one 'Bath' only
Hari ini kau senang sekali!
Setelah berhari-hari terjebak di rumah sepupu, mengurus anak-anak kecil yang tak ada hentinya mengusilimu--belum lagi mereka mempersempit 'ruang nafas' mu--keluarga besar mengajakmu menuju suatu tempat yang begitu kau impikan.
"Onsen! aku dataaang!!" seru mu melewati jendela mobil yang terbuka. Membuka senyum tawa dalam mobil yang melihatmu seperti anak kecil yang ingin diajak ke taman bermain.
Tempat yang gersang sudah jadi ciri khas kampung halaman mu. Meski cuaca di luar sedang panas-panasnya, saat malam tiba udara dingin akan menerpa segalanya.
Itulah kenapa paman mu memutuskan untuk membuat agenda untuk berendam di onsen.
Bukankah itu terdengar sempurna?
Bayanganmu sudah tak bisa dipertanyakan lagi. Gambar-gambar yang bertebaran di internet membuatmu bergairah. Monyet air panas yang dipelihara khusus oleh pemilik onsen, belum lagi Capybara--makhluk viral itu--juga akan ada disana dengan jeruk-jeruk manis di kepala mereka.
Liburan yang kau idamkan akhirnya tersampaikan. Mimpi mu menjadi kenyataan, dan kau tak sabar dengan itu!
Perjalanan panjang cukup untuk memerintah mentari untuk segera berganti posisi dengan bulan. Dan kau sampai berbadan utuh di dekat onsen tersebut.
Sebelum memasuki onsen, pamanmu mentraktir makan besar agar onsen menjadi 'penutup yang nikmat'.
Puas mengisi perutmu, menyeruput minuman favorit yang kau pesan, kau sudah siap untuk segera berganti tempat pada onsen yang 'kata gugel' ada di dekat situ.
Tapi saat kau menggunakan peta online, sesuatu tampak janggal.
Kau mendongak keatas, melihat bangunan tinggi yang terbuat dari semen, dimana di puncaknya terdapat 'hanya satu' monyet air panas sebelum dia pergi.
Lantas kau bertanya-tanya, dalam internet, onsen itu bukanlah bangunan yang menjulang tinggi, tapi melebar dan terdapat penunjuk 'onsen' di bagian luat.
Saat kau perhatikan lagi tempat itu... kau tak menemukan apapun selain pintu yang terbuka dan bertuliskan 'loker wanita'.
Koordinat onsen sudah benar disana, tak terbantahkan lagi. Dan karena kau sudah terlanjur kesini, tak ada salahnya memeriksa tempat itu lebih dulu.
Saat kau memasuki ruangan itu, terdapat beberapa loker putih bersih dengan peralatan mandi dan pakaian onsen di dalamnya. Beberapanya sudah terisi, berarti ini sungguh sebuah 'onsen', meski kau tak yakin sepenuhnya.
Saudarimu sudah lebih dulu berganti, begitu pula ibu mu. Mentang-mentang pakaian mereka lebih sederhana darimu untuk dilepas, mereka mencicipi onsen itu lebih dulu.
Sementara kau? ya, kau masih menata segala aksesoris, pakaian, dan meletakkannya ke dalam loker secepat yang kau bisa.
Fyuh... akhirnya selesai juga. Mengambil handuk, kau bergegas menuju onsen, dimana saudari dan ibu mu sudah menyelesaikan hangatnya onsen itu.
Sebentar kau bertanya-tanya, seberapa lama kau merapikan loker sampai semua orang sudah menikmati onsen?
Pikiranmu mulai khawatir kau akan tertinggal sendiri. Jadi kau putuskan untuk segera memasuki onsen itu, dan...
"I-ini... onsen?"
Kau tak bisa mempercayai mata mu. Maksudku, bagaimana bisa gambar internet yang bergambarkan berbagai kolam tersebar luas dengan monyet air panas dan capybara itu hanyalah sebuah kolam dan dua lainnya yang lebih kecil dalam ruangan?
Kau tak bisa terima dengan penipuan besar yang ada di internet itu. Tapi mau bagaimana lagi? kau sudah terlanjur ganti pakaian dan datang ke tempat ini dengan ekspektasi tinggi. Tak mungkin kau pergi dengan sia-sia, kan?
Lagipula, 'onsen-onsen'-an ini masih mengepulkan uap hangat yang berarti sungguh air hangat. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali, bukan?
Menghela kecewa, kau dengan handuk kimono yang membalut tubuhmu mulai menyelamkan diri ke dalamnya.
Nafas mu bertemu dengan uap hangat itu. Mengepul-ngepul, melayang-layang diatas udara, mencapai langit-langit ruangan.
Mata mu terpejam sejenak, sebelum mendadak terbuka saat dua orang membuka pintu--memasuki onsen itu.
"Woh, astaga! kukira tidak ada orang, ternyata ada wanita," ujar seorangnya yang tak kau kenal siapa. Dia bersurai coklat hazel, sama sekali tak familiar wajahnya di matamu.
Lain lagi dengan sebelahnya yang menukar tatap denganmu. Potongan rambutnya yang menjabul keatas, belum lagi dua maniknya yang biru semilir zamrud itu.
Kali ini dua lensa mu membelalak. Kau kenal siapa orang itu. Tapi dia tak mengenal siapa dirimu.
"Vash, masuk aja nggak apa. Onsen ini memang onsen umum. Mau gimana-gimana nggak ada pembatasnya," ujar kawannya langsung menceburkan diri ke dalam air hangat.
Vash. Kau tak salah mendengar.
Lelaki yang ramai dibincangkan sosial media yang belum sempat kau jelajah selebihnya itu muncul di depan mata mu! Di onsen yang sama denganmu!
Vash tersenyum miring padamu. Dia jadi merasa tak sopan. Namun apa yang dikatakan temannya ada benarnya. Namanya juga onsen umum.
Dia menundukkan kepalanya sekali padamu, seakan berkata, 'permisi' secara tak langsung.
Menahan hawa hangat yang menyebar dari pipi sampai telingamu, karena yang kau lihat kini bukanlah 'pemandangan alam biasa'.
Bagaimana tidak, mata mu tak bisa lepas dari permukaan dada nya yang tampak dari belahan handuk kimononya.
Tampak semakin jelas lekuk tubuhnya saat kain itu terhanyutkan air hangat, membentuk pinggangnya yang menggoda untuk disentuh.
Air liur kau teguk, saat hela miliknya yang semilir terdengar menggelitik di telingamu, bagaikan desahan terindah yang pernah kau dengar.
Pundaknya yang merileks di tepi onsen itu membuatmu menggigit ujung bibirmu. Seperti apa teksturnya? itu yang terus kau pikirkan.
Kawan lainnya ini banyak sekali bicara, kau akui itu sangat mengganggu. Vash hanya mampu tersenyum miring, dia menghargai topik temannya, tapi tatapannya menyadari ketidaknyamananmu.
"Eh, di sebelah itu ada kolam lain. Aku belum mencobanya. Vash, aku kesana dulu, ya?"
Vash hanya mengangkat satu tangannya, seakan memberi persetujuan. Lantas temannya pergi; kau kembali merasa nyaman dengan kesunyian ini.... dan juga dirinya.
Vash kemudian berbicara padamu.
"Maaf, temanku ramai tadi. Kau baik-baik saja sekarang?"
Kau mengangguk malu. Meski kau terlihat seperti melihat kearahnya, jujur tatapanmu itu malah berlari kemana-mana; ke titik yang kau sukai.
Tiba-tiba saja lampu ruangan mati, bergantikan cahaya kecil dari suatu meja.
"Wow, aku baru tau ini bisa redup begini," teman Vash itu tanpa sengaja menemukan fitur baru onsen itu.
Dari yang kau tangkap, onsen ini sepertinya menggunakan sistem 'pelayanan mandiri' alias 'melayani diri sendiri'. Pantas saja kau tak menemukan pelayan atau penjaga disini. Hanya tempat.
Dengan redupnya penerangan itu, suasana onsen menjadi.... agak berubah.
Pandangan pastinya terhalang, tapi tak semuanya. Pemikiran lain terselip di kepalamu, kau kembali menjatuhkan tatap pada Vash.
Vash membuka handuknya yang menyelimuti pundaknya. Tanpa sengaja, dia membuka kesempatan untukmu.
Vash kemudian menenggelamkan setengah wajahnya ke dalam air hangat yang terasa semakin menggoda itu.
Kau tak bisa lagi menahan diri. Vash yang tampak begitu tenang menjadi sasaran empuk untukmu.
Perlahan, tanpa menimbulkan begitu banyak riak air, kau mendekatinya. Telapak dan jarimu tau bagaimana caranya melakukan ini.
Vash sedikit terkejut saat mendapati dirimu yang sudah begitu dekat dengannya. Dia bahkan mampu melihat mata mu yang seakan terhipnotis sesuatu. Tapi sentuhanmu, rabaan jemarimu membuatnya lemah, melayangkan akalnya.
Dari uung pundak, kau menggeser tanganmu untuk menjelajah leher dan jakunnya, ototnya yang kekar, kulitnya yang kencang, membuatmu ingin mencekiknya--secara lembut dan sensual tentunya. Kau tak ingin menghancurkan atmosfer menyenangkan ini.
Vash mendesahkan suaranya, dia tak menduga kau mulai bergerak ke dadanya. Merasa kau mulai kesulitan untuk meraihnya dalam air, dia mengangkat setengah tubuhnya, mempermudahmu untuk menjelajah ketertarikan seksual yang menggeliat di kepalamu itu.
Tubuhmu semakin gerah melihat tingkah lakunya yang terus mengundangmu. Sesuatu dalam dirimu gatal ingin muncul ke permukaan juga, menyantap Vash yang segar terbuka di depanmu.
Bibirmu mendekati lehernya, sementara tanganmu mengenali tekstur sebidang dada penggairah feromon itu.
"Ah, haah.."
Aneh, pikirmu. Seingatmu, dalam film usia dewasa, lelaki lah yang biasanya memimpin kegiatan ini. Berbeda dari hal mainstream itu, Vash justru yang memberikan dirinya padamu, memberimu kebebasan untuk menyentuh maupun merasakan dirinya.
'Manis sekali. Imut sekali.' batinmu, dengan indra pengecap menghisap tekstur kulit milik Vash.
Dia bukanlah coklat putih. Maupun nama makanan manis yang pernah kau rasakan. Entah kenapa saja, aroma yang dia hasilkan, rasa yang kau dapatkan darinya--melebihi manisan yang pernah kau rasakan sebelumnya.
Berpindah dari leher, dua tanganmu bekerja dengan arah yang berbeda.
Tangan kiri mu terus bergerak turun, membelai pinggang milik Vash.
Tangan kanan mu bergerak naik, menyentuh pipi miliknya.
Diikuti bibir mu yang meninggalkan bebas di lehernya, bergerak mengusap tulang pipi milik Vash.
Sebelum kau mempertemukan tatapmu dengannya, dahi bersandar dahi, dan Vash terhenti dengan tatapmu yang menampakkan keseriusanmu akan semua ini.
Kau tak menyebut namanya. Kau tak ingin kawannya menemukanmu dengannya melakukan ini.
Kau masih ingin melanjutkannya. Kau ingin Vash juga menyentuhmu, seperti bagaimana dia menyentuhmu.
Tatapan Vash awalnya membeku, sebelum akhirny meleleh oleh hangatnya udara onsen. Jarak antar wajah dipotongnya, mendekat, dan mempertemukan jarak antar dua bibir untuk bertemu.
Uap hangat bercampur dengan dua nafas yang mengejar satu sama lain. Berpisah dan bertemu berkali-kali. Menimpulkan suara klik-klak antar pergelutan dua lidah yang berasmara.
Namun Vash tetaplah Vash, dia selalu memenangkanmu.
Tubuh kalian meluncur kebawah bersamaan, semakin sentuhan demi sentuhan diletakkan di titik-titik yang mengubah ilusi dewasa menjadi nyata. Meliar dalam redupnya cahaya.
Seperti dua pasangan yang dipisahkan dengan jarak begitu jauh dalam waktu begitu panjang--kalian membelai tubuh sang lawan; mengusap, meremas, mencubit, memainkan bagian tubuh yang menggiurkan hasrat kalian.
Ingin kusebutkan satu persatu?
Kau mengusap dada dan perut berbentuk milik Vash.
Vash menghisap tengah dadamu saat kau menarik nafas penuh dengan kenikmatan. Dia menurunkan handuk kimono yang menutupi pundakmu. Menampakkan sekujur tubuhmu lebih jernih dan jelas lagi.
Kau mendorong Vash sampai dia bersandar di tepi. Dia tau kau begitu bersemangat menginginkannya.
Vash menarik paha kanan mu, mendekatkan perut kalian berdua yang menyentuh kulit dengan kulit.
Kau masih haus akan dirinya. 'Vash,' bisikmu. Nama yang langka; tak semua punya.
Vash mengecup telingamu. Memainkan geli yang kau rasakan dari tubuhmu. Dia terkekeh manis disana.
Kau menghela nafas nikmat dengan sentuhannya yang menguasai tiap titik sensitif tubuhmu. Lelaki itu tak sepolos yang kau pikirkan. Meski ya, bisa dianggap dia agak amatir.
Pinggulmu, seperti dia menyetrum mu dengan sengatan aneh. Bisikan-bisikannya seperti, 'Disini? bagaimana kalau yang ini? kau menyukainya?' di sisi kiri telingamu.
Kau tak bisa berkata 'tidak' karena semua yang disentuhnya menjawab 'ya'. Menjawab, 'Mnghh..' darimu, melingkarkan lenganmu di lehernya. Dia mendapatkan jawabannya.
Vash terus meraba bagian yang bahkan jarang kau jamah sendiri; selangkang mu.
Kau sekali mendorongnya, tak biasa dengan itu. Namun Vash menarikmu kembali, mengembalikanmu pada kenikmatan baru itu.
Bahkan dia mampu memetik tuts suara milikmu yang tak pernah kau utarakan.
Jamahan dan kecupannya menghujani tubuhmu. Dia menandaimu di setiap titik yang dia cintai.
Kau dengan suara pun desahmu. Menjadi lagu paling sensual yang pernah Vash dengarkan.
Lebih dari lagu-lagu tiap bar yang pernah dia kunjungi; penyanyi solo yang paling dia sukai adalah dirimu. Nafasmu yang menghasilkan lantunan suara penggairah itu; yang terus menyebut namanya.
Kau melompat saat Vash kembali menyalakan rangsangan tiba-tiba dalam tubuhmu. Kesakitan yang kau rasakan, perlahan menjadi kenikmatan tiada tara. Kau semakin menyebut namanya.
Vash bukan lagi Vash yang kau kenal. Dia gila dengan nama-namanya yang terbisik darimu. Dia juga memanggil namamu. Memasukkan kembali lidahnya dalam rongga mulutmu. Menukar cairan yang mengaitkan dua rasa haus itu. Menautkan dua lidah, berakhir kecup-kecupan yang semakin brutal darinya.
Dua suara tenggelam dalam onsen. Hangat airnya mengalahkan panas tubuh dua pasang cinta yang menyebut tiap nama dalam nuansa dewasa. Api seksual yang terus membakar, memompa, menggencarkan gairah untuk melanjutkan semuanya sampai puncak kepuasan tercapaikan.
Kau kehilangan kendali akalmu, begitu pula Vash yang membenamkan tatap miliknya padamu. Seakan dia mencamkan hasrat kuat yang dia rasakan ke dalam lensamu; merasuk masuk ke dalam jiwa mu.
Dia meletakkanmu diatasnya. Mendongak menatapmu sebagai malailat terindah yang dia ketahui saat ini.
Kau merasakan sesuatu bertingkah aneh dibawahmu.
Kau ingin mengetahuinya. Meski hatimu sudah berdetak kencang; jelas dan bukan selain itu lagi.
Sekarang kau sudah menyetirnya sampai tegak-selain-keadilan. Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?
Kau menginginkannya. Dia menginginkanmu. Tidak ada selain itu. Lantas tunggu apa lagi?
Suara-suara dalam hatimu terus mendorongmu untuk melakukannya. Tubuhmu gemetar merasakan milik Vash yang tak lain ada tepat dibawahmu.
Vash meluncurkan dua telapaknya dari pinggangmu, menuju pinggul, sampai terus ke bawah sana.
Dua nafas kalian terdengar begitu dekat. Kau merasakannya mengusap-usap bagian dada mu.
Dia tak yakin, juga dirimu. Meski kedua belah pihak sama-sama mau.
Menarik dan menghembus nafas bersama, Vash mendekatkan dahinya dengan dahimu. Dia tersenyum diantaranya. Menenangkanmu.
Bukan senyuman mesum ataupun bernafsu. Vash memberimu senyuman khasnya. Senyuman yang membuatmu mencintainya sejak awal sosial media menampakkan kelakuan bodohnya, dimana dia masih sempat bergurau dan membuat orang tertawa di masa-masa kritis.
Kehangatannya bukanlah sebagai gairah akan seksual. Kehangatannya adalah bentuk keterbukaannya menerimamu apa adanya; apa yang kau inginkan adalah kebahagiaan yang dia rasakan.
Pikiranmu yang buruk, penuh dengan hasrat meluap-luap itu... terhapuskan dengan lembut olehnya. Kau menghela lagi, menyandarkan dahimu padanya.
Kalian hanya menikmati tatapan begitu dekat sambil merasakan keberadaan dua jiwa yang begitu dekat. Dua hati yang saling berkata 'suka'.... sudah bisakah kusebut 'cinta'?
"Vash," bisikmu lagi. Seakan tak ingin dirinya lepas atau pergi darimu. Kau sungguh menginginkan pria ini.
Perlahan air hangat menyurut. Kau dan Vash menyadarinya. Kemudian...
Klak!
Lampu onsen kembali menyala, yang mana mengejutkan kalian berdua.
"Fiuu~ asik mandinya? pantas saja daritadi aki diabaikan. Aku mau ganti duluan kalau begitu," siulan kawan Vash yang menjadi pelaku lampu menyala itu segera meninggalkan tempat.
Kau dan Vash seketika dilahap rasa malu. Mana lagi kalian lama sekali untuk mengganti posisi sebelum lampu menyala tadi.
* * *
Seusai itu, kau baru membaca papan peraturan onsen yang bergantung di ruang loker pria. Disana tertulis....
Air onsen akan terisi dan terkuras setiap 60 menit sekali. Hal ini untuk menjaga kebersihan air untuk para pengunjung.
Kau baru menyadari sudah selama itu kawannya Vash terabaikan. Sampai kau berpikir yang aneh-aneh kalau kawannya Vash mendengar suara yang tidak-tidak dari kau dan Vash tadi. Kau ingin menolak itu, tapi sepertinya fakta tak bisa terhindarkan.
Menutupi rasa malu, kau bergegas mengganti pakaian tanpa menunggu siapapun lagi. Kau berlari menuju mobil keluarga yang sudah menunggu.
Saudara-saudara mu sudah terlelap karena makanan dan pemandian hangat yang mereka dapatkan. Hanya paman dan beberapa orang dewasa lainnya yang terbangun; sebagiannya sudah menguap dan siap untuk tidur juga. Sisanya hanya supir yang fokus menyetir.
Saat mesin mobil bergetar dinyalakan, melaju membawamu pergi, tatapmu tak bisa lepas dari onsen itu.
Meski tempatnya begitu kecil, kau merasakan kespesialan tersendiri akan tempat itu.
Dan meski kau tak sempat mengucapkan salam perpisahan pada Vash, kau masih berharap akan menemukannya kembali suatu saat nanti.
Dan mungkin... mungkin saja.
Kau akan menyatakan rasamu padanya. Berharap dia juga merasakan hal yang sama.
* * *
Dan Author pun terbangun begitu malu, dengan alarm berlipat ganda yang dimatikannya hanya karena Vash datang dalam mimpinya.
* * *
Cuplikan chat pagi tadi
"ASTAGASTAGASTAGA. AKU KETEMU VASH DI MIMPIIIII 😭✨"
Temen fans Vash : "WHAT"
"AKU TELAT BANGUN GEGARA VANS DOANG LHOOO."
"Mana tema nya itu 'onsen'."
"Dan 'unisex' pula tempatnya."
Teman fans Vash : "NNNNOOOOOO!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
"ONSEEEEEENNNN"
"Mana adegannya semilir dewasa pula"
"NTAR AKU TULIS"
"GAMAU TAU POKOKNYA KAMU HARUS NGERASAIN APA YANG KURASAIN!"
Teman fans Vash : "Aku iri aku bilang🤼🤼"
"lemme finish this in real fast"
Teman fans Vash : "❤"
* * *
Silahkan menyalahkan atau berterimakasih pada makhluk ini.
sc : zerochan.net
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro