Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1 - Pertemuan

[Author's POV]

Sinar bulan menembus riak samudera malam itu. Helaian surai cokelat diterpa arus tenang, membuatnya bagai menari dalam hening. Mata cokelatnya tak henti memandangi sang dewi malam seolah tak akan tampak lagi esok. Bentuknya memang tidak bulat penuh lagi, tapi tetap saja indah dipandang.

Dalam hanyut lamunan sang gadis, benaknya tak henti memutar video kejadian luar biasa yang dia alami minggu lalu. Dia tak henti memikirkan elok paras yang telah mencuri hatinya pada malam dimana untuk pertama kali dia menyapa permukaan laut.

Gadis yang kerap disapa Alicia itu tahu pasti dia akan dihujani celoteh ketika sang ayah sampai tahu dia berenang sampai ke dermaga. Tapi apalah daya, rasa ingin tahu yang amat tinggi membuatnya rela menghampiri tempat yang sangat dekat dengan peradaban manusia tersebut.

Manik cokelat Alicia dimanjakan dengan kelap-kelip dari kota yang terlihat bak bintang penghias malam. Benaknya berpikir, apa suatu hari nanti dia bisa kesana? Namun jawabannya sudah pasti tidak mungkin. Ras duyung tak bisa berinteraksi dengan manusia. Itu sudah menjadi hukum alam ini.

Dentuman keras membuat gadis bersurai cokelat gelap itu mencari asal suara. Sebuah sekoci mulai bergoyang tidak karuan tanda ada seseorang tengah menaikinya. Dengan segera Alicia berenang lebih dalam, mengamati kapal kecil itu mulai mengarungi arus tenang samudera. Dan tanpa sesadar gadis itu malah membuntutinya.

Alicia tidak berani terlalu dekat dengan sekoci, takut manusia diatas mendapapati sosoknya. Netra cokelat itu tak berhenti menatap tenang dayungan sang penumpang. Seolah tersirat kesedihan pada setiap kayuhan di permukaan air. Dia pun bertanya-tanya apa mungkin orang tersebut tengah dilanda kegelisahan.

Sekoci mendadak berhenti setelah kurang lebih 300 meter dari dermaga. Rembulan menyinari lautan membuat sosok Alicia sudah pasti dapat terlihat dari sana. Secepat mungkin gadis itu segera bersembunyi di balik bongkah karang di dasar samudera. Siluet sang penumpang kapal dapat terlihat jelas dari kedalaman air.

Betapa terkejutnya gadis itu saat damai lautan tak berombak tiba-tiba terusik dengan bunyi dentum. Buih-buih mulai menyerobot menuju permukaan, meninggalkan sebuah sosok kian karam menuju alas samudera. Penumpang sekoci itu menceburkan diri dan bahkan tidak mencoba kembali menghirup udara.

Alicia mendapati diri tengah terkejut atas aksi nekat orang tersebut, namun tak sampai 5 detik, dia langsung menghampiri wujud tak berdaya itu. Begitu banyak spekulasi yang dipikirkan Alicia. Namun yang paling dia yakini adalah, pemuda itu mencoba untuk bunuh diri.

Wajahnya begitu tenang seolah dia memang telah siap untuk mengakhiri hidup. Tapi tidak dengan Alicia yang mulai panik memikirkan cara menyelamatkannya. Gadis itu segera menuju ke permukaan, dan dengan segenap tenaga mengambil napas lalu kembali berenang menuju sosok yang terus tenggelam itu. Syukurlah Alicia masih sempat menarik pergelangan tangannya. Sudah lemah tubuh tersebut dan mungkin telah kehilangan kesadaran.

Pemuda itu tersentak dan membuang percuma sisa napasnya ke laut lepas. Membuat Alicia menjadi lebih panik. Harapan terakhir hanyalah udara yang sudah dia kumpulkan barusan. Pemilik surai cokelat itu segera menangkup wajah si pemuda dan dengan perlahan mendekatkan wajahnya ke milik lelaki itu bermaksud untuk memberikan bantuan pernapasan. Bibir keduanya terpaut bak sudah tercipta untuk saling melengkapi. Atom oksigen kini berpindah ke sang pemuda, mengisi ruang paru-paru yang sebelumnya kosong. Perlahan pelupuk mata lelaki itu membuka, mendapati sosok diri yang kini tidak sendiri melainkan bersama dengan seorang gadis berparas elok pemikat hati.

Pikirnya, pasti dia sudah mati dan ini hanyalah ilusi atau mungkin fatamorgana sebelum dia meregang nyawa. Dia agak sedikit kaget saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh lipatan bibirnya seiring udara berhembus dari sana. Lumayan juga mengalami mimpi indah seperti ini sebelum menuju akhirat, pikir pemuda ini. Dia mencoba menyentuh wujud rupawan itu, membelai surai cokelatnya sampai ujung jari menyentuh aksesoris kerang yang tersemat di sana. Alicia sedikit terkejut saat merasakan singgungan jemari sang pemuda.

Perlahan Alicia membuka netranya dan mendapati tatapan lembut darinya. Pertemuan kedua makhluk berbeda ras ini berlatar remang cahaya rembulan yang menembus gelap lautan bagai sengaja menyorot mereka. Namun yang membuat gadis itu kaget adalah saat orang di hadapannya malah kembali menutup mata.

Satu hal terakhir yang bisa Alicia lakukan adalah meninggalkan sosok itu di pesisir dermaga, berharap dari kejauhan semoga saja ada yang menyelamatkannya. Walau dia tahu pasti pemuda itu memang selamat tapi dia tetap saja gundah karena tak ada manusia yang lewat menolong. Sampai...

"Enju! Astaga Enju!!"

Pekikkan dari seorang pria gagah menghamburkan kecemasan Alicia. Mata gadis bersurai cokelat itu tak henti mengikuti sosok yang mulai mendekati pemuda yang baru dia tolong. Surai hitam pendek, mata yang menatap tajam, wajah yang tampan, serta tubuh tinggi tegap terbalut pakaian rapih bak seorang pangeran. Alicia merasa seolah frekuensi degup jantungnya bertambah cepat.

Siapakah orang itu? Bahkan sampai sekarang dia hanya mampu mengagumi tanpa tahu pasti jati diri sang pemikat hatinya itu. Namun satu yang dia tahu dan dia putuskan saat ini, dia berniat untuk kembali bertemu dengan pria bersurai hitam itu dan mungkin saja bisa menuturkan perasaan yang menggebu dalam hatinya ini.

Namun cintanya pasti memerlukan pengorbanan yang setara...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro