Close to Me: Part 3
"Akupun tidak menyukai pesta. Bila saja ini bukan alasan agar aku bisa bertemu denganmu, aku tidak akan datang. Terlalu banyak orang-orang busuk di sini."
Lelaki ini memakai masker hitam untuk menutupi wajahnya.
"Kita pergi."
Dan kurasakan pergelangan tanganku ditarik oleh tangan yang cukup besar. Aku terburu-buru menyamai langkahnya yang lebar-lebar itu.
Apa-apaan dia ini?!
"Hei!!! Mau ke mana?!!"
Dan kami terhenti ketika melihat beberapa petugas keamanan fakultas menghadang kami. Pikiranku kosong beberapa detik, hingga kembali kurasakan tanganku ditarik oleh lelaki ini, menyeretku ke bagian kiri luar aula. Benar-benar, aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Aku hanya bisa mengikuti lelaki yang berlari ini dengan petugas keamanan yang mengejar kami.
"Bersiap untuk pegangan."
Dia berhenti dalam sekian detik. Kurasakan tubuhku melayang, tidak lagi menginjak lantai.
"Pegangan lebih kuat!"
Dia menggendongku!
Aku tidak mampu menatap matanya karena sangat malu dengan posisi sedekat ini. aku hanya bisa memejamkan mata.
"Tuhan, kumohon padamu!!! Aku tidak mau mati mudaaa!!! Aku belum pernah menang turnamen, hanya nyaris menang!!!"
Aku tidak sadar bibirku komat-kamit mengucapkan harapanku. Samar aku mendengar kekehan dari lelaki yang menggendongku ini, dari balik maskernya.
Oh Crap!!!
"Mengapa kau terta... WHAAAA!!!"
Tubuhku. Melayang. Melewati. Dinding. Pembatas!
Sepersekian detik aku hanya memejamkan mata kuat-kuat, menguatkan peganganku ke lehernya.
Aku benar-benar merasakan tubuhku terbentur... sesuatu? Atau seseorang?
Sangat sulit membuka mata!
"Hei, kau berat."
Tiga kata itu. Tiga kata. Yang membuat kesadaran kembali padaku. Perlahan, aku membuka mata. Menaikkan kepala, mendapati tubuhku tepat ditopang oleh lelaki yang menggendongku dari tadi.
Astaga.
Matanya terpejam dengan mengernyit, seperti menahan sakit.
Debar dari dada sebelah kiriku benar-benar tidak karuan--karena berlari, gugup dan merasa ini pertama kalinya terlalu dekat dengan orang yang tidak dikenal.
Perlahan aku beringsut dari rebahanku, tetapi masih duduk di kakinya.
Ia pun bangun dengan ringisannya yang... yah, tentu sakitnya berkali lipat karena terbentur lantai dan ditimpa tubuhku.
"Kau tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa apanya?!" jawabnya dengan kupikir penuh emosi.
"Ah, maafkan aku dengan pertanyaan konyolku itu. Jadi, aku mendengar kau memanggilku dengan panggilan Dangerous Love. Apakah kau JackForest?"
"Bisakah kau menyingkir terlebih dahulu dariku?" pintanya, kudengar ia sedikit memelas.
Dan setan apakah yang merasukku kali ini sehingga aku malah mendekatkan tubuhku padanya, menatap kedua matanya dalam dan menyeringai?
"Buka maskermu."
"Apakah dengan membuka maskerku, kau akan menyingkir dariku?" tanyanya kembali, dengan sedikit terengah.
"Tergantung dari tindakanmu."
Sebenarnya siapa yang sedang berbicara inii?! Ini seperti bukan aku!!
"Berani juga kau, Puan. Kupikir kau bukan wanita yang nakal seperti ini."
Maka, lelaki itupun membuka maskernya, meletakkannya sembarang.
Dan kini akulah yang dibuat terkejut.
Lelaki itu, yang "menculik" ku ini....
"Gusion?!"
"Mengapa kau terkejut?" tanyanya, dengan menaikkan sebelah alis.
Tidak, tidak. Aku tidak boleh terlihat canggung. Aku harus se-keren mungkin di depannya.
"Jadi," dasinya yang masih menggantung itu kutarik, dengan wajahku yang semakin dekat padanya.
"JackForest itu kau, Gusion?"
"Ya, itu aku, Dangerous Love." Senyumnya, yang miring itu... terlihat sangat keren di depanku. Dasar sialan!
"Halo, fans. Aku tahu aku tampan, tetapi jangan terlalu lama menatapku seperti itu. Nanti kau jatuh cinta."
Pernyataan sok nya itu tidak membuatku semakin gugup atau bagaimana, aku malah menjadi bersemangat?!
Seseorang, ini bukan aku, tolong!
"Bagaimana bisa aku jatuh cinta padamu, hmm? Kita baru bertemu hari ini. Ya, aku memang fansmu, tetapi aku tidak mudah menyatakan cinta seperti fans gilamu itu!"
"Wowowow, Baby. Setahuku kau sangat santai dan ramah di game. Kau cukup sensitif rupanya. Dan kejadian tadi, menjawab empat perempuan berisik itu, lalu menendang kursi-kursi. Ternyata kau juga sangat pemarah. Aku jadi semakin tertantang."
"Tertantang untuk?"
Dan secara tiba-tiba tubuhku melayang, sangat cepat hingga aku baru menyadari aku terbaring di lantai dengan Gusion yang tepat menghadapku menyeringai.
"Tertantang untuk... memilikimu, misalnya?"
Holy crap!
Ulu hatiku rasanya sungguh nyeri disertai perutku yang seakan berteriak "Mayday, Mayday!!!"
"Ap-apa yang kau lakukan?! Tolong m-menyingkir dariku!"
Perasaan ini, aku yang canggung dan kaku... mengapa kembali di saat yang tidak tepat?!
"Kau pikir apa yang akan dilakukan seorang perempuan dan laki-laki berdua di tempat sepi?"
Ini tempat yang benar-benar sepi, seperti yang ia katakan. Kemungkinan kecil aku bisa selamat dari apapun yang ia lakukan atasku.
"Umm, anu. Biarkan aku mengobati kepalamu. Pasti sakit karena terbentur, kan?" Aku hanya bisa mengeluarkan senyuman garing.
Tanggapannya?
Ia hanya mengangkat satu alisnya, kemudian berkata, "Anak pintar."
Dan menyentil dahiku.
"Aduh!"
Cukup kuat sampai membuatku mengaduh.
Ia bangun dengan aku yang beringsut duduk, mencoba menetralkan degup jantungku yang tidak mau berdetak normal sedari tadi.
"Ayo bangun. Kau bilang tadi mau mengobati kepalaku."
Ia mengulurkan tangannya padaku, dengan aku yang menyambutnya. Lumayan membantuku untuk bangun.
Kutepuk-tepuk pakaianku yang terkena debu. Tidak ada siapa-siapa selain kami berdua. Barangkali petugas keamanan fakultas telah berhenti mengejar kami. Dan aku kembali mengikuti langkahnya yang lebar-lebar itu. Masih memegang tangannya. Sial. Kupikir wajahku benar-benar memerah sekarang.
Ia tidak menoleh padaku sampai kami sudah berada di depan dengan penerangan lampu jalan. Aku baru ingat bahwa samping aula ini adalah minimarket kampus. Kebetulan yang sangat menguntungkan.
Ia menyeret sebuah kursi, mendudukinya dengan mengurut kepalanya.
"Tunggu aku, aku akan berbelanja."
"Pakai kartuku saja." Ia meminta sambil mengeluarkan dompetnya dari saku celana.
"Tidak, tidak. Aku yang harus membayarnya."
Aku mempercepat langkahku ke dalam minimarket ketika kurasakan seperti ada yang mengganjal saatku berjalan. Aku memiliki firasat cukup buruk untuk ini. Maka, dengan cepat aku berbelok ke kamar mandi.
Dan benar saja, setelah ku memastikan firasatku tadi. Yang juga menjadi jawaban mengapa aku menjadi aku yang tidak biasa malam ini. Mengapa aku menjadi sangat pemarah dan cukup "berani" hingga aku sendiri tidak menyangka dengan segala tindakanku. Mengapa aku kemarin mengalami sakit kepala hebat bahkan setelah meminum obat dengan dosis yang ditinggikan.
"Kau lama." Gusion mengeluh dengan kulihat ia terlihat heran ketika melihatku keluar dari minimarket.
"Maaf." Aku hanya membalas sekenanya dan mengeluarkan spray pereda nyeri dan benda yang kubeli lainnya.
"Ada apa?"
"Err, tadi. Aku sedikit lama, karena aku...,"
Dengan tidak enak hati kulanjutkan perkataanku karena ekspresinya yang menuntut jawaban.
"perlu memasang tampon."
Dan lelaki di depanku inipun menepuk dahi.
TBC
A/N
segini dulu yaa, besok mungkin tambahannya sampai benar-benar ending😂
maafkan kalau alurnya kecepetan, ini sungguh susah, beneraaan. tetapi otor tetap ingin berusaha buat bikin😂
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro