Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STARRAWS YOU | STARGA by Dheambaar

| A Romance Mystery Fiction Story |

"Penikmat senja dan sajak, hobi menulis sejak 2018, pecinta travelling." - The Rising Star, Dheambaar

***

Gelap dan pengap, sebuah ruangan yang terasa asing bagi pemilik mata abu-abu itu. Matanya mencari secercah cahaya, tapi nihil indra penglihatnya tak mampu melihat apapun di sekitarnya.

Lelaki itu merogoh saku celananya, mencari sesuatu yang ia bawa setiap saat, mungkin benda itu bisa menyelamatkan hidupnya. Senyum wajahnya mengembang tatkala ia menemukan benda yang dicari. Benda itu terlihat unik karena mengeluarkan lampu warna warni dan berbentuk bintang.

Sungguh aneh, lelaki yang terlihat cool itu memiliki benda lucu di genggaman tangannya. Sangat bertolak belakang dengan penampilannya yang seperti preman, lihat saja wajahnya yang terlihat tegas, rambut ikal berwarna kemerahan yang ia biarkan semrawut, seragam yang berantakan, dan juga sepatu ... Tunggu!! mengapa ia menggunakan sepatu yang bukan pasangannya, lihat saja kaki kanannya memakai sepatu berwarna full hitam sedangkan kaki kirinya memakai sepatu hitam putih. Memang lelaki ber-nametag Staraga Askara Langit itu terlihat aneh.

Kali ini manik mata Star memutar ke sana kemari, ia terlihat bingung dengan ruangan yang terasa asing baginya. Ia berusaha mengembalikan fokusnya dan teringat bahwa tadi ia pingsan karena melihat sebuah cermin. Ini merupakan fobia teraneh yang dimiliki seseorang.

Star mencoba bangkit dan mencari pintu keluar. Ketika sedang mencari jalan keluar, ia menemukan sebuah kotak hitam kotor, besar, dan menunggu untuk di buka terletak di sudut ruangan.

Star mendekat ke kotak itu, dirinya penasaran akan kotak yang terlihat sudah tua. Ia mengusap debu-debu yang melekat pada kotak itu, "Hachim ... hachim." Suara bersin terdengar dari mulut Star, semua ini ulah debu-debu itu.

Sebuah ukiran terlihat di atas kotak itu, namun Star tidak bisa membaca karena tulisan itu berbentuk aksara lama. Namun itu semua tidak membuat Star berhenti mengetahui isi dari kotak ini.

Star mencoba beberapa cara agar bisa membuka kotak itu, dari memakai tenaganya, mendobraknya ke benda lain, hingga mencoba membanting ke lantai namun semua itu gagal.

Tidak ada tombol atau kunci di sekitar kotak itu sehingga membuat Star merasa jengah.

Star berusaha mencari ide, diputar otaknya untuk berpikir. Kali ini ia meraba ukiran aksara itu secara perlahan. Star membayangkan bahwa di sela-sela aksara itu ada suatu hal yang bisa membuka kotak ini. Dan benar saja, ada suatu ukiran berbentuk kunci. Star menekan ukiran itu lalu keluarlah cahaya putih dari dalam kotak.

Star memejamkan mata karena kilauan cahaya itu sangat terang menusuk indra penglihatnya.

Saat dirasa sudah aman, ia membuka mata sipitnya secara perlahan. ternyata hanya sebuah buku yang terlihat sedikit usang di dalam kotak itu. "What! hanya sebuah buku tua!!" geram Star.

Star mengembalikan buku tua itu, dan pergi meninggalkan tempat itu. "Sekarang lebih baik, aku mencari pintu keluar!"

Star mengelilingi ruangan pengap ini, namun ia tidak menemukan adanya pintu keluar, bahkan jendela pun tidak ada.

Gusar, kali ini Star merasakan nyawanya terancam. Ia tak tahu harus melakukan apa, di tendangnya benda-benda yang berada di sekitar, ini kelakuan buruk Star jika ia merasa di situasi paling buruk, atau merasa kesal.

"Awww!!!" jerit Star, ketika dia tanpa sengaja menendang sebuah kotak tua tadi.

Dilihatnya buku itu masih ada di dalamnya, namun lembaran lain sudah terbuka. Star memulai membaca buku itu, sebuah tulisan 'Reinkarnasi' tertampang jelas di sampul itu.

"Reinkarnasi?" tanya Star bingung.

Star mulai membaca bagian awal buku itu.

"Dunia lain terbuka, reinkarnasimu ada, masuklah dan keluarlah bersama titik putih di dalamnya."

Star merasa dibodohi oleh buku ini, apa maksudnya, lalu Star melemparkan kembali buku itu ke dalam kota tua tadi. Tetapi saat detik itu juga, kotak besar tadi mengeluarkan cahaya, dan di ujung kotak itu Star melihat sebuah sinar putih.

Tanpa pikir panjang Star masuk ke dalam kotak itu, ia melucur dan berteriak sangat kencang.

"Awwwwww, tolongggggggg!!!"

Star membuka mata, tubuhnya terasa sakit akibat jatuh tadi. Ia melihat sekeliling di mana dia berada. Namun hanya sebuah pohon yang terlihat di mana-mana dan juga sebuah danau yang terlihat di depan matanya.

"Di mana ini?" Star bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Indra pendengar Star melihat beberapa pasukan kuda menghampiri Star, kali ini tubuhnya sudah dikepung oleh beberapa orang dengan berpakaian prajurit yang sering ia tonton di layar TV-nya.

"Pangeran, Anda tidak apa-apa, mengapa Anda berpakaian aneh seperti ini, sudah satu minggu kita mencari Pangeran!" seru salah satu Prajurit itu.

Pangeran, siapa Pangeran di sini? batin Star dalam hati.

"Mari kita pulang, Pangeran Bintang, Paduka Raja dan Ratu sudah khawatir mencari keberadaan Pangeran," seru Prajurit itu lagi sambil menarik tangan Star.

"Lepaskan, siapa kalian! aku Star bukan Pangeran!!" berontak Star.

"Pangeran bilang apa, ini saya Panglima Darma!" jelas Prajurit. "Mari kita kembali ke Istana, Pangeran. Jangan kabur kembali seperti anak kecil!" Prajurit itu menarik paksa Star.

"Lepaskan! aku mau pulang. Dan kalian salah orang!!!" berontak Star. Namun tenaga Star terlalu lemah melawan Prajutit- prajurit ini.

Manik mata Star terlihat kagum ketika dia memasuki sebuah rumah yang terlihat megah, Ini seperti sebuah kerajaan yang berada di kota tuanya. Sebuah kerajaan yang sering di buat sebagai lokasi syuting.

"Star, Anakku." Seorang perempuan paruh baya memeluk Star dengan erat.

"Anakku, bagaimana kabarmu? dan mengapa rambutmu seperti ini, dan pakaian apa yang kau pakai!" teriaknya sambil melihat aneh dengan cara berpakaian Star.

"Sayang, biarkan Pangeran Bintang istirahat dulu," saran seorang Pria paruh baya.

"Tapi Kanda ...,"

"Sudah, nanti sehabis Pangeran selesai berbenah, kita bisa sambung cerita lagi," timpal lelaki paruh baya itu lagi. "Darma, antar Pangeran ke kamarnya."

Star melewati ruangan yang cukup besar, batinnya berkata, mungkinkah dia benar Pangeran. Lihat saja kini, saat ia lewat beberapa pelayan menyapanya dengan hormat.

"Haya, bantu Pangeran bebenah!" perintahnya kepada salah satu pelayan.

Star saat ini berada di tempat pemandian air panas, matanya bebinar melihat tempat itu.

"Kamu mau ngapain!!!" teriak Star saat pelayan itu mau membuka baju Star.

"Ki-ta, mau bantu pangeran," ucap Pelayan itu dengan sorot mata yang terlihat menakutkan.

Star memeluk badannya sendiri, ia merasa lebih takut dengan para pelayan-pelayan itu.

"Tidak perlu, lebih baik kalian pergi!!" seru Star.

"Ta-pi pangeran ...,"

"Tidak ada tapi-tapi-an, pergilah kalian!" Star mengusir pelayan tadi dan mengunci pintu itu rapat-rapat.

Star mulai berendam di air itu, rasanya tubuh lelahnya terselamatkan dengan itu semua. Ia melihat baju yang sudah tegantung rapi, baju yang terlihat aneh bagi Star.

"Bagaimana cara memakainya?" lirih Star. "Arghhh sebenarnya di mana aku saat ini!!!"

Seperti biasa Star menendang-menendang benda yang berada di sekitarnya, hingga ia menemukan cermin ada di hadapannya, "Arghhhhhhhhh!!! Awaaaassss!!!!" teriak Star dengan keras saat melihat cermin itu. Dan detik berikutnya Star tidak sadarkan diri.

***

"Awasssss!!!!!" teriak Star terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekelilingnya.

"Apa semua tadi cuma mimpi?" batin Star. "Tapi, di mana aku saat ini?" Star mulai duduk dan memegang salah satu kepalanya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya seseorang dari balik pintu.

"Syukurlah, aku kira kamu sudah mati! Habis sudah dua hari kamu tak sadarkan diri," ucap seorang perempuan seenaknya saja.

"Saya ada di mana?" tanya Star pada perempuan itu.

"Kamu di rumahku. Tadi aku melihatmu pingsan di gudang sekolah," terangnya.

"Kalau gitu saya mau pulang!" pamit Star meninggalkan perempuan tadi.

"Eh, Tunggu! Kamu hutang budi sama aku, jadi jangan pergi seenaknya!" Perempuan itu menghalangi Star.

"Kamu mau apa? Jika minta uang, saya tidak punya."

"Bukan itu, Aku cuma mau kamu pura-pura jadi pacarku!!" ucap perempuan itu terdengar gila di telinga Star.

"Maaf nona, aku tidak bisa. Dan saya punya pekerjaan lainnya."

"Tolong, cuma kamu yang bisa bantu aku. Aku mau dijodohkan, dan aku nggak mau itu, untuk malam ini saja, bantu aku," ucap perempuan itu dengan wajah memelas.

Star yang melihatnya pun tidak tega, ia mengingat wajah perempuan yang ada di mimpinya. Seorang paruh baya yang memeluknya penuh kasih sayang.

"Baiklah, untuk malam ini."

Star memakai tuxedo berwarna hitam, dirinya terlihat sangat menawan.

"Wah, tampan juga kamu!" puji Kejora, perempuan yang meminta Star menjadi pacarnya, pacar pura-pura lebih tepatnya.

"Jadi, mau ke mana kita?"

"Acara jamuan para keturunan kerajaan Nespal."

"Nespal?" lirih Star seperti mengingat sesuatu.

"Iya kerajaan terbesar pada zaman dulu. Kamu nggak pernah belajar sejarah, ya? Makanya baca buku sejarah!" teriak Kejora di telinga Star.

Kejora pun tertawa bahagia, Star yang melihat terkesima akan kecantikannya, hatinya berdebar begitu saja.

"Bentar, kayaknya kamu perlu banyak baca buku ini." Kejora mengambil sebuah buku dari dalam tasnya.

Star mengerutkan kening saat melihat buku yang ada di genggaman Kejora, pasalnya buku itu sangat persis dengan yang ia temukan di mimpinya.

"Reinkarnasi?"

"Kamu tahu judulnya? padahal aku belum kasih lihat kamu," ucap Kejora merasa terkejut.

"Tahu ngga, aku suka sama kisahnya pangeran Bintang. Dia pangeran idamanku. Dan juga, dia hebat dia bisa menyelamatkan seorang yang dia cinta dari bahaya. Andai aku punya kekasih seperti dia," jelas Kejora dengan mata berbinar.

"Pangeran Bintang? Kenapa namanya sama dengan nama yang ada di mimpiku. Mungkinkah aku Reinkarnasinya?" ucap Star dalam hati.

"Aku, sudah rapi belum?" tanya Kejora sambil memberikan sebuah cermin kepada Star. Star yang melihat benda itu pun berteriak, dan melemparkan cermin itu, dan detik berikutnya Star tidak sadarkan diri.

***

"Pangeran, kamu sudah sadarkan diri," tanya seorang perempuan dengan nada khawatir.

Bukan Kejora yang dilihat bintang, melainkan seorang perempuan paruh baya yang dia lihat dalam mimpinya. Tunggu? Mimpi? mungkinkah ia sedang bermimpi? mengapa ini aneh sekali.

"Dinda, biarkan tabib memeriksa pangeran terlebih dahulu."

"Baik Kanda."

"Aku ... Aku tidak apa-apa, tidak usah di periksa," ucap Bintang bangkit dari tidurnya. "Aww ...," Teriak Bintang sambil memegangi Dada sebelah kirinya.

"Jangan bangun dulu pangeran, lukamu belum sembuh." Tabib itu menidurkan Star kembali.

"Aku, kenapa?" tanya Star bingung.

"Tadi, kamu diserang oleh musuh saat menyelamatkan Putri Senja," jelas Raja.

"Aku suka pangeran Bintang, meski dia tetlihat kaku, tapi dia baik. Dia menyelamatkan seorang perempuan saat terjadi perang. Meski tubuhnya penuh luka, dan jantungnya terkena panah, namun pangeran tetap menyelamatkan perempuan itu. Romantis, bukan?"

Star mengingat perkataan Kejora, mungkinkah ini yang Kejora maksud?

"Putri Senja?"

"Iya, Putri dari Raja Hans. Musuh kita. Ibunda tak percaya, kamu rela menyelamatkan anak dari musuh kita. Jadi begini, kan? Banyak luka di sekujur tubuhmu," jelas Ratu sambil mengeluarkan air matanya.

"Maafkan aku," ucap Star dan menghapus air matanya.

Kali ini Star sudah bisa berjalan, ia mengelilingi kota yang masih terlihat asing.

Star tidak sendiri, karena ada Andreas yang merupakan pengawalnya.

Star melihat sebuah Telaga yang begitu indah, apalagi hamparan bunga Lotus yang berwarna-warni membuat telaga itu lebih menawan.

"Pangeran, kita tidak boleh ke area sana. Karena itu daerah perbatasan, milik kerajaan Hans." Andreas menghalangi langkah Star.

"Hanya sebentar, lebih baik kamu tunggu di sini saja."

"Tapi, Pangeran ...,"

"Sudah, tidak usah khawatir. Aku akan baik-baik saja. Aku hanya ingin mengambil bunga Lotus itu, habis itu kita kembali ke kerajaan," ucap Star lalu pergi meninggalkan Andreas.

Star membaca sebuah papan di pintu Telaga itu.

"Jangan mendekat, atau ada buaya yang menerkammu!"

"Buaya? Bahkan aku lebih takut cermin!" seru Star dan memasuki telaga itu.

Langkahnya terhenti tatkala ia mendengar senandung indah, ia melihat seorang sedang menari begitu indah.

"Cantik," ucap Star dengan lirih.

Tanpa sadar Star terhipnotis oleh tatapan mata perempuan itu, dan wajahnya sangat cantik seperti Kejora.

"Siapa kamu?" tanya perempuan itu saat melihat Star di balik pohon.

Perempuan itu mendekat, ke arah Star, dan ia menodongkan sebuah pedang ke arah Star.

"Kamu ...," Perempuan itu menggantungkan ucapannya, ia menyimpan kembali pedang itu.

"Aku kira, kau buaya yang ingin memakanku," ucap Star sambil tersenyum ke arahnya.

"Jika kau tahu ada buaga yang akan memakanmu, mengapa kau masuk ke sarangnya?" sindir perempuan itu.

"Karena, aku ingin berkenalan dengannya. Mencuri hatinya dan membawanya ke dalam hidupku."

"Berarti kamu harus mengorbankan dirimu, sebab pemiliknya saat ini sangat kejam," lirih perempuan itu, dan berlari meninggalkan Star.

"Aku akan berusaha sekuat tenagaku!" teriak Star lalu pergi dari telaga ini.

"Pangeran, tidak apa-apa?" tanya Andreas ketika Star kembali.

"Aku tidak apa-apa, hanya saja jantungku berdebar begitu hebat, padahal aku sering melihatnya, namun kenapa auranya di sini begitu berbeda," terang Star membuat Andreas bingung dengan perkataannya.

Star kembali ke Istana dengan wajah yang merona, senyumnya selalu ia perlihatkan kepada siapa saja yang ada di depannya.

"Sepertinya, ada yang sedang jatuh cinta?" tegur Ratu ketika melihat Star yang sedang tersenyum sendirian.

"Ibunda, bikin kaget saja."

"Jadi, perempuan mana yang sudah bikin putraku tersenyum secerah ini?" tanya Ratu sambil memegang gemas pipi Star.

"Tidak ada perempuan, cuma Ibunda perempuan yang Bintang sayang." Star memeluk Ratu dengan manja.

Entah kenapa, Star bahagia berada di dunia yang masing asing baginya, pasalnya ia bisa merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Tidak seperti di dunianya, Star tinggal seorang diri. Bahkan, Star tidak pernah tahu rupa orang tuanya, karena Star sejak kecil dibesarkan di panti asuhan.

"Maaf mengganggu, Ratu, Pangeran. Raja, memanggil di ruang keluarga," ujar seorang pelayan.

"Baiklah, terima kasih, Haya."

Senyum yang tadi menghiasi wajah Star, kini berubah begitu saja ketika dia mendengar sebuah perjodohan dari Ayahnya. Star berusaha menolaknya, tapi tetap saja ia tidak bisa.

"Ini demi rakyat kita, Pangeran. Jadi, kamu harus menjalaninya," titah Raja.

"Ibunda tak bisa menolongmu Star, sebab ini sudah menjadi tugasmu," lirih Ibunda.

***

Star menggantungkan kaca mata bolongnya begitu saja, kali ini ia sedang dilema memikirkan sesuatu hal yang baru saja iya dengar. Star tak tahu harus melakukan apa, dia tak punya bukti atau apa untuk mengadunya kepada Raja. Dan Star yakin jika ia mengadu, itu hanya akan membahayakan dirinya.

Star pun teringat sesuatu ....

Di sebuah koridor belakang Istana, Star berjalan sendirian. Ia merasa kesal dengan keputusan sepihak ini. Tiba-tiba ia mendengar sebuah tawa dari sudut bangunan di sebelahnya.

"Kerja bagus. Aku bangga, dengan begini, kita bisa menjadikan Tere Permaisuri." Star mendengar ucapan itu dari seorang lelaki yang sangat di percayai Ayahnya.

"Lalu Panglima, bagaimana jika Pangeran menolak?" tanya seseorang yang bersama dengan lelaki itu.

"Itu tidak bisa terjadi, karena Aku sudah menghasut Raja. Aku bilang, Pangeran menyukai Putri Senja, dan aku sangat percaya, Raja akan sangat marah, dan dia tidak akan membiarkan Pangeran lolos dari pertunangan ini,"

"Kalau begitu ini jalan mudah, untuk kita merebut tahta kekaisaran. Tere akan menjadi permaisuri, dan kita bisa satu persatu menjatuhkan keluarha kerajaan ini, seperti kita membuat kerjaan ini bermusuhan dengan kerjaan Hans."

Star mulai geram dengan apa yang ia lihat dan dengar itu, namun ia tak bisa melakukan apa-apa.

Star mengunjungi sebuah Telaga yang ia lihat tempo itu, ia berharap bisa bertemu dengan Putri Senja. Di lihatlah sekeliling Telaga itu tampak sepi, sepertinya memang Pilutri Senja tak ada di sini. Saat Star melangkahkan kakinya untuk pergi, seseorang menghalangi Star.

"Kau mencari aku bukan?" tanya orang itu dengan senyum indahnya.

"Aku kira, kau tidak ada di sini."

"Aku sengaja bersembunyi, dari lelaki penggombal sepertimu!" ucap Putri Senja membuat Star tertawa. "Namun, aku urungkan lagi, karena aku ingin minta penjelasan padamu tentang rumor yabg beredar," ucap Putri Senja lagi dengan wajah bersedih.

"Kau sudah mendengarnya, ternyata begitu cepat."

"Jadi, itu benar?"

"Aku dijodohkan, dan tidak bisa menolaknya," ucap Star membuat Putri Senja bersedih. "Tapi, aku harus membatalkannya, karena aku hanya mencintaimu, dan aku butuh pertolonganmu," ujar Star sambil memgang tangan Putri Senja.

"Aku akan membantu sebisaku, Pangeran." Senja memeluk Star begitu erat.

"Aku percaya, takdir membawaku kemari, untuk memberbaiki apa yang seharusnya terjadi. Dan takdir Pangeran Bintang ialah Putri Senja, seperti apa yang di harapkan Kejora," gumam Star dalam hati.

Kini Star dan Putri Senja merancang ide, agar bisa mengalahkan musuhnya itu. Star sudah memberitahu, bahwa permusuhan antara keluarga mereka adalah rencana dari Panglimanya.

"Aku akan menanyakan kepada Ayah terlebih dahulu, apa yang terjadi dengan pertikaian ini," ujar Putri Senja.

"Aku juga berusaha, membujuk Ayah dan Ibunda. Dan mencari bukti untuk melemahkan musuh kita," seru Star.

"Jaga diri baik-baik, karena aku tak mau kau kenapa-kenapa," cemas Putri.

"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja."

***

Star berusaha mencari tahu siapa Panglima kesayangan Ayahnya ini, mengapa ia dengan tega merencanaka sesuatu yang kejam pada keluarga Kerajaan.

"Pangeran memanggil saya?" tanya Panglima berusaha baik kepada Star.

"Iya, mari kita minum Panglima, Aku dengar kamu, paman dari Putri Tere? Aku butuh informasi mengenainya." Star berusaha memancing Panglima.

"Benar Pangeran," ujar Panglima dan mulai menceritakan kebaikan-kebaikan Putri Tere.

"Wah, dia Putri yang sempurna. Berarti dia jodoh yang tepat untukku, mari bersulang Tuan!" Star tersenyum licik kepada Panglima.

"Iya, dia memang putriku yang sempurna," ujar Panglima tanpa sadar mengucapkan itu.

"Putri? Bukankah kau bilang di ponakanmu?" tanya Star, setelah ia yakin bahwa Panglima Darma sudah masuk ke dalam perangkatnya.

Star memasukan sebuah obat mabuk yang ia dapatkan dari tabib kerajaan. Dengan begini Ia bisa membongkar kejahatan Panglima Darma.

*****

"Sial!!! Jadi selama ini Dia membohongiku!!" geram Paduka Raja, saat mendengar sebuah rekaman dari Star.

"Sabar, Ayah. Mari kita balas kejahatan Panglima, sekarang Ayah pura-pura saja tidak tahu kebenarannya," ujar Star berusaha menenangkan Ayahnya.

"Maafkan Ayah, Bintang. Andai Ayah tahu bahwa ini semua rencana busuk Darma, Ayah tak akan membuatmu menikahi putrinya itu," sesal Raja.

"Aku tidak apa-apa Ayah, ini belum terlamabat. Dan Star punya rencana," bisik Star pada Raja, dan menceritaka apa saja rencananya.

"Jadi, Ayah harus kerja sama, sama Raja Hans? Bagaimana bisa, kita bermusuhan sejak lama!!" tolak Raja.

"Maka dari itu, Ayah harus memperbaiki kesalahan Ayah pada Raja Hans. Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk mengungkapkan kejahatan Panglima Darma," bujuk Star.

"Baiklah, malam ini Ayah akan bertemu Raja Hans."

Malam harinya Raja memenuhi janjinya, ia bertemu dengan Raja Hans. Raja tidak sendiri melainkan ia di temani Star, begitu juga Senja yang menemani Ayahnya.

"Aku di sini mau mengucapkan maaf, maafkan aku yang menuduhmu mencuri aset pulau Dirgata, sekarang aku sudah tahu kebenarannya." Raja berlutut pada Raja Hans. Sangat terlihat jelas bahwa ia sangat menyesal.

"Berdirilah, Aku sudah memaafkanmu. Dan aku juga mau berterimakasih padamu, berkat Putramu, Putriku masih hidup. Ini semua hanya kesalahpahaman kita," ujar Raja Hans sambil membangunkan Raja.

"Terimakasih, kau memang sahabatku Hans," Raja memeluk Raja Hans, dan mereka tertawa bersama.

"Jadi, Aku sudah mendengar dari Senja, bahwa Darma di balik kerusuhan ini semua? Kalau begitu kita harus bisa menghukumnya!" ancam Raja Hans.

"Iya, aku tak percaya, ternyata orang ke percayaanku adalah musuhku."

"Jangan khawatir, aku akan membantumu!! Sekarang kita rebut kembali Pulau Dirgata."

Kini mereka berempat menyusun strategi untuk merebut kembali apa yang mereka miliki.

"Baik, itu rencana bagus." Raja menyetujui usul cemerlang ini.

******

Star merasa bahagia karena bisa membongkar kejahatan Panglima Darma. Star jadi berpikir mungkinkah kedatangannya ini untuk merubah masa lalu. Tapi, bagaimana dengan di dunianya kini. Ia merasa rindu kepada dunia yang di sana, terlebih kepada Nenek angkatnya yang sudah merawat dia dari lahir.

"Mungkin, aku harus pergi dari sini," ucap Star dalam hati.

Star pun melangkahkan kaki ke kamarnya. Ia mencari sesuatu di sekitar kamarnya. Senyum Star mengembang tatkala dia melihat alat yang dia cari. Sebuah cermin, meski hanya Cermin Star yakin itu bisa membuatnya kembali ke dunia asalnya.

"Reinkarnasi, kembalikan aku pada duniaku," ucap Star. Namun nihil, tidak ada sesuatu yang terjadi pada Star.

Star terus mencoba, namun tidak bisa pula. Keringat dingin sudah memenuhi badan Star, tangan yang gemetar karena berusaha untuk tidak takut kepada cermin yang sedang ia pegang, hingga pada akhirnya keluarlah sebuah cahaya, yang memanggil namanya.

"Star!!!" sebuah teriakan memenuhi indra telinganya.

"Kamu tidak papa?" ucapnya lagi.

"Senja?" tanya Star.

"Senja? kamu mimpi putri Senja ya." Tawa sosok yang berada di samping Star.

"Jadi? kamu kejora? Aku kembali?" tanya Star dengan bahagia. Ia pun memeluk Kejora.

"Kembali? kembali dari mimpi maksudmu?" tawa Kejora. "Dari tadi kamu di sini, padahal aku lagi cerita tentang Putri Senja dari buku ini. Atau jangan-jangan kamu mimpi jadi pangeran bintang ya?" ucap Kejora lagi dengan tawa semakin keras.

"Kamu ngga tahu aja, di jaman dulu aku adalah pangeran, dan di dunia sekarang aku adalah Star yang akan mencintai Kejora sepenuh hati," ucap Star membuat Kejora bungkam.

"Mak-sudmu?"

"Aku menyukaimu Kejora, Aku tidak mau orang lain yang menjadi milikmu, jadi maukah kau terima aku, meski aku bukan pangeran, meski aku bukan keturunan Raja, meski aku hanya orang biasa, maukah kau menemaniku?" ucap Star.

"A-ku, tidak tahu. Tapi, Aku nyaman saat bersamamu, dan meski kamu bukan lelaki impianku, aku mau mencoba hidup bersamamu, karena pada dasarnya Kejora hanya milik Star," ucap Kejora.

"Dan Star milik Kejora," ujar Star.

Dan mereka pun tertawa bersama.

Hidup itu tidak ada yang bisa ditebak, tapi kita harus jalani apa adanya.

***END OF STARGA***

K O L O M N U T R I S I

1. Menurutmu, apa itu reinkarnasi?

2. Apa kamu percaya reinkarnasi? Mengapa?

3. Apa pendapatmu terhadap cerita STARGA?

***

Terima kasih kepada seluruh partisipan yang sudah mengirim ILUSTRASI KARAKTER STAR (batas submit hari Rabu, 20 Maret 2019, pk 13.13 WIB). Mohon menunggu pengumuman pemenang paling lambat akhir Maret 2019.

***

Mari terapkan budaya baca cermat, memberi masukan dengan santun juga bijak, serta menghargai keberagaman dalam berkarya dan perbedaan pendapat, seperti yang terdapat dalam aturan dasar RAWS Community. Be wise.

***

Sudahkah kamu vote cerita dan follow penulisnya?

Scroll/Swipe untuk membaca bab selanjutnya dari antologi cerpen Once Upon A Time in STARRAWS

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro