Close to Me: Extra Part 1
Even though we both know we’re liars and we start each other’s fires
We just know that we’ll be alright
.
"Bangun, hei. Jadwalmu hari ini rapat evaluasi mingguan jam 8.30. Lalu, jam 10 menjemput pak Moon Dae Young di bandara, estimasi perjalanan 45 menit sampai ke kantor, kunjungan sekitar 3 jam dilanjutkan dengan makan siang, dan..."
"Lesley, mau kubanting?" suara parau lelaki dari balik selimut itu sontak saja membuat perempuan yang dipanggil terkekeh kecil. Ditariknya selimut yang meliput seseorang di dalamnya, tetapi ditarik balik oleh orang itu. Lesley membetulkan ikatan apronnya yang terlepas, kembali menarik selimut.
"Bangun, pemalas. Sarapan di bawah. Cepatlah, nanti dingin!"
Dan selimut itupun tersingkap sepenuhnya, menampakkan seorang lelaki dengan rambut coklat tidak beraturan, masih dengan piama biru tua melekat di tubuh, memejamkan mata dengan kening mengkerut. Kalau sudah begini, ditambah dengan lelaki itu memanggil dengan sebutan nama, artinya orang itu serius dengan perkataannya. Dan Lesley membuang napas, berbalik hendak meninggalkan pergi.
Namun, baru selangkah ia hendak meninggalkan ranjang, ia rasakan tarikan dari perutnya. Ia terbelalak, tidak memperkirakan apa yang akan terjadi padanya sampai sekarang, ia berada di bawah kungkungan lelaki yang masih memejamkan mata itu.
"De-dear, kau marah?" Tergagap-gagap ia menanyai, sedangkan yang ditanya masih diam terpejam. Kemudian, menjatuhkan kepala ke dada si perempuan.
"Siapa?"
Pertanyaan yang semakin membuatnya bingung dengan sikap lelaki itu padanya.
"Apanya yang siapa? Bukankah aku bertanya padamu?"
"Siapa yang bersama denganmu malam tadi? Kulihat kalian masuk dalam room hotel yang sama."
Pernyataan itu awalnya membuat Lesley mengernyit. Dan ia baru ingat bahwa malam tadi ia memang dijemput Leomord untuk menemui Lunox, teman lamanya waktu SMP yang kebetulan mereka berdua sedang berlibur dan memintanya berkunjung untuk memberi rekomendasi tempat yang bagus sekaligus melepas rindu. Ia sudah berpesan dengan resepsionis bahwa ia akan meninggalkan kantor dan ponsel yang masih diisi baterainya, tetapi mungkin saja si resepsionis yang jahil sehingga membuat lelaki yang berebah padanya itu bertanya penuh curiga.
"Selingkuhan. Aku juga tidak mau kalah denganmu yang punya banyak selir di belakangku," jawabnya dengan nada bangga yang dibuat-buat.
"Kapan-kapan ajak selirmu, supaya kita bisa selingkuh bersama," tandasnya dengan tentunya, pura-pura serius. Tangannya terangkat menyentuh helai-helai rambut cokelat di atasnya hingga semakin hancur selayak rambut singa.
"Antara kita, kita memang sama-sama pembual. Tetapi, kalau yang ini sama sekali tidak lucu."
Lelaki itu memulai pernyataan serius di pagi hari. Lesley terbahak tertahan karena perutnya yang ikut tertindih.
.
And I do not wanna be somebody without your body close to me
And if it was not you, I would not want anybody close to me
.
"Duh, bayi besar merajuk. Baiklah, aku tidak bermaksud memulai pertikaian. Dia Leomord, suami teman lamaku dari SMP, namanya Lunox. Dia tidak bisa hadir di hari resepsi kita karena sedang sakit. Maka dari itu kau tidak mengenalnya. Sekarang, ayo bangun." Ia menepuk-nepuk pelan pipi sang suami. Yang diajak bangun tidak menjawab, malah menyurukkan wajahnya ke leher kanan Lesley, menghirup aromanya dalam. Sang puan hanya melenguh, antara geli dan sedikit terkejut dengan perlakuan tiba-tiba lelaki itu.
"Gusion?"
"Aku hanya mau kamu. Dekat padaku," bisiknya, hampir tidak terdengar. Perempuan itu hanya tersenyum tipis, menyadari bahwa mungkin saja tindakannya kali ini kurang tepat. Masih pagi, dengan lelakinya yang masih terpejam bisa saja bukan waktu yang tepat untuk bercanda. Satu hal baru yang diketahui Lesley sejak empat bulan pernikahan. Dan dalam hati, ia tidak akan melakukan semacam "pemacu adrenalin" untuk kedua kalinya.
*
Dua orang. Termangu dalam diam di depan pintu kaca lebar sebuah bangunan berlantai tiga, dengan puluhan komputer menyala dan pengunjungnya yang tidak sedikit. Bagi mereka, waktu seperti ini sangat ideal untuk berkunjung.
Dua orang. Sepasang anak manusia yang masih menautkan tangan sejak kedatangannya, termangu di depan pintu kaca lebar sebuah bangunan yang dulu hanyalah internet cafe satu lantai yang tidak terlalu besar. Bila akhir pekan tiba, tempat itu menjadi cukup sesak.
Tempat itu, tempat di mana mereka berdua saling menganyam kisah hingga tinggal satu atap, satu ruang yang sama. Selayak tiap jengkal bangunan itu terselip kenangan antara mereka berdua. Misalnya, anak tangga menuju pintu yang membuat Lesley jatuh tersandung karena berlari mengejar cheater auto-aim yang membuatnya kalah turnamen game yang bertahun-tahun ia mainkan itu. Dan Gusion segera menutup billing dan membawanya ke klinik terdekat karena kepalanya berdarah cukup banyak dan perlu dijahit. Lalu, dua buah komputer bersebelahan tidak jauh dari mesin penjual otomatis berisi makanan ringan dan soda, tempat favorit mereka. Kadang, mereka rela bergadang di sana supaya tidak ada yang menempati basecamp mereka berdua.
Dan seorang wanita paruh baya yang tidak menua--Eudora, sebagai admin penjaga internet cafe. Dia adalah saksi hidup dua anak manusia yang rutin datang dan tidak terpisahkan. Dia juga yang satu-satunya masih di sana, yang mengetahui bagaimana si lelaki, Gusion melamar sang kekasih di basecamp.
Tidak terkejut ia saat melihat pasangan itu masuk dan memesan tempat.
"Berapa?"
"31-32, 5 jam dulu."
"50000 BP." Ia hanya menjawab singkat, mengambil kartu kredit yang diserahkan Gusion padanya. Menyelesaikan pembayaran, kemudian mengaktifkan billing komputer dengan nomor yang dipesan.
"Ayo."
Duduk bersebelahan, cepat memilih ikon kecil bertulisan Battle Royale: Evolution, seri terbaru oleh game yang mereka mainkan sejak kuliah dulu.
"Invite."
"Wait, Dear."
"Turun di mana?"
"Land Sand?"
"Jangan jauh-jauh." Terdengar seperti perintah, tetapi Lesley hanya mengangguk mengikutinya.
"DeadElf online. Mau mengundangnya?"
"Aku akan mengundang EverVillain."
Mereka, di dalam game masuk dalam lobi yang sama. Karakter berjejer, mulai dari JackForest, akun smurf Gusion. Lalu CheerSniper, akun Lesley. Disusul DeadElf, teman main mereka yang cukup akrab beberapa bulan ini dan EverVillain.
EverVillain: Di mana?
JackForest: Land Sand.
DeadElf: Oke.
EverVillain: Yea.
Land Sand: 10 Second to the battlefield. Ready to play.
Karakter mereka berempat mengembangkan terjun payung, mendarat di sebuah padang sabana dengan rumput yang cukup tinggi. Hal pertama yang Gusion lakukan setelah mendarat adalah menyusur jalan cepat, berlindung dari rerumputan menuju sebuah bangunan rumah tua. Looting beberapa equipt seperti rompi, scope dan senapan AK7. Diikuti karakter Lesley, tidak jauh darinya. EverVillain memeriksa keadaan dengan masuk ke ruangan terlebih dulu, dan DeadElf memeriksa kendaraan di bagian belakang rumah.
Gusion masuk diikuti Lesley di belakangnya, mendapati ruang tamu yang berantakan. Memeriksa ke luar jendela dengan scope, tidak ada pergerakan yang berarti. Mereka berdua menaiki tangga, membuka beberapa pintu sampai ke balkon. Lesley berhenti di samping kusen jendela, menyiagakan scope dan memeriksa sekitar pohon besar yang cukup jauh dari mereka.
Sedikit lengah ketika dari karakternya memercik darah, mengurangi HP miliknya.
"Ups." Ia mundur, menyiagakan kembali scopenya.
"Hati-hati, Sayang." Gusion mengingatkan tanpa menoleh, masih fokus memeriksa sekitar.
Mendapati gerak mencurigakan, ia menembakkan senapannya hingga ia lihat seorang karakter terebah dengan darah memancar.
CheerSniper has killed Snowheeze with M16A1, 60 player left.
DeadElf has killed 3173deee with grenade, 59 player left.
"Good job," puji Gusion dari headsetnya yang terpasang. Lesley tersenyum tipis dan melanjutkan jalannya mendekati Gusion yang turun.
"Jeep siap." DeadElf memberitahukan mereka, dengan EverVillain menumpang terlebih dulu di samping DeadElf yang mengemudi. Disusul Gusion dan Lesley duduk bersebelahan di belakang.
Safezone will restrict in 2 minutes.
"Ke mana?" tanya DeadElf.
"Di Valley saja." EverVillain menyahut dengan voice in-game setelah sekian lama mereka bermain bersama.
"Kupikir kau laki-laki," terang Lesley pada pemilik akun EverVillain setelah mendengar suara halus perempuan. Yang disangka laki-laki pun hanya tertawa kecil.
"Aku perempuan, Kak. Masih kelas 3 SMA."
Safezone will restrict in 1 minute.
"Kau cukup pro meski masih muda."
"Terima kasih, Kak."
Tidak lama untuk mereka mencapai Valley yang dimaksud. Sebuah padang bebatuan dengan pohon-pohon besar, membentuk bayang yang cukup untuk tempat mengintai musuh.
"Hati-hati. Arah jam 2." Lesley mengikuti apa yang EverVillain katakan, dan benar saja. Seorang karakter berlindung cepat di balik bebatuan besar. Kesempatan ini tidak disia-siakan Gusion untuk membidiknya dari balik jeep. Mengaktifkan scope, menembak berkali-kali ke arah karakter itu yang terekspos.
JackForest has knockdown Astrinc3 with AK7
"Ah sial." Ia menyayangkan serangannya hanya cukup untuk meng-knockdown, bukan membunuh seketika.
"Seperti pernah melihat nickname itu, tetapi di mana?" Lesley mengerutkan kening, mencoba mengingat siapa pemilik akun itu.
"Bukannya itu akun smurfnya AstroLover?" DeadElf menyahut dari seberang.
"Serius?" Mendengar itupun membuat Lesley menambah kewaspadaannya. Tetapi, sekelebat hal yang terjadi di masa lalu menggagalkan hal itu.
AstroLover, karakter milik Esmeralda yang juga musuh kuat Gusion sejak mereka masih kuliah dulu. Mereka bersaing sengit tiap turnamen yang diikuti. Terkadang, Gusion yang memenangkan satu turnamen, dan Esmeralda memenangkan turnamen yang lain. Rivalitas mereka di game sampai terbawa di dunia nyata. Esmeralda dulu adalah mahasiswa di bawah tingkatan Gusion dan Lesley di Fakultas Pengetahuan Alam, Program Studi Astrologi. Terkadang, ketika mereka tidak sengaja bertemu di suatu tempat, biasa menukar tatapan mengintimidasi.
"Melamun lagi kau akan kucium."
"E-eh?!" Lesley kembali ke kesadarannya, menatap layar komputer. Bertambah rasa malunya ketika dari seberang mendengar DeadElf tertawa dan EverVillain mengeluh.
"Kak, carikan aku pacar."
Dan Lesley hanya menanggapi dengan tawa garing. Mencoba kembali fokus, ikut berlindung di balik jeep, bersiaga dengan beralih-alih view kalau ada musuh yang menyerang dari kejauhan.
"Ayo naik." karakter milik DeadElf berlari terlebih dulu, menaiki undakan bebatuan, mengarah pada pohon. Disusul Lesley dengan EverVillain di belakangnya dan Gusion bersiaga paling belakang. Namun...
"Oh shit!"
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro