengan tangan sendiri, seraya berkata, "Kau gila, Len? Dia itu tak berubah, asal kau tahu."
"Lalu kenapa dia susah dihubungi sekarang ini?" gerutu Lenia itu lagi.
Kiara menghela napas sejenak, kemudian berkata, "Mungkin saja dia lagi ada kesibukan atau pun masalah yang tak bisa diselesaikannya. Sudahlah, biarkanlah dia tenang terlebih dahulu. Bisa 'kan?"
"Baik baik. Kita akan membahas topik yang lain."
Namun setelah topik baru diperbincangkan di antara Kiara dan Lenia, tiba-tiba saja ada suatu suara yang menginterupsi kedua gadis itu. "Rain sedang dirundung masalah dengan kakaknya."
"Hah? Kau tahu di mana Rain, Len?" tanya Kiara begitu mendengar suara yang tadi. Sedangkan Lenia hanya mengidikkan kedua bahunya. Lantas, keduanya pun segera mencari sumber suara dan ternyata ....
"Andra?"
***
To be Continued.
Mind to Vote and Comment?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro