Bab 8
Quest Type A
Quest 12 : Jenguklah orang yang disukai tokoh utama. Tapi setibanya di depan kamar, ternyata di dalam ada suara. Settingkan kesalapahaman tokoh utama, mengira kalau itu adalah kekasihnya, padahal itu sepupu yang sangat dekat dengan calon couple tokoh utama. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.
====##=====
“Aku mau tak ada jarak di antara kita. Namun, bisa kah?”
***
M
audy menggoreskan pensilnya di buku sketsa. Meskipun begitu, pikirannya melayang ke tempat lain, rumah sakit. Di pikirannya hanya ada Brian. Terakhir, ia pingsan ketika di tempat Brian kecelakaan, pada waktu cowok itu dibawa ambulance. Kemudian, ia kembali ke dunia nyata, menjadi Maudy si culun.
Berhari-hari menunggu mimpi itu datang kembali, namun, hingga kini ia tidak bermimpi lagi. Rasanya, ia seperti menonton film yang terpotong-potong, bedanya, film itu sangat nyata dengan dia sebagai pemeran utama. Bisa dibayangkan betapa menjengkelkannya melihat film yang terpotong-potong? Bahkan ia tidak tahu nasib Brian kini.
Ingatannya kemudian terlempar ke saat di mana Brian menolongnya waktu ia terkena hukuman saat ospek. Hujan deras mendera dan Maudy hanya bisa berdiri sambil tetap sikap hormat kepada bendera merah putih di halaman fakultas.
“Lo itu bodoh apa gimana, sih?” Brian melepas jaketnya dan meletakkannya di kepala Maudy. Ia mendorong gadis itu menepi, berteduh di gedung A FISIP.
Maudy masih tak percaya, pandangannya tak lepas dari Brian.
“Ap-apa yang Kakak lakukan?”
“Apa? Apa yang gue lakukan?” Brian mendesah kesal. “Lo nggak lihat hujan deras kayak gini? Bisa-bisanya lo tetap berdiri sambil hormat bendera?”
“Ta-tapi, saya sedang kena hukuman karena tidak membawa barang sesuai yang diperintahkan, Kak.”
“Memang salah! Tapi nggak gini juga, kalau lo sakit, senior juga yang bakal tanggung jawab.”
Di antara semua senior, yang kembali dan menolong Maudy hanyalah Brian. Perasaan Maudy tak bisa diungkap dengan kata-kata. Ia begitu bahagia ada orang yang peduli dengannya.
Lamunan Maudy terputus ketika ia merasakan seseorang duduk di sampingnya.
“Hai.”
Maudy terkejut ketika melihat Jerome sudah duduk di sampingnya.
“Lagi gambar apa?”
Maudy tergagap, “A-anu ....” Ia segera menutup buku sketsanya.
“Kenapa mesti malu? Gambaranmu bagus, lho.”
“Aku hanya asal menggambar,” jawab Maudy.
“Terakhir ketemu, waktu di festival, kamu imut banget, lho,” puji Jerome. “Itu dari karakter anime apa?”
“Kata temanku, dari anime Tokyo Mew Mew.”
“Oh, gitu. Oh, ya, boleh aku tahu namamu? Namaku Jerome, tahun ketiga di sini, jurusan Ilmu Politik.” Jerome mengulurkan tangan, Maudy dengan ragu-ragu menyambutnya.
“Maudy, baru semester tiga, Ilmu Administrasi.”
Obrolan itu berlanjut, Maudy baru mengetahui bahwa Jerome adalah orang yang hangat dan lucu. Selama inu, ia mengira bahwa Brian ataupun Jerome adalah orang yang mustahil mau berteman dengannya. Meskipun di dunua mimpi mereka sangat dekat, tapi tak ada bayangan di dunia nyata Maudy dapat mengobrol dengan Brian ataupun Jerome. Namun, sekarang apa yang terjadi? Bahkan Jerome memuji sketsanya. Maudy tidak percaya bahwa ini terjadi di dunia nyata.
Apakah ini bukan dunia mimpi?
=====##======
Maudy berlari sepanjang lorong rumah sakit. Akhirnya mimpi itu datang. Begitu tersadar bahwa ia sedang di rumah sakit, Maudy segera melangkahkan kaki yang entah bagaimana ia yakin ia sedang menuju kamar tempat Brian dirawat. Mungkinkah memori Maudy sang desainer mulai terhubung dengannya? Maudy mengenyahkan pertanyaan-pertanyaan itu.
Ia berhenti di depan pintu salah satu kamar inap VIP. Maudy hendaqqk membuka pintu, tapi ia mendengar suara perempuan di dalamnya.
Siapa di dalam?
Maudy mengintip melalui celah pintu yang ia buka sedikit. Ada seorang gadis dengan pakaian modis dan cantik di samping tempat tidur Brian. Maudy terkejut ketika mengenali bahwa itu adalah seniornya di kampus yang pernah menghukumnya saat ospek, Febby. Tangan gadis itu sedang menggenggam tangan Brian.
“Aku benar-benar khawatir kau tak akan bangun,” ujarnya.
Brian tertawa, “Hei, aku sudah tak apa.”
“Tidak apa-apa bagaimana? Kau koma beberapa hari.” Febby sesenggukan.
Brian mengusap-usap puncak kepala Febby.
“Aku tak apa, sungguh.”
Febby beranjak dan memeluk Brian. Maudy menutup pintu perlahan. Dadanya terasa sesak. Ia tak mengira bahwa Brian sudah memiliki kekasih.
Lalu, ucapannya waktu di taman bermain itu apa?
Maudy merasa kesal, tak terasa air mata jatuh di pipinya.
“Mody?”
Menoleh, ia mendapati Jerome yang sepertinya terkejut karena ia berada di depan kamar Brian.
“Kamu nangis?”
Maudy segera menghapus air matanya. “Eng-enggak.”
Ia benar-benar tertangkap basah sekarang. Sebelum Jerome mencecarnya dengan pertanyaan, Maudy berpamitan dan segera pergi.
Jerome kebingungan dengan sikap Maudy, ia hendak mengejarnya, tapi urung ia lakukan karena berniat menjenguk Brian dahulu. Ia membuka pintu kamar Brian dan melihat Febby ada di dalam.
“Loh? Feb?”
“Jerome?”
Pandangan Jerome beralih ke Brian. “Hei, Bro. Udah sadar? Syukurlah.” Jerome meletakkan sekeranjang buah-buahan di meja dan beranjak memeluk Brian.
“Sepupu kamu ini ngeselin banget. Sempat koma segala, padahal katanya jagoan di jalan,” ujar Jerome kepada Febby.
Febby mengiyakan, “Aku sampai bela-belain terbang ke Indonesia.
“Eh, Brian, kalau gitu aku pamit dulu, ya. Tadi ada Maudy di depan, tapi dia pergi. Kayaknya belum terlalu jauh.”
“Maudy? Dia belum masuk ke sini,” kata Brian.
“Serius? Kalau gitu, aku kejar dia dulu, ya.” Jerome segera pergi meninggalkan ruangan.
Maudy tadi ke sini? Kenapa nggak masuk, ya? Brian bertanya-tanya.
======##======
Jumlah kata = 785
luminousliahvk
wga_academy
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro