Close to Me: Part 2
"AAARGH!!! SANGAT PELIIITTT!!!" raungku dengan mengempaskan kepala ke sandaran kursi.
Kuakui dia memang hebat, selama bermain denganku hampir tidak pernah meleset dalam membidik musuh. Perhitungannya sangat presisi, selalu melindungi dan memberikan medic kit bahkan bila aku tidak memintanya. Kupikir wajar dia bisa berteman dengan DangerousLaison, pemenang dalam game ini di mode All-Kill Match mewakili universitas kami dalam kompetisi antar-universitas. Dan pemilik akun DangerousLaison itu adalah Gusion, seangkatan denganku di tingkat 6 program studi Ilmu Bisnis kelas B, sedangkan aku program studi Kesekretariatan. Yang kutahu, Gusion itu tergolong tidak banyak bicara dan cuek. Cukup terkenal karena wajahnya yang kata orang-orang mirip idol Korea, ditambah gelarnya itu, semakin terkenal lah ia. Dan semakin jauh jarakku untuk mendekatinya.
Aku hanya bisa menunjukkan rasa kagumku padanya dengan mengubah usernameku menjadi DangerousLove❤, berpikir suatu hari ia akan menerimaku di friendlistnya dan mengajakku bermain bersama. Sialnya, satu jalan yang ingin kutempuh itu pupus saat JackForest tidak mau mengajaknya.
Aku mengambil undangan di atas meja. Awal Layla mengajak tadi membuatku ragu, karena aku sangat benci pesta. Tiap aku hendak berbicara dengan temanku yang sangat sedikit itu, mereka berbicara dengan temannya yang lain atau mendekat dengan pacar masing-masing. Akhirnya, aku menyendiri di dinding samping pintu, berharap dapat pergi secepatnya dengan menutup telinga. Gosip-gosip, pembicaraan tidak berguna mengenai pakaian siapa yang paling mahal malam itu, menertawakan pakaian orang yang terlihat aneh, atau lelaki mana yang terlihat bersinar malam di pesta. Dan aku hanya bisa mengasingkan diri di balkon tempat pesta bila ada.
Sayangnya, tiap aku hendak menghindari pesta, Layla selalu mencegah. Dan ancamannya tidak main-main. Dulu aku pernah mengikuti turnamen online mode Battle Royale dan tidak menghadiri pesta, botol parfum The Gamers Limited Edition milikku dihancurkannya hingga pecah. Aku marah besar kala itu, dan akhirnya malah ia yang menangis karena takut dibentak. Sejak saat itu pula, aku tidak ingin lagi menghindar dari pesta.
Ditambah hal ini, ajakan JackForest bertemu. Aneh, jantungku berdegup tidak beraturan terasa lebih cepat dari biasa saat mengingat hal itu.
Kebaikan-kebaikannya yang seperti biasa—kupikir lagi, tidak demikian. Dia memperlakukanku berbeda dengan temannya yang lain. Misalnya, dia akan memberikan medic kit hanya bila diminta temannya. Begitupun bila aku mati lebih dulu.
Setelah selesai ia akan menghubungiku lewat chat dan meminta maaf karena tidak bisa melindungiku. Dia sering memintaku untuk menghidupkan voice in-game, tetapi aku menolak karena headphone ku rusak. Nyatanya, headphone ku baik-baik saja. Itu hanya alasan karena aku takut merasa canggung, ataupun bicara hal yang tidak perlu pada lelaki yang tidak kukenal. Lelaki yang terlalu baik padaku hingga aku merasa diistimewakan.
Ah, apa yang kupikirkan. Akupun terheran pada diriku sendiri mengenai apa yang dirasakan. Bermain bersama secara online, tetapi perasaannya sampai dunia nyata. Sangat konyol.
*
"Oh damn!!!"
Aku melemparkan tasku sembarang ke ranjang, hingga buku-buku berserakan. Aku tidak lagi peduli.
Setengah jam lagi pesta sialan sekaligus mendebarkan itu dimulai, dan aku baru saja tiba di kamarku. Belum mandi dan kelelahan karena sibuk dengan tugas kelompok yang telah mencapai deadline. Untungnya kami bisa mengirimkannya di last minute. Terkutuklah kelompokku yang isinya orang-orang pejuang deadline.
Kulirik sekilas ponselku terus berdering dengan nama Layla tampak di display. Aku tidak lagi peduli, yang pasti hal pertama yang harus kulakukan adalah mandi dan bersiap.
*
"Sial! Sial Siall!!!"
Entah berapa kali aku mengumpat hari ini. Dimulai dari setelah aku mandi, hairdryerku meledak di tengah-tengahku mengeringkan rambut sampai satu asrama gelap karena arus listrik terganggu dari hairdryerku. Terpaksa aku naik tangga untuk membalikkan tombol sakelar di lantai 3 yang terkenal akan keangkerannya. Untung saja tidak terjadi apa-apa. Dan aku harus terjebak dalam macet selama kurang lebih 15 menit karena kecelakaan bis. Untungnya sekarang aku telah berada di depan lobi aula fakultas, tempat diadakannya acara prom-ah entahlah aku tidak peduli apa namanya.
Aku menghampiri meja tamu yang kupikir mereka adalah adik tingkatku--tidak tahu siapa namanya. Kuberikan mereka undangan yang kupunya. Satu orang memeriksa undangan, dan satu lagi memandangku penuh heran, entah apa di pikirannya. Karena pakaianku, kah?
Tidak lama, aku diberikan kode nomor kursi: 215, tepatnya. Baru hendak masuk ke dalam ruangan, kurasakan tendangan kecil mengenai kakiku.
"Hei, no-life girl. Untuk apa kau ke sini kalau akhirnya kau menyendiri di pojok ruangan, meratapi nasib?!"
Kudengar mereka tertawa terbahak, menutupi mulutnya dengan sok anggun. Tawa mereka tak ubahnya seperti tawa nenek sihir yang menyelesaikan ramuannya untuk meracuni sang putri dalam dongeng.
Aku hanya bisa memutar mata, menahan sabar. Yah, aku tahu mereka. Empat orang. Dimulai dari Selena dan saudaranya Karina, Alice dan Karrie. Empat pengganggu, sok cantik dan penjilat dosen. Tawanya benar-benar membuatku ingin mencari wadah lalu muntah di sana.
Tanganku terkepal kuat, ingin kuhajar mereka satu-persatu. Namun, aku masih ingin menahannya dan berpikir untuk segera mendapatkan bangkuku.
"Mau pergi ke mana?"
“Oh ya ampun, ini seperti kisah di novel picisan saja. Seorang anak cuek-pendiam dihalangi sekelompok gadis populer dalam pesta, pakaiannya disiram jus, kemudian pulang dalam keadaan basah dan menangis. Lalu pangeran penyelamat datang dan....”
PLAKKK!!!
Tangan kiriku menangkis pukulannya yang nyaris mengenai wajahku.
"Perhatikan perkataanmu, Bitch."
Tidak mau kalah dengan umpatannya, aku menjawab.
"Aku tanya padamu, Sayang. Apa kau punya cermin di rumah?"
Kuberikan senyum termanis yang pernah kuberikan, yang kemudian berubah seringai. Kulihat wajah mereka yang seperti diberikan shock therapy, mundur selangkah.
"Terkejut dengan balasanku, hmm? Jangan kau pikir orang cuek sepertiku ini lemah. Dan lagi, kau pikir aku menyukai pesta ini?!"
Tangannya yang kupegang, langsung kulepaskan kencang, hingga Selena menjerit sakit.
Darah di kepalaku benar-benar terasa mendidih. Aku meyakini bahwa wajahku sangat memerah sekarang.
"AKU BENCI PESTA, SIALAN!!! KALIANLAH YANG MEMBUAT KAMI, ORANG-ORANG CUEK INI MALAS MEMBAUR DENGAN KALIAN!!! AKU MEMBENCI KALIAN YANG BERGOSIP, AKU MEMBENCI KALIAN YANG MEMBUAT TINGKATAN DERAJAT TEMAN KALIAN SENDIRI!!! KALIAN SEMUA MUNAFIK!!!"
Untuk kedua kalinya selama hidupku, kemarahanku tidak lagi dapat kukendalikan. Kakiku rasanya terasa gatal untuk tidak menendang sebuah kursi pun di sini. Dan mereka berteriak-teriak karena beberapa kursi berguling di hadapan mereka. Rasakan!!!
"Mengapa kau merusuh tidak mengajakku, hmm? DangerousLove?"
Kurasakan seseorang berbisik di telingaku. Dan kelopak mataku melebar ketika kulihat seorang lelaki berpakaian merah menendang meja yang penuh dengan gelas minuman yang jatuh pecah berserakan.
Perempuan di sekitar meja berlarian, berteriak histeris. Lelaki di dekatnya hanya melongo, sambil merekam perbuatannya.
"Ap-apa yang kau lakukan?!"
Dan kini aku yang dibuat terkejut oleh perbuatan lelaki ini. lelaki ini memakai kemeja merah dengan celana bahan hitam, dan....
*
TBC
A/N
berusaha keluar dari zona nyaman dengan membuat fanfik sudut pandang orang pertama, ini sungguh sulit hehe
semoga kalian tidak merasa aneh, ya😂
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro