Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 3


Kenapa gue ada di sini?! Pekik Kelsa mendapati dirinya terbangun di tempat tak dikenali bersama tiga orang asing itu.

Kelsa terenyak saat cowok gondrong bergaya rambut man bun meniliknya dengan sorot aneh. Mata kecoklatannya semakin tekun menyoroti wajah Kelsa seiring dengan keningnya yang kian mengerut. Kelsa balas menatap, tapi perhatiannya tersedot ke bulu-bulu pendek yang tumbuh disekitar rahang tegas itu, yang menyambung tumbuh ke atas bibir dan membentuk kumis tipis. Kelsa memang sering melihat senior-seniornya di Fakultas Teknik yang rambutnya bahkan mengalahkan Raisa atau Anggun, tapi tidak seperti cowok itu yang sepaket dengan menumbuhkan cambang serta kumis.

Tak nyaman, Kelsa membuang pandangan ke cowok di sofa panjang. Rasanya menyegarkan disambut senyuman manis malu-malu cowok berambut spike dengan wajah bersih dan imut itu. Cowok itu melambaikan tangannya rendah. "Halo."

Leher Kelsa harus terjulur panjang demi mendengar suara rendah cowok itu. Si cowok mengulangi lagi perkataannya, tapi kali ini malah nyaris tidak terdengar.

"Dia bilang 'Halo'." Rambut bergelombang cewek yang duduk di sebelah cowok imut bergoyang-goyang saking hebohnya. Dia mendekati Kelsa dengan tangan yang menggenggam kamera.

Diarahkan kamera menghadapnya lalu dia mulai berbicara sambil sebelah tangannya yang bebas merangkul pundak Kelsa.. "Hai guys. Akhirnya ini cewek bangun juga. Gila tidurnya pules banget. Nggak jauh beda kayak dua cowok itu, dia juga bingung kenapa tiba-tiba terbangun di sini." Cewek itu membalikkan kamera, merekam Kelsa yang menatap risih si cewek karena tadi tiba-tiba merangkulnya dan tidak sopan seenaknnya mengarahkan kamera. "Baru bangun, wajahnya langsung kebingungan." Si cewek melanjutkan dengan cekikikan padahal tidak ada yang patut ditertawakan dalam kondisi menganehkan seperti ini. Lensa kamera itu lalu kembali mengarahkan kepadanya. "Lihat kan tadi gimana mukanya pas keluar dari kamar. Gue berhasil dapat gambar yang bagus dan—"

"Nggak sopan!" Sentak Kelsa sambil merampas kamera si cewek. "Kalau lo mau ngeliput gue yang baru bangun tidur, harus minta izin dulu. Jangan seenaknya."

Si cewek terperangah. Matanya melotot kesal nyaris loncat dari rongganya, namun balasan pelototan Kelsa yang lebih mengerikan langsung membuat bola mata cewek itu tertarik lagi ke dalam. "E..mangnya..lo..siapa, sih?" Tanyanya sedikit tergagap lalu setelah menarik napas kuat-kuat, dia memberanikan diri meningkatkan oktaf suaranya. "Kenapa harus minta izin segala?! Lebay!"

"Pelanggaran privasi! Lo nyebarin gambar gue yang baru bangun. Lalu ada orang iseng yang ngedit dan—"

"Buat apa ngedit gambar lo lalu dijadiin meme, kecuali kalau lo artis atau selebgram-selebgram itu." Si cowok berambut gondrong melemparkan tatapan ke si cewek. "Emang viewers lo berapa?"

Si cewek mengigit bibirnya. Menyegel bibirnya untuk menjawab pertanyaan yang menohok hati itu. Dia cepat merampas balik kamera itu, mengalihkan pembicaraan sensitif bagi vloger seperti dirinya. "Iya...iya gue langsung hapus nih. Pikiran lo aneh-aneh aja deh."

"Emang gitu kenyataannya ko. Sekarang dunia maya lebih seram dibandingkan dunia nyata." Kelsa memandang satu per satu tiga makluk di depannya itu. Bodoh! Sekarang ada yang lebih penting untuk dibahas daripada meributkan hal tadi.

"Jadi, kalian siapa? Kita di mana? Kenapa tiba-tiba bisa ada di sini?" Pertanyaan beruntun itu membuat dada Kelsa sesak. Dia menghela napas tenang lalu memijit keningnya yang berdenyut-denyut nyeri. Kelsa mencoba menarik ingatan kemarin sore saat dia pulang dari kampus melewati gang, mendapati hantu bersepatu kinclong yang bersembunyi di semak-semak, bertemu Mang Darman, lalu pergi ke tempat kost. Dia tidak mungkin salah masuk tempat kost kan? Bahkan dia sempat menyeduh kopi lalu tak lama terlelap.

"Kayak yang dibilang cowok brewokan itu, kita sendiri nggak tahu ada di mana." Ucap si cewek sambil sibuk berkutat dengan layar kamera.

"Emang janggut gue udah tumbuh panjang ya?" Tanya si cowok gondrong ke cowok imut yang dari tadi mengunci mulutnya. Si cowok imut menggelang lalu menjawab entah apa yang hanya didengar oleh si cowok gondrong.

Si cewek mengangkat kepalanya, menyudahi kesibukannya menghapus beberapa video lalu menjulurkan tangan sambil tersenyum manis, menampilkan lesung pipit di kedua pipinya. "Gue Bening." Kelsa membalas uluran tangannya, tapi lidahnya kelu untuk menyuarakan nama karena syok tidak berhasil mengingat penyebab dia terdampar di tempat asing ini.

Bening menggerakan dagunya ke arah si cowok imut. "Dia cowok yang pertama bangun mungkin tahu sesuatu.. Siapa nama lo tadi?" Tanya Bening ke cowok imut.

"Genta." Ucapnya pelan.

"Hah?!" Kesal, Kelsa sengaja menaikkan oktaf suaranya agar cowok itu sadar bahwa orang di sekelilingnya tidak nyaman bila yang ditanya malah menjawab hanya dengan gerakan mulut.

"Genta." Ulangnya cukup kencang. Genta agak menegakkan tubuhnya. Matanya yang selalu mengarah ke bawah, mencoba memberanikan diri menatap tiga orang di sekitarnya. "Sorry, gue—"

"Hah?!" Bening ikut-ikutan gemas dan kesal.

Genta menarik napas pelan lalu mengembuskannya dengan lebih kuat. "Sorry, gue malu dan gugup kalau ketemu orang baru. Iya gue yang pertama bangun dan saat itu memang nggak ada orang di sini."

"Nanti lo nggak perlu malu lagi. Besok-besok kita bukan orang baru lagi buat lo." Ucap si cowok gondrong berusaha menenangkan. Dia kembali menatap Kelsa dengan cara yang membuat Kelsa sedikit tak nyaman. Sorot cowok itu seperti sedang menggali wajah Kelsa, berusaha menemukan sesuatu yang hilang. "Oh ya, gue Reynand. Gue bangun setengah jam sebelum lo."

"Gue Kelsa. " Ucapnya lemas. Tiba-tiba dia teringat sesuatu yang membuatnya semakin resah. "Maksud lo apa tadi?" Tanya Kelsa ke Reynand.

"Apaan?"

"Lo bilang, 'besok-besok kita bukan orang baru lagi'."

Mulut Reynand membulat. "Oohh...Kita bakal terkurung di sini beberapa hari ke depan." Ucapnya santai berbanding terbalik dengan tampilan raut Kelsa yang menegang, "Sepertinya." Imbuhnya

"Kenapa? Kenapa lo bilang gitu? Nggak bisa..Nggak bisa. Gue nggak bisa di sini!"

Mulut Reynand telah setengah terbuka. Namun, melihat Kelsa seperti dikejar anjing membuatnya sulit untuk menjawab. Kelsa mendesah kesal, menunggu jawaban itu sedetik saja sudah membung waktunya. Teringat persoalan waktu, mata Kelsa heboh mencari jam dinding di ruangan. Jam bulat itu menempel di dinding di sampingnya, menunjukkan bahwa satu jam lagi kereta yang telah dipesannya akan berangkat.

Kelsa hendak membalikkan badan saat pertanyaan Bening membuatnya mampu melupakan persoalan kereta api.

"Lo cuti juga?" Tanya Bening.

Kening Kelsa mengerut. "Ko tahu?"

"Karena kita juga cuti kuliah."

Kelsa melongo. Dia menatap Genta dan Reynand bergantian, meminta kepastian. Mereka menjawab dengan anggukan membenarkan ucapan Bening.

Fakta itu langsung mengantarkannya pada satu dugaan kuat. "Berarti kalian juga tahu akun instagram bernama On Leave?"

"Iya. Dia ngetag gue ke sebuah foto." Jawab Reynand.

"Dan ngirim pesan lewat dm." Imbuh Bening yang langsung disetujui Genta dengan anggukaan kepala, menandakan cowok itu mendapatkan pengalaman yang sama.

"Aaaahhh! Admin gila!" Pekik Kelsa. "Berani-beraninya dia nyentuh gue dan bawa gue ke sini. Gue nggak ada waktu ngeladenin permainan dia!" Kelsa cepat berbalik, meneruskan langkahnya ke dalam kamar. Saat tangannya terjulur mengambil novel di rak buku untuk dimasukkan ke ransel yang sudah disampirkan di bahunya. Notifikasi terdengar dari ponselnya yang tergeletak di meja. Kelsa mengernyit mendapati pemberitahuan untuk sebuah postingan baru dari akun Instagram On Leave.

"Kapan gue ngatur setting-nya?" Gumamnya.

Penasaran, jempolnya mulai bergerak di atas layar lalu munculah foto sebuah kebun yang dikenali Kelsa. Teringat sesuatu, Kelsa menuju jendela lalu membandingkan foto itu dengan pemandangan kebun dari jendelanya. Sangat persis. Kemungkinan foto ini dipotret dari kamarnya.

Tugas wajib di hari pertama untuk turis kita:

Memanen hasil kebun untuk sarapan.

Pengen tahu nih bagaimana kekompakan mereka walaupun baru kenal.

Nb: Hanya dengan hal kecil yang mengingatkan kita pada seseorang, efeknya bisa sangat menyiksa.

"Guys, kita dapat pesan dari postingan. Nih..nih gue tunjukin ya." Itu suara cempreng Bening yang kembali berbicara satu arah dengan kameranya. Berbeda dengan Kelsa yang terenyak membaca caption itu terutama note bene yang entah maksudnya apa, dari nada suaranya, Bening sangat antusias, tak tertekan sama sekali.

"Kelsa, lo udah lihat postingan terbaru?" Tanya Bening yang berdiri di ambang pintu kamar setelah cuap-cuap berbicara di depan kamera dan menerka-nerka maksud note bene itu.

"Gue nggak ada waktu main permainan bodoh kayak gini!" Kelsa memasukkan ponselnya ke saku celana jeansya lalu menerobos Bening.

"Lo mau ke mana?" Bening menghadang langkah Kelsa. Kedua tangannya terjulur ke samping, menyabotase ambang pintu. "Lo nggak bakal bisa keluar dari sini."

Kelsa mendengus geli. "Kalian nggak akan pernah tahu kalau nggak nyoba!" Dengan kekuatan tersisa, Kelsa menabrak Bening dengan bahunya.

Reynand dan Genta langsung berdiri. Reynand menarik ransel cewek itu hingga Kelsa nyaris terjatuh ke belakang, sedangkan Genta merampas koper ungu dan mengamankannya,.

"Kaliaaannn..." Kelsa berdesis. Dia berbalik sampai mampu melepaskan cekalan Reynand di tali ranselnya.

"Sorry, gue nggak mau menghabiskan waktu cuti bareng kalian. Tujuan gue cuti bukan buat ke tempat ini. Ada hal lain yang lebih penting untuk dilakukan." Kelsa mengambil alih kembali koper ungunya. Walaupun tampangnya seperti cowok paling lemah di dunia, tapi kekuatan Genta menggenggam pegangan koper itu layaknya cowok perkasa pada umumnya. Kuat. Kencang.

"Nggak bisa, Kelsa. Jangan! Kita udah nyoba pergi dari sini, tapi pasti akhirnya lo balik lagi ke sini."

Keheningan menguasai rumah berlantai satu yang didominasi cat putih itu. Reynand mengehela napas legas saat cewek keras kepala itu mulai tampak menurut. Waktu meloncat dari detik ke detik dan di detik ke sepuluh raut menyerah itu digantikan senyuman sinis di ujung bibir, dan dibumbui pula oleh tatapan merendahkan dari mata runcing cewek itu.

Kedua tangan Kelsa terlipat di dada. Tak habis-habisnya dia menatap mereka bertiga bergantian dengan cara yang membuat tiga orang itu merasa dianggap paling bodoh. "Karena kalian nggak cukup pintar untuk melawan admin gila itu!"

"Lepasin, Ta!" Seru Reynand. Matanya terhunus tajam ke bola mata hitam pekat cewek itu. Berharap dapat memotong tatapan meremehkan itu, namun akhirnya usaha maksimalnya tidak mampu melawan keteguhan Kelsa. Kelsa makin menunjukkan raut penuh percaya diri, menandakan siapapun tak berhak mengusik apalagi mengatur dirinya.

"Hah?" Genta melongo tak mengerti.

"Balikin kopernya. Kita lihat, apa dia memang pintar dan berhasil keluar dari sini." Reynand menggerakkan dagunya, meminta Genta untuk segera mengembalikan koper itu. Sebelum Genta benar-benar meregangkan jemarinya dari pegangan koper, Kelsa dengan penuh nafsu menarik koper miliknya lalu berbalik tanpa berminat mengucapkan salam perpisahan. Karena baginya pertemuan kurang dari dua puluh menit tadi tidaklah memberi kesan menyenangkan sama sekali, untuk apa berbasa-basi mengucapkan perpisahan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro