Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

tiga


tiga

in collaboration with anothermissjo's story title "One Last Game"

Tinggalkan vote dan komen, ya! <3

🧵

🧵

Tidak seperti kebiasaannya yang selalu tidur hingga puas sehari setelah pesta pernikahan yang pasti amat menguras pikiran dan tenaganya, hari ini Michelle bangun sangat pagi meskipun tubuh—terutama kedua kakinya sangat lelah hingga terasa ingin lepas. Venue yang masih paling melelahkan bagi Michelle dan tim Love Blooms adalah pantai. Bekerja di area pantai menguras lebih banyak tenaga dibandingkan dengan pernikahan di dalam ruangan, dimulai dari cuacanya yang tidak bisa ditebak, pasir yang sangat melelahkan kaki, angin yang kadang panas, dingin, dan kuat dari area pantai, serta tidak lupa debu serta pasir yang berterbangan. Belum lagi aneka serangga yang muncul entah dari pasir ataupun pohon-pohon di sekitar venue.

Michelle segera merapikan penampilannya tanpa repot-repot untuk mandi terlebih dulu, kemudian berjalan keluar dari cottage tempatnya menginap yang terletak di sekeliling pantai berbeda dengan gedung hotel yang menjadi pusat pelayanan. Sesekali Michelle menyapa tamu-tamu Industrian dan Matcha yang dikenalinya di tengah perjalanan menuju resepsionis di dalam gedung hotel. Ia hendak memastikan jumlah akhir kamar yang diisi para tamu untuk dilaporkan pada Industrian dan Matcha meskipun pasangan pengantin melepaskannya dari tanggung jawab ini karena sudah diurus oleh First.

Setibanya di depan meja resepsionis, Michelle menemukan keberadaan pria yang langsung dikenalinya sebagai entah Edward ataupun Ethan, yang penting salah satu dari mereka berdua. Michelle bingung, apa lebih baik dirinya pura-pura tidak menyadari keberadaan Edward ataupun Ethan itu, atau malah menyapa terlebih dulu sebagai bentuk sopan santun?

Michelle belum memutuskan apa pun ketika sapaan ringan yang ditujukan padanya terdengar. Ia juga merasakan bayangan seseorang begitu dekat dengannya. "Morning, Beautiful."

Baiklah, pria di sampingnya ini adalah Edward. Kejadian tadi malam ketika ia menyadari jika pria yang ditemuinya empat tahun lalu dan menerima permintaan maafnya adalah Edward, bukannya Ethan berhasil membuat merasa sedikit jengkel saat ini.

"Selamat pagi," sahut Michelle dengan senyum simpulnya. Senyum simpul paling sering diberikannya kepada orang yang kurang disenanginya, salah satunya Edward. Baiklah, ini adalah masalah personal, tidak seperti dirinya yang biasa yang berusaha untuk tetap bersikap baik dan profesional kepada siapapun. Saat ini, ia hanya sedang tidak berniat untuk bersikap baik seperti biasanya khususnya pada Edward.

"Aku rela untuk bangun sepagi ini setiap hari jika bisa terus menemuimu, wanita cantik yang memperindah setiap pagiku," kata Edward. Ia masih berdiri tepat di samping Michelle yang sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan.

Michelle mengabaikan godaan Edward padanya. Ia segera berbicara pada resepsionis, tidak peduli jika resepsionis itu masih terlihat amat sibuk dengan layar komputer di depannya. "Pagi, Mbak. Saya Michelle dari Love Blooms, wedding planner pernikahan Pak Industrian dan Ibu Matcha kemarin," sapa Michelle. Sepertinya firasat Michelle mengenai Edward yang masih ingin melontarkan godaan padanya sangatlah tepat, ia melihat bibir Edward yang sempat terbuka kini sudah terkatup rapat.

"Baik, tunggu sebentar, Ibu," kata resepsionis setelah mengalihkan pandangannya sesaat dari layar komputer.

"I'm sorry, Beauty. Karena aku, kamu harus menunggu sebentar lagi. Dia sedang mengerjakan permintaanku. Apa sebaiknya aku mengalah padamu?" Edward mengedipkan matanya pada resepsionis setelah berkata seperti itu pada Michelle.

Kejengkelan yang dirasakan Michelle pada Edward semakin menumpuk, namun ia tetap berusaha bersikap profesional. Michelle tidak ingin perasaan sementaranya ini merusak kinerja yang sudah berusaha dipertahankannya sedari lama. "Tidak apa-apa, Pak Edward," kata Michelle sambil memberikan senyum simpul terbaiknya. Kali ini juga ia sudah memberanikan diri menatap Edward yang baru disadarinya berdiri begitu dekat, bahkan bisa dikatakan jika siku pria itu sudah hampir menyentuh sikunya. Dari posisi mereka saat ini, mereka juga bisa merasakan napas satu sama lain. Michelle memilih untuk menggeser sedikit posisinya saat ini agar tidak begitu kentara namun juga memberi sedikit jarak antara dirinya dan Edward.

"Wah, amazing." Bola mata Edward membesar, ia juga bertepuk tangan. Ia terlihat takjub. "Kamu bisa membedakanku dan Ethan. Hebat sekali! Kamu orang asing pertama yang bisa mengenali kami. Ya meskipun keluarga dan teman kami juga tidak bisa dikatakan handal dalam membedakan kami."

Michelle menghela napas pelan sebelum kembali tersenyum. "Tentu saja, andai saja saya sudah bisa membedakan Anda dan Pak Ethan sejak empat tahun yang lalu," Michelle memberi jeda pada kalimatnya sambil memusatkan pandangannya pada Edward, "saya tidak akan tertipu dua kali."

Edward menaikkan sebelah alisnya, tertarik dengan perkataan Michelle yang berhasil mengembalikan ingatannya pada empat tahun lalu. "Dua kali? Bagaimana bisa? Kapan?" tanyanya untuk mengikuti alur permainan Michelle.

"Pertama, di mobil tengah berciuman dengan wanita. Kedua, di kantor ketika Anda mengaku sebagai Ethan dan semena-mena menerima permintaan maaf saya menggantikan dia," jawab Michelle dengan suara datarnya. Ia sudah tidak bisa mengendalikan perasaannya yang meluap-luap ini dengan baik.

Senyum Edward terlihat sangat menyebalkan, seperti senyum orang yang sama sekali tidak merasa bersalah. "Well said. Akhirnya kamu tahu juga, setelah membuatku menunggu empat tahun lamanya. Kukira aku perlu menunggu selama sepuluh tahun, atau bahkan tidak akan pernah ketahuan."

"What a shame," balas Michelle sambil berjalan pergi. Persetan dengan profesionalitas.

Ketika berjalan pergi dengan langkah yang terlihat penuh keyakinan, di dalam lubuk hatinya, Michelle tengah mengutuk dirinya sendiri yang empat tahun lalu sempat tidak mempercayai kemungkinan jika Ethan memiliki saudara kembar identik. Dirinya sangat payah atau lebih tepatnya sangat sial.

●●

Michelle menggigiti kuku jari tangannya karena bingung dengan keadaan yang sedang dialaminya. Ia tengah mengamati foto yang sempat diambilnya tadi ketika mendapati Ethan, kliennya, berciuman dengan wanita lain yang bukan calon istrinya. Apa yang sebaiknya Michelle lakukan? Apa sebaiknya ia memberitahukan apa yang dilihatnya pada Bianca agar kliennya itu bisa mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menikahi Ethan?

Namun, bagaimana jika ternyata Michelle salah mengenali pria itu? Malah berakhir memfitnah Ethan untuk hal yang tidak dilakukannya? Bahkan, yang lebih buruknya adalah membuat kliennya batal menikah karena informasi keliru yang ia berikan.

Michelle menggeleng kuat.

Sepertinya kemungkinan yang terakhir berpeluang kecil untuk terjadi. Sudah jelas sekali jika pria yang dilihatnya tadi adalah Ethan. Dan, wanita yang dilihatnya tengah berciuman dengan Ethan sangat jelas bukanlah Bianca. Michelle bisa sangat yakin karena Bianca memiliki rambut hitam legam sebahu khas Cleopatra sedangkan wanita yang dilihatnya memiliki rambut cokelat balayage bergelombang.

Michelle memperbesar foto yang diambilnya tadi untuk kesekian kalinya. Ia berniat untuk memeriksa kembali sosok pria di dalam foto itu. Benar, pria itu benar-benar Ethan. Tidak diragukan lagi.

Michelle sempat tersentak ketika satu kemungkinan melewati pikirannya. Bagaimana jika Ethan memiliki saudara kembar identik? Tapi, sepertinya tidak. Mustahil. Pria seperti Ethan cukup hanya ada satu di dunia, jika dua, apa yang akan terjadi? Kehebohan.

Jika Michelle memutar kembali ingatannya ke beberapa jam sebelumnya, sosok Ethan sangatlah sempurna. Penampilan Ethan persis seperti tipe pria yang diharapkan Michelle menjadi pasangan hidupnya selama ini. Ethan memiliki postur tubuh yang tinggi besar tanpa sedikitpun lemak, hanya ada otot yang terlihat jelas dari balik pakaiannya yang hari itu tengah mengenakan kaus polos pas badan. Rambut hitam legam dengan gaya rambut dibelah tengah dengan poni yang sedikit bergelombang, hidung tinggi mancung namun agak lebih menonjol di bagian tulang tengah, serta bibir lebar namun tipis.

Pesona yang paling tidak bisa dilupakan Michelle adalah lesung pipi Ethan terlihat jelas saat tersenyum untuk menyambut uluran tangannya ketika mereka berkenalan. Mata pria itu melengkung membentuk bulan sabit serta munculnya garis rahang yang tegas.

Dalam sekali lihat, Ethan benar-benar tipikal pria yang disukai Michelle selama ini, kecuali perilakunya yang mendua.

Baiklah, sepertinya Michelle sudah lupa dengan tujuan awal dirinya memperjelas foto Ethan yaitu untuk memastikan sekali lagi jika sosok pria di dalam foto itu bukanlah Ethan. Namun, ia malah kembali terjebak dalam pesona Ethan. Bisa dikatakan juga jika Michelle terjebak dalam pesona pria itu hanya dalam satu kali pertemuan yang bisa dikatakan singkat, dalam status sebagai kliennya yang sebentar lagi akan menggelar pesta pernikahan di bawah tanggung jawab Love Blooms—wedding planner miliknya.

●●

Michelle masih berjalan cepat menghindar dari Edward hingga dirinya mendengar suara yang langsung dikenalinya sebagai suara Jessica, tim Love Blooms, tengah memanggil namanya. "Kak Michelle," panggil Jessica sambil berjalan menghampiri Michelle. "Kakak ke mana saja?"

"Ada apa? Terjadi sesuatu?" tanya Michelle cepat. Mendadak rasa panik melanda dirinya, "Kenapa gak telepon aku?"

Jessica menggeleng dengan mata memicing, "Sudah dari tadi tapi gak diangkat."

Michelle segera merogoh kantung celananya dan tidak menemukan apa pun selain kunci kamar. "Maaf, sepertinya aku meninggalkan ponselku di kamar. Ada apa, Jessica?"

"Kita diajak sarapan sama Kak Industrian dan Kak Matcha," jawab Jessica santai. "Sekarang," lanjutnya, "kakak sudah siap, 'kan?" Ia mengamati penampilan Michelle dari atas hingga bawah.

Michelle langsung menepuk lengan atas Jessica. "Kukira ada apa! Kamu buat aku panik. Kalian saja yang pergi, aku belum mandi," jawab Michelle jujur sambil berusaha melepaskan kalungan tangan Jessica pada lengannya.

"Tapi sudah kelihatan rapi dan bersih. Kakak ikut, ya?! Kami masih canggung dengan Kak Industrian dan Matcha, apalagi person in chargenya mereka itu kakak, bukan kami," rayu Jessica yang masih berusaha mempertahankan kalungan tangannya.

"Kalian saja. Kalian sudah besar, bisa sendiri. Lagipula, aku masih punya pekerjaan," kilah Michelle cepat, berusaha mencari alasan untuk menghindar. Ia tidak ingin bertemu dengan Industrian dan Matcha yang merupakan teman baik dari Ethan. Michelle belum siap melemparkan dirinya ke dalam kemungkinan untuk mendengar kembali pembahasan mengenai batalnya pernikahan Ethan dan Bianca yang disebabkan olehnya.

"Ternyata kamu di sini." Suara Industrian terdengar jelas melalui indera pendengaran Michelle. "Ayo, kita sarapan. Dari tadi kami menunggumu."

Jessica langsung menyenggol Michelle, "Tuh, kakak dengar sendiri, 'kan? Gak baik nolak permintaan klien."

Michelle hanya bisa mengangguk pasrah dan mengikuti langkah Jessica, Industrian, Matcha, serta tim Love Blooms lainnya.

●●

Mereka menikmati sarapan pagi mereka dengan ramai dan amat menyenangkan. Bagaimana tidak? Hidangan laut enak serta pujian-pujian yang kerap dilemparkan oleh Industrian, Matcha, dan teman-teman pada Michelle dan tim Love Blooms atas pesta pernikahan mereka yang sukses serta menyenangkan.

"Dengar-dengar, Michelle belum menikah, ya?"

Pertanyaan itu dilontarkan oleh salah satu teman Industrian dan Matcha yang tidak berhasil dikenali oleh Michelle.

Michelle hanya tersenyum simpul sebelum menyeruput air kelapanya dari sedotan.

"Kak, kenapa tanya hal yang tidak menyenangkan seperti itu? Membuat suasana tidak enak saja," tegur Matcha cepat. Ia menggerakkan bibirnya tanpa suara, mengucapkan maaf pada Michelle yang langsung mengangguk.

"Niatanku baik, Matcha. Kebetulan di sini banyak teman kita yang belum menikah," katanya sambil menyebut satu persatu nama yang tidak didengar Michelle dengan baik hingga nama Ethan disebut.

Kalimat pembelaan selanjutnya dari teman Industrian dan Matcha juga terdengar tidak menyenangkan. Michelle sangat membenci keadaan ini, kesalahan yang terus membayanginya dan tidak bisa diperbaikinya sama sekali.

"Bagaimanakamu bisa menjodohkan Ethan dan Michelle? Kamu lupa kalau pernikahan Ethan danBianca batal karena campur tangan wedding organizernya? Kalau tidaksalah kukenali, kamu Michelle dari Love Blooms, 'kan?"

🧵

Aduh, 🥺🥺🥺 diungkit lagi soal batal nikahnya Ethan dan Bianca. Kalau aku jadi Michelle kayaknya bakal langsung nangis di tempat. Beban dia berat sekali karena satu kesalahan yang dilakukannya. 🥺🥺🥺

Kalau kalian di posisi Michelle, kalian bakal bagaimana?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro