Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7

Quest Type S

Quest 11 : Buatlah sebuah setting kecelakaan. Tokoh utama tidak terlibat, tapi orang yang disukai tokoh utama adalah korbannya. Berikan gambaran perasaan dari tokoh utama yang sangat dalam. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

======##======

“Maut datang seperti pencuri, membelenggumu seperti mimpi buruk, mengikatmu dengan tali yang dengan senjata manapun tak akan bisa memutuskannya. Apa kau bisa lari darinya?”

***

Maudy membuka mata, mendapati dirinya di dalam sebuah ruangan asing. Selama beberapa ia waktu mengamati sekitar, kemudian sadar bahwa ia sedang berada di sebuah kamar.

Melihat perabotan dan lukisan besar dengan sosoknya, Maudy mengenali bahwa ini adalah kamar Maudy sang desainer terkenal. Jika dipikir-pikir, ini adalah pertama kalinya ia bangun di kamar itu.

Melihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 5. Ia beranjak membuka tirai, melihat suasana di luar. Jam lima sore ternyata.
Maudy tak tahu ia harus melakukan apa, selalu saja ketika ia terbangun di dunia mimpi, ia seperti orang linglung. Tak tahu apa yang terjadi sebelum ia memasuki dunia ini. Ia memutuskan berkeliling kamar yang lumayan besar itu. Berbeda sekali dengan kamarnya yang asli, kamar itu begitu elegan dengan nuansa warna peach.

Membuka sebuah laci, Maudy menemukan jam tangan berbagai merk yang berhasil membuatnya takjub. Ia juga menemukan ruang ganti di sisi lain kamar dengan baju, sepatu, dan tas yang tersimpan rapi di etalase kaca. Mulut Maudy tak berhenti menganga tiap kali menemukan sesuatu yang mewah dan mendapati kenyataan bahwa itu adalah miliknya.

Gila. Sehebat itukah aku di dunia mimpi? Kenapa ini hanya terjadi di dunia mimpi?

Ada setitik rasa kecewa di dalam dirinya. Perhatian Maudy kemudian terpaku pada meja yang di atasnya terdapat rak tempel dengan banyak buku. Buku sketsa, buku bacaan yang berhubungan dengan desain baju, buku-buku novel, Maudy mengamati buku-buku itu dengan seksama.

Matanya kemudian tertuju pada sebuah buku yang terletak di ujung. Maudy mengambil buku berwarna peach, seperti buku agenda. Ketika membukanya, Maudy terhenyak mendapati bahwa itu adalah diary Maudy.

Maudy membaca buku diary itu yang ternyata mencurahkan semua isi hati Maudy sang desainer. Ada foto-foto masa kecil di dalamnya yang membuat Maudy senyum-senyum sendiri. Kemudian, ketika membuka halaman baru, Maudy menemukan foto seorang lelaki.

Kak Brian?

Maudy membaca tulisan di halaman itu yang ternyata adalah hari di mana ia bertunangan dengan Jerome. Maudy menitikkan air mata ketika mengetahui bahwa orang yang dicintai Maudy di dunia mimpi adalah Brian, ia terpaksa menerima lamaran Jerome karena hubungan baik kedua keluarga, Maudy tak ingin mencemarkan nama keluarganya.

Deringan ponsel membuat Maudy tersadar, ia praktis mengangkat panggilan itu.

“Mod, jangan lupa nanti jam tujuh kujemput.”

Hah?

Melihat display ponsel, terdapat nama Jerome di sana.

“i-iya.”

“Kok suaramu terdengar aneh? Kamu flu?”

“Tidak.” Maudy segera menghapus air matanya.

“Oke. Kalau gitu, sekali lagi jangan lupa, ya. Jangan sampai hangout kita kali ini batal lagi. Aku akan meneleponmu nanti.”

Sambungan terputus. Maudy segera mengembalikan buku diary itu ke tempatnya. Ketika melewati kaca besar, Maudy melihat pantulannya di cermin. Ia merasa sedang melihat orang lain. Wajah cantik, tubuh proporsional, rambut terawat. Apakah ini benar-benar dirinya? Apakah jika ia membuang dirinya di kehidupan nyata, ia akan dapat kehidupan sempurnanya yang ada di dunia mimpi?

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengusiknya. Maudy mengenyahkan pikirannya dan segera bersiap untuk bertemu dengan Jerome.

Waktu berputar dan kini ia duduk berhadapan dengan Jerome di kafe Camboddia. Jerome bercerita panjang lebar tentang pekerjaannya di Paris. Entah kenapa Maudy merasa hampa setelah membaca diary itu. Bahkan suara-suara di sekitarnya kini seperti teredam. Ia tak dapat mendengar apapun, ia hanya menatap Jerome dengan pandangan kosong.

“Jadi bagaimana menurutmu?”

Maudy terkesiap, ia tak tahu Jerome sedang membicarakan apa. Jerome menyadarinya, “Mod? Kamu tidak apa-apa? Kamu sakit?” tanyanya.

“A-aku tidak apa-apa.”

“Apa kita pulang saja?”

Ide yang bagus, batin Maudy.

“Yah ... kalau begitu, aku akan menelepon Brian kalau dia tidak usah ke sini.”

“Hah? Kak Brian ... maksudku, Brian ke sini?”

“Iya, dia sedang dalam perjalanan ke sini. Aku tadi meneleponnya, memintanya bergabung dengan kita.”

Jantung Maudy berdetak cepat, Jadi ... dia akan ke sini?

“Halo ... Brian? Ini nomor Brian, kan?” ekspresi Jerome terlihat aneh, “Kecelakaan? Di mana dia sekarang?” nada Jerome meninggi.

“A-ada apa?” tanya Maudy yang mulai khawatir. Jerome menutup telepon, “Sepertinya Brian kecelakaan di persimpangan jalan Garuda, ayo kita segera ke sana.”

Ketika sampai, Maudy dan Jerome melihat banyak orang sudah berkerumun. Banyak kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan itu. Mobil pribadi, mobil box, dan beberapa sepeda motor. Dalam hati, Maudy bertanya-tanya bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi. Melihat bagaimana keadaan mobil-mobil yang ringsek itu, tiba-tiba saja ia gemetar, kakinya terasa lemas. Jika saja Jerome tak memeganginya, mungkin ia akan terjatuh saking lemasnya.

Kaki Maudy benar-benar sulit untuk digerakkan. Kak Brian, bagaimana dia?

“Mod, ayo kita cari Brian.”

Maudy mengangguk, lalu dengan susah payah mengikuti Jerome mendekati kerumunan. Jerome membelah kerumunan dan mendapati Brian yang tergeletak tidak bergerak.

“Kami sudah memanggil ambulance dan mereka dalam perjalanan ke sini,” ujar seseorang.

Maudy menyusul Jerome dan melihat Brian tak sadarkan diri. Entah bagaimana, Maudy tak sadar sudah berada di samping tubuh Brian. Air mata sudah tak dapat dibendungnya lagi. Berkali-kali ia memanggil nama Brian sambil menggoncang tubuh tak berdaya itu. Ia bahkan tak sadar Jerome berusaha menenangkannya.

Suara ambulance pun tak dapat dia dengar. Beberapa petugas kesehatan kemudian membawa Brian ke atas tandu. Napas Maudy sesak, seakan sangat sulit menghirup oksigen. Ambulance itu menjauh, Jerome menarik Maudy agar kembali ke mobil. Tubuh Maudy seakan tak bertulang, ia merasa lemas. Ia tak ingat apa yang diteriakkannya, sebelum semuanya kemudian menjadi gelap.

=====##======

Jumlah kata = 876
luminousliahvk
wga_academy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro