[Kaminaga x Reader] - Perfect Strangers (2)
Eksistensimu membuat relung dadaku hangat, ribuan kupu-kupu menggelitiki perut, hingga rasa candu hinggap di kepala untuk bertemu kembali denganmu ...
... Wahai Stranger.
¤¤¤
Perfect Strangers Part II
Presented by Panillalicious
Disclaimer:
Author tidak mengambil keuntungan komersial apapun atas fanfiksi Joker Game milik Koji Yanagi ini
Terinspirasi dari Jonas Blue – Perfect Stranger, Vlog Ria SW
Warning!
OOC, Bad PUEBI, Weird, dll
Enjoy!
¤¤¤
Kaminaga tak bisa tidur nyenyak semalam. Pria dengan gelar ‘playboy cap ember’ itu memikirkan gadis yang memintanya memotretnya, sehingga Kaminaga terperangkap dalam pesona sang gadis. Berulang-ulang Kaminaga berpikir, si gadis apakah penduduk lokal Bangkok atau tidak? Ia tidak memperoleh clue sama sekali.
Bahkan acara santap street food di Bangkok semalam tidak begitu ia nikmati sebab fantasi Kaminaga terhadap sang gadis. Berkali-kali iris hazelnut itu memandang ke sekeliling, berharap berjumpa dengan gadis imut yang membuat jantungnya berdebar-debar itu. Yah, di tengah kota Bangkok, Kaminaga sempat membeli thai tea legendaris yang tokonya berdiri sejak 1945, banyak gadis manis yang mengantre demi thai tea itu, tetapi apa daya Kaminaga sudah terpikat sensualitas si gadis imut di Wat Arun.
“Ah, kisah cintaku yang malang bersama gadis imut di negeri antah berantah,” gumam Kaminaga dengan halu. Pria berambut caramel itu mendengkus, memandang layar ponselnya yang berisi pesan penuh amarah meledak-ledak dari seorang Hatano yang setia mengatainya ‘bodoh’, serta wejangan tak berguna dari seorang Miyoshi yang over percaya diri.
“Ahh, aku memang bodoh, kenapa tidak menanyakan namanyaaaa!” seru Kaminaga seraya memukul-mukul bantal. Setelah puas melampiaskan kekesalannya pada bantal tak berdosa, Kaminaga beranjak dari ranjang dan bersiap-siap untuk check-out.
Hari ini ia hendak ke Chiang Mai, destinasi wisata favorit banyak turis di Thailand, apalagi Kaminaga ingin bertemu gajah. Jiwa fotografer Kaminaga terusik, sebab yang ia dengar dari Amari, Chiang Mai adalah kota yang artistik.
Dalam hati pria itu berharap, bisa berjumpa lagi dengan gadis yang menyihir hatinya itu, sembari hunting foto-foto bagus di liburan kali ini.
[][][]
Untuk menempuh Chiang Mai, dibutuhkan waktu penerbangan sekitar satu jam 15 menit dari Bangkok. Setelahnya, Kaminaga check-in di hotel yang tak terlalu jauh ... yah selepas pria itu merogoh kocek 300 baht menuju hotel.
Tujuan pertama Kaminaga datang ke Chiang Mai adalah berjumpa dengan gajah, yah ... kegiatannya seperti bermain, memberi makan, dan memandikan gajah. Selain itu, karena tempatnya ada di dekat hutan, nuansa natural masih ia dapatkan, tentunya sangat menarik bagi Kaminaga dan kamera kesayangannya. Ia sudah memesan afternoon visit untuk bermain dengan gajah nanti, serta akan ada mobil dari panitia penyelenggara yang akan menjemput setelah memberi tahu alamat hotelnya.
Semalam, Kaminaga sudah men-charge penuh kamera khusus untuk kunjungan kali itu, semua sudah siap, tinggal menunggu jemputan panitia saja seperti yang sedang pria itu lakukan.
Tak lama, mobil panjang dengan kapasitas delapan hingga sepuluh orang berhenti di depan Kaminaga berdiri, pria berambut caramel itu pun tersenyum sumringah, apalagi saat dibukakan pintu oleh pihak penyelenggara.
Tiba-tiba jantung Kaminaga seakan berhenti berdetak, ia melihat perempuan yang semalam dijumpainya di Wat Arun, duduk dan tertawa dengan sesama wisatawan, pemandangan yang indah menurut Kaminaga. Dalam hatinya, pria itu berseru, ‘Akhirnya bertemu juga!’
Perempuan itu ber-outfit casual denim hari ini; hanya mengenakan celana jeans tiga per empat, kaus putih berlengan pendek, dan outer berwarna denim blue, terlihat sederhana sekaligus menampilkan sisi manisnya di mata Kaminaga. Kaminaga ikut tersenyum saat perempuan itu tertawa, hatinya terasa damai seperti dikelilingi bidadari cantik yang biasanya menghiasi bunga tidurnya.
Kaminaga dilingkupi rasa cemas kembali karena belum berani mengutarakan niat untuk menanyakan nama sang gadis, hingga gadis itu bertemu pandang dengan Kaminaga lantas tersenyum.
“What’s your name?” tanya sang gadis.
Kaminaga tersenyum sumringah.
“Izawa Kaminaga. You?” balas pria itu dengan nada bicara riang bak anak kecil mendapat permen.
Mendengar nama Kaminaga, mata sang gadis melebar. “Ah, bisa bicara seperti biasa saja kalau begitu. Namaku [Surname] [Name].”
Lucky! Gadis itu orang Jepang, sama seperti Kaminaga.
[][][]
Meski sudah berkenalan, status mereka yang semula ‘orang asing’ baru naik ke ‘kenalan’, Kaminaga tidak tahu cara untuk berdekatan dengan [name]—perihal aneh mengingat Kaminaga acap kali menggoda perempuan yang datang ke kantornya, misalnya Akabane Yu kekasihnya Miyoshi atau si bule Aileen yang berkencan dengan Jitsui—apalagi [name] kelihatannya pendiam.
“Ah, sampai juga, aku mual,” ujar [name] lirih, tetapi bisa terdengar oleh Kaminaga. Ah, jadi itu sebab [name] menjadi diam saat mobil yang memfasilitasi mereka ke tempat gajah bermain mulai masuk ke daerah hutan, jalannya tidak rata dan mungkin gadis itu tak nyaman terguncang-guncang dalam mobil.
“Kau tidak apa, [Name]?!” Gawat, Kaminaga terlalu panik hingga tak sadar bahwa ia memanggil nama sang gadis dengan nama depan. Sadar, Kaminaga buru-buru meralat kata-katanya, “Maksudku, [surname]-san?”
[Name] sontak menggelengkan kepalanya dan tersenyum pelan. “Tidak apa-apa, emm ... [name] saja tidak apa,” ujar gadis itu, sehingga Kaminaga hanya memberi respon tawa canggung walau dalam hatinya ia merasa bahagia.
Saat hendak turun dari mobil, [name] sedikit kehilangan keseimbangan. Kaminaga yang tanggap dan sigap, langsung memegangi tangan [name] dan membantunya turun dari mobil.
“Tidak apa bagaimana, [name]? Kau pusing?” Pertanyaan Kaminaga hanya dijawab oleh anggukan ringan sang gadis.
Kaminaga pun menghela napas, tampaknya gadis ini tak mau merepotkannya, tapi Kaminaga justru ingin membantu dalam rangka menjadi dekat dengan [name].
Kaminaga pun membantu [name] berjalan hingga di pos pertama mereka hari ini; memberi makan gajah. Setibanya di pos pertama, mereka mendapat pengarahan, seperti cara memanggil gajah, memberi makan mereka, dll. Yang lucu, wisatawan disuruh memanggil gajah dengan cara berseru, ‘Bonbon!’ lantas mengenakan pakaian bercorak unik sembari memberi makan para gajah.
“BONBON!” seru para wisatawan, termasuk Kaminaga dan [name], selepas mereka merangkap pakaian mereka dengan outer bercorak unik yang dimaksud oleh pihak panitia dan membawa makanan untuk gajah dalam saku yang tersedia.
Tak lama kemudian, gajah pun datang. Wajah [name] langsung ceria, tak pucat seperti tadi. Kondisi itu langsung saja dimanfaatkan Kaminaga untuk mengabadikan foto [name] beserta gajah-gajah yang ada di tempat itu.
Kaminaga tersenyum puas. Ia bisa mendapat gambar yang ia idamkan, sekaligus gadis yang sejak kedatangannya di Thailand selalu menghantui dirinya.
Hari itu adalah hari bahagia Kaminaga. Entahlah, mungkin hanya di Thailand saja, atau bisa berlanjut sampai Jepang?
Setelah mengetahui nama sang gadis idaman, Kaminaga bertekad bertemu dengannya setelah ini, tak hanya saat mereka wisata, tetapi juga di negara asal mereka. Kaminaga ... jatuh cinta.
End or TBC?
Wkwkw numpang masukin ocnya Akabane_Yu.
Btw semoga enjoy dengan kisah Kamidragon mencari jodohnyaa inii wkwkwkw
Cheers,
Panillalicious
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro