Bab 19: (Dua) Orang Asing
"Apakah aku salah karena telah melupakan darah daging sendiri?"
-Rain-
***
Mampukah Rain bisa kabur dari sini? Itulah pertanyaan yang akan terjawab di part yang satu ini. Mampukah?
"Kau, kenapa harus datang lagi, sih? Mengapa harus aku yang menjadi targetmu?" tanya Rain, masih dengan ketidakpercayaan atas apa yang dilihatnya sedari tadi.
Maka, orang itupun menjawab, "Karena aku suka menculik orang yang sendirian di rumah. Bagaimana? Siap masuk ke dalam permainanku? Hahahahaha!" Tawa jahat pun mulai dilontarkan oleh sang lelaki yang tak pernah dikenal sebelumnya. Dia siap untuk menghabisi nyawa Rain jika diperlukan.
Kini, gadis itu hanya bisa pasrah. Dia tak tahu harus bagaimana lagi caranya untuk meminta pertolongan kepada orang lain. Terasa sangat sulit. Maka dari itu, Rain harus berusaha sendiri terlebih dahulu.
"Aku harus bisa lari darinya!"
Rain pun berlari ke arah belakang, disusul oleh seorang lelaki asing yang siap untuk menangkap gadis yang diincarnya sedari tadi. Dengan segala tenaga yang dikerahkan, gadis itu berusaha untuk tidak terjerumus dalam permainan yang satu ini.
"Aku bisa! Aku pasti bisa kabur darinya!"
Hingga pada akhirnya, tibalah dia di ujung. Ujung mana? Ujung jalan yang di mana dirinya tak lagi bisa menembus ruangan lain. Alias sudah buntu.
"Astaga, jalan buntu? Harus bagaimana lagi nih?" keluh Rain itu lagi, di dalam hatinya.
Rain pun hanya bisa menggigit jari-jarinya yang tak bersalah. Gadis itu tak tahu lagi harus berbuat apa selain berdoa dan berdoa. Rain sudah pasrah akan takdir yang akan menimpanya kelak.
"Ya ampun, kalau sekiranya aku akan diculik oleh manusia berhati setan yang satu ini, aku ikhlas ...."
Namun ucapan dari orang yang berputus asa itupun tak dikabulkan. Mengapa? Karena ada seorang lain yang berniat untuk membantunya. Siapa lagi kalau bukan Andra?
"BERHENTI!"
Seruan itu mengalihkan fokus orang itu sejenak. Dia menjadi berpaling ke arah seorang lelaki lain yang sudah berniat untuk menghentikan semua ini. Semua yang begitu menyakitkan hatinya.
"Kau gila? Siapa kau? Mengapa berniat untuk menghentikanku?" tanya orang itu setelah menyadari kehadiran seorang lain yang tak pernah diharapkan sebelumnya.
Andra hanya bisa menyahut, "Aku temannya Rain. Lepaskan dia. Dia tak pantas untuk hidup dan takluk olehmu!"
"Oh, kau berani juga ya. Aku tak menyangka jikalau dia memiliki teman sepertimu," ucap lelaki itu seraya menunjuk Rain dan Andra secara bergiliran.
Lelaki yang sedari tadi berniat untuk menyelamatkan Rain pun merasa geram. Kedua tangannya dikepalkan, siap untuk meninju orang asing itu kapan saja. Maka, Andra langsung melancarkan serangan untuk orang itu, sedangkan Rain berusaha untuk berpindah tempat, menjauh dari dua orang pria yang sedang berkelahi.
Hingga pada akhirnya, Rain mendekat ke arah Andra. Dia berada di belakang lelaki itu, berharap akan keselamatannya ketika berada di sekitar Andra, satu-satunya teman yang kini diharapkannya.
"Andra, berjuanglah."
***
Sementara itu, ada seorang gadis lainnya yang sudah tiba di depan rumah Rain. Alangkah terkejutnya dia ketika mendapati bahwa pintu rumahnya terbuka. Lantas, dia yang bernama Reina pun merasa khawatir.
"Apa jangan-jangan rumah ini kemalingan atau bagaimana? Tetapi Rain tak pernah memberitahukanku sebelumnya. Duh, di mana kau, Rain?" tanya Reina pada dirinya sendiri, saking tak ada yang dapat menjawabnya. Maka, dia pun menghidupkan layar ponsel pintarnya dan segera menelepon adiknya sendiri.
Namun sayang, yang menjawabnya pun berkata lain, "Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihu--"
"BODOH!"
Reina pun memaki operator yang menjawab hanya dengan satu kata. Lantas setelah ini, gadis itupun segera memasuki rumahnya juga dan mencari Rain, siapa tahu dirinya masih berada di sana.
***
"Rain, kau di mana?" tanya Reina saking kekhawatiran sudah mencapai puncaknya. Gadis itu, yang telah menjadi mahasiswi semester empat, merasa sangat khawatir pada seorang gadis yang dijadikan adik satu-satunya.
Parahnya lagi, Reina tak tahu apa-apa mengenai penyakit yang diderita Rain. Yah, itu juga bukan salahnya maupun Rain, karena sampai sekarang adiknya itu tak dapat mengetahui penyakitnya sama sekali.
Hingga pada satu menit kemudian, Reina pun berseru lagi, "Rain, Rain! Kau di mana? Rain, kau di ...."
Ucapannya terhenti ketika mendapati ada tiga orang yang ada di hadapan Reina. Rain yang terlihat sedang berlindung di belakang seorang lelaki, Andra yang sedang berantem dengan seorang lelaki asing bertopeng.
Seketika itulah, Reina pun berteriak ketakutan. Dia tak menyangka jikalau rumah mereka didatangi oleh orang asing yang terkenal sangat jahat. Namun, untuk melindungi semua orang yang telah berniat menyelamatkan seluruh isi rumah, gadis itupun mengambil sebuah sapu yang kebetulan saja tergeletak di sampingnya.
Reina pun mengambil sapu itu, kemudian mencoba untuk memukul orang asing itu dari arah samping kanannya seraya berseru, "Rasakan ini, setan!"
Ajaib, Reina berhasil melakukannya. Musuh pun takluk dengan dibuktikan oleh tubuhnya yang ambruk. Gadis itupun merasa lega karena telah membantu Andra dalam misinya serta melindungi Rain yang terlihat sangat ketakutan.
Setelah itu, Andra dan Reina pun mengalihkan fokus mereka ke arah Rain. Mereka bertanya secara bersamaan, "Rain, kau baik-baik saja?" Saat itu, mukanya si gadis yang ditanya pun terlihat sangat pucat.
Namun pada beberapa saat kemudian, setelah Rain menunjukkan wajah yang demikian seraya diam saja, dia pun menjawab, "Aku tak apa-apa."
"Syukurlah kalau begitu," ucap Andra kemudian.
Sedangkan Reina pun terlihat diam saja, mencoba untuk mencari-cari pertanyaan yang dapat menghantarkan mereka pada memori masa lalu tentang sepasang kakak beradik yang dulunya sangat dekat.
Hingga pada satu menit kemudian, obrolan pun kembali berjalan. Reina bertanya, "Ehm, Rain. Apakah kau masih mengingatku, atau sudah melupakan diriku?"
"Sebentar. Kakak siapa?"
Tiga kata saja, eh maksudnya, dua kata saja yang menandakan bahwa Rain bertanya balik kepada kakaknya sendiri. Namun, pertanyaan itu sukses membuat jantung Reina berdegup kencang. Dadanya terasa sesak hanya karena adiknya kini telah melupakan Reina.
Namun, Reina takkan menyerah. Selagi adiknya masih hidup, dia akan membangkitkan kembali memori yang telah terkubur jauh di dalam otak milik Rain. Maka, gadis itupun menjawab, "Aku kakakmu, Reina. Apakah aku terlihat sangat berbeda di matamu?"
"Iya," jawab Rain singkat sambil memicingkan kedua mata ke arah Reina dan juga menganggukan kepalanya, "kamu yang mengaku sebagai kakakku itu beda dengan kakakku yang asli."
"Tetapi aku beneran kakakmu, Rain. Mau dibuktikan dengan tes DNA?" sahut Reina itu lagi.
Sontak, usul dari Reina itupun membuat Rain terdiam, sedangkan Andra terlihat terkejut setengah mati, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya karena mengetahui bahwa temannya itu telah melupakan saudara sendiri.
Hingga pada akhirnya, Rain pun bergumam dalam hati, "Apakah aku salah karena telah melupakan darah daging sendiri?"
***
To be Continued.
Mind to Vote and Comment?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro