3. Melangkah Jauh
Letta mengernyit mulai duduk di kasurnya menatap jam yang baru saja menunjukkan pukul 4 pagi.
"Masih pagi, aku tidur lagi saja." Letta kembali menutup dirinya dengan selimut hangatnya segera hingga peri datang lewat jendela kamarnya.
Peri itu menatapnya heran. "Bukankah seharusnya dia sudah bangun? Diluar sana bahkan orang-orang sudah mulai sibuk untuk keluar rumah." Dia menatap jam yang tidak berdetak sama sekali.
Jam itu mati.
"Tidak tepat sekali, padahal aku ingin melihat dia terkejut." Peri itu segera pergi menuju rumah lain. Biarkan saja Letta terkejut akan apa yang terjadi.
.
.
.
.
.
.
.
Tring~
Letta yang terusik segera terbangun dan mulai menguap lelah akan hal yang terjadi. "Siapa sih yang nelpon!" Letta segera menyalakan ponselnya dan menatap nama Yasmin yang terpampang di layar.
"Dia siapa lagi? Aneh heran banget—HAHHHH UDAH JAM 7?!" Letta mulai membanting ponselnya ke kasur agar aman dan segera menuju ke arah lemari pakaian.
"HAHH SERAGAMKU KE MANA?" Letta panik segera memberantakan lemarinya dan bahkan tidak menemukan bajunya satu pun.
Ohhh paham ... ini pasti akal-akal Bunda dan Dava yang menyembunyikan pakaiannya.
Letta mengeram kesal, ini pasti akal-akalan Dava saja yang pemikirannya seperti anak kecil. Kalau kayak gini 'kan dia jadi pusing! Duhhh mana mau tagih traktiran pizza dari Hana lagi! Nanti kalau enggak jadi gimana?
"Sekarang udah jam 7, pasti aku juga udah enggak bisa berangkat sekolah jadi harus bolos." Letta menghela napas lelah. Ia segera membuka pintu yang dikunci rapat—tunggu ... dikunci?
Sejak kapan? Ia yakin sejak dulu dia tidak pernah dikunci kamarnya karena tidak bisa bangun tidur sendiri. Selalu dibangunkan oleh Bunda.
Hmmm ... ini aneh sekali.
Letta memutuskan segera mencari seragamnya di area cucian baju kering.
Tidak ada.
Ia segera mengecek kamar Dava sekaligus kamar Bunda yang jadi tujuan terakhirnya.
Tunggu, tidak ada!
Letta yakin dia sudah mencari dibawah tempat tidur hingga di lemari pakaian, mengapa seragam itu seperti tidak pernah ada?
"Tunggu ... kayaknya ada yang aneh?
Letta segera pergi ke depan kamar Bunda, kamar Dava. Ia segera membuka lemari pakaian itu.
Hanya ada beberapa baju di sana. Baju itu bahkan saat dia pegang tampak menempel debu. Ia yakin ini baju sudah lama sekali tidak dipakai, bahkan hanya dibiarkan begitu saja di kamar ini.
Letta bingung. Dia sangat pusing. Otaknya nampak tergeser karena baru bangun tidur. Dia lupa belum cuci muka ke kamar mandi.
"Kamar ini tampak sudah lama tidak terpakai ... kenapa ini?" Letta bisa menyadari secara keseluruhan. Kasur yang Dava tempati saja sudah ditutupi oleh plastik transparan besar untuk menutupi kasur yang tampak sudah sangat berdebu. "Di mana semua gundam milik Kak Dava?" Letta pusing setengah mati. Bahkan rak berisi Gundam itu sudah sangat kosong. Di kamar ini hanya tersisa rak, kasur, dan lemari.
Apa Dava pindah? Secepat ini? Baru saja Dava jahil padanya kemarin ....
Letta merenung sedih. Ia melupakan seragamnya dan kembali ke kamar merenung. Air mata mulai keluar menetes sedikit demi sedikit. Ini sangat menyedihkan.
Letta sangat sayang pada Dava. Dia selalu ada untuk bermain dengannya. Dava juga suka membelikannya kue dan mainan. Tahun kemaren saat ia ulang tahun, ia dibelikan boneka oleh Dava walaupun keadaan sedang susah saat itu, mengingat Ayahnya yang baru saja meninggal.
Letta menghela napas frustasi. Merasa campur aduk dan melihat ponselnya tiba-tiba menyala. Ada pesan dari Yasmin, ia sangat heran tentang orang yang tidak ia kenali menelpon bahkan mengirim pesan padanya. Ia harus beritahu Bunda saat pulang kerja nanti.
Ketika Letta mematikan ponselnya, ia bisa melihat siluet sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ia terkejut dan segera melirik ke arah cermin besar di dekat lemarinya.
Tunggu ... aku berada di mana? Siapa tubuh ini?!
"OHH MY GOD?! AAAAAAAAAA." Letta berteriak kencang di dalam rumah yang sangat sepi itu.
Bagaimana tidak teriak, ia frustasi akan apa yang terjadi pada tubuhnya. Badannya membesar? Tunggu pantas saja merasa aneh pada tangannya. Pantas saja seragam SMP miliknya tidak ditemukan di mana-mana.
Ada apa ini?
Ada yang bisa menjelaskannya tentang semua ini?
♡
Hari sudah mulai siang, tapi peri diam-diam memandang Letta heran.
"Melihat manusia yang satu ini ... aneh sekali." Sang peri berkacak pinggang. Ia menghela napas panjang menatap perempuan yang telah dianggap dewasa itu malah meringkuk di dalam lemari. Baju di dalamnya bahkan dikeluarkan setengah hingga berantakan ke mana-mana.
Kalau Bundanya memarahinya karena kamarnya berantakan, ia tidak mau tanggung jawab.
Kelakuannya seperti anak kecil—ohh tentu saja dia memang anak kecil. Bisa dibilang remaja yang suka merengek.
"Hey! Seharusnya kamu itu enggak takut, harusnya dia senang, bukan? Kenapa malah takut?" Peri itu menggeleng lelah.
Peri itu bisa mendengar suara Letta yang merasa sedang mimpi dan ingin tidur kembali. Tentu saja peri itu kesal, masa daritadi dia memindahkan bajunya dari lemari itu tidak merasakan dirinya memegang benda itu?
Atau gini ... apa dia tidak bisa merasakan lemari kayu itu yang dia sender dan duduki?
Orang ini agak lain ....
"Letta! Bunda bawakan sesuatu! Cepat keluar atau Bunda habiskan makananmu?!" Peri itu segera bersembunyi di tumpukan buku Letta setelah mendengar derik pintu lemari lama yang baru saja terbuka. Peri segera mengikutinya ke arah suara Bunda Letta berada. Ia ingin melihat secapat siaran langsung saat Letta akan mengobrolkan hal ini.
Itu pasti menyenangkan?!
.
.
.
.
.
.
.
"Bunda ...."
"Selamat ulang tahun—kok nangis?" Bunda yang membawa kue ulang tahunnya kaget melihat anaknya menangis. Ia memilih segera memeluk anaknya erat. Letta bisa melihat itu kue ulang tahun untuknya.
Lebih tepatnya untuknya diumur 21 tahun.
Ada apa ini sebenarnya? Ia ingat sekali besok ulang tahunnya yang ke-14 tahun, kenapa sekarang jadi berbeda?
"Kok Kak Dava enggak bareng-bareng rayain ulang tahunku, nda?" Bunda segera melepas pelukannya dan menatap Letta heran.
Astaga ... ternyata anaknya ini menangis karena kangen Dava. Ohh Ya Tuhan anak ini mengagetkannya saja.
"Adek tahu 'kan kalau Kakak itu kuliah di luar negeri. Kakak bulan depan baru bisa pulang, Kakak bahkan nitip Adek kue ulang tahun ini loh ke Bunda ...." Bunda berseru membuat Letta terharu. Ternyata mimpinya itu bagus, Dava akhirnya bisa berkuliah setelah memilih bekerja. "Adek enggak senang?"
"Enggak kok, nda. Aku senang tahu! Cuma kangen aja dijailin Kak Dava." Bunda terharu, padahal mereka bukan saudara kandung. Namun karena Dava kehilangan orang tuanya sejak kecil, ia memilih untuk merawat Dava hingga besar dan jadi anak yang baik. "Nanti Kakak pulang, dek. Syukur dia ada kesempatan pulang setelah 2 tahun di Korea."
Letta mengangguk saja. Sudah paham arti dari kamar Dava yang kosong dan berdebu. Itu hanya karena kamar itu sudah tidak terpakai saja. Tidak ada apapun yang terjadi.
"Sini tiup lilinnya dulu, dek. Tuhh lilinnya udah mau cair." Letta mengangguk dan segera menutup mata membaca doa dan segera meniup api di lilinnya dengan kencang. Letta berseru senang, melupakan tangisannya dan apa yang terjadi sebelumnya.
Letta senang. Ia bahagia akan kue yang ia dapatkan. Letta mulai mengambil pisau di sebelah kue itu dan mulai memotongnya perlahan. Ia segera mengambil piring kecil dan menaruh satu potongan kue itu diatasnya.
"Ini buat Bunda. Makasih ya nda buat semuanya." Bunda terharu hingga matanya berair dan mulai memeluk anaknya erat.
Tatkala itu peri melihatnya dengan keadaan terenyuh. Ia juga tidak sadar ikut menitikkan air matanya.
"Kalau Letta masih mempunyai Ayah, pasti dia akan merasakan bahwa keluarganya adalah keluarga yang paling bahagia, tapi takdir tidak memudahkan mereka bersama."
Peri itu segera pergi ke suatu tempat. Ia berharap dia akan kembali secepatnya ke sini setelah menjalankan tugasnya di suatu tempat. Ia harus memastikan sesuatu hal karena tugasnya tidak hanya untuk Letta saja. Ada juga untuk orang lain ....
♡
Hay Hay hayyyy gimana nih sama ceritanya🥰
Sampai jumpa besok 🎉
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro