Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Twenty seven

Seminggu, sudah berlalu.

Dimana masih belum ada perkembangan apa - apa dari Suga.

Ia masih enggan untuk membuka mata kecilnya.

Rasanya terlalu nyenyak ia tidur.

Wendy dan Jimin selalu bergantian menjaga. Jimin memang terlihat  selalu menemani Wendy dirumah sakit.

Apalgi ia tahu, jika Wendy sekarang tidak hidup sendiri. Ada nyawa yang ia kandung dan harus ia jaga.

Dan arwah Suga. Ia selalu nampak gelisah, menunggu keajaiban datang kepadanya. Ia semakin frustasi melihat keadaan sekitarnya yag membuatnya semakin pusing.

" Wen, ayo pulang. Kamu butuh istirahat. Mari saya antar."

"Hmm.. Tidak usah repot - repot Jim, aku baik - baik saja. Aku hanya ingin terus berada disampingnya. Aku ingin ada jika ia membutuhkan sesuatu."

Jimin menoleh kesamping, melihat arwah Suga yang kini hanya dirinya yang bisa melihat.

Ia tahu apa yang dirasakan Suga saat ini.

"Hm iya aku tahu. Tapi kamu harus mengganti pakaianmu bukan? Ini udah seminggu dirumah sakit. Pasti tidur mu juga tidak nyenyak. Jadi tolong dengerin saya. Pulang sekarang, untuk merapihkan pakain kembali. Kamu bisa istirahat juga disana. Saya yang akan menjaga Suga selama kamu pulang." Tangan Jimin memegang bahu Wendy yang kini tengah duduk disamping ranjang Suga, mencoba meyakinkan Wendy

"Baiklah, aku akan pulang untuk mandi dan menggambil baju ganti." Wendy menuruti permintaan Jimin

Jimin terseyum, " Hm mau saya antar?"

"Tidak perlu Jim, aku hanya minta tolong. Tolong jaga dia selama aku pulang."

"Baik noona manis, hati - hati Wen."

"Aku pamit dulu Jim."

Jimin menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

Saat menunggu lift. Wendy bertemu dengan Yonki yang ada didalam lift  yang ia ingin masuki.

"Noona." Sapanya dengan senyuman manisnya

Wendy membalas senyuman Yonki, dan langsung masuk kedalam lift tersebut.

"Bagaimana kabar ayah? Apa ia sudah sadar?" Tanya Wendy

"Hm belum ada perubahan selama seminggu ini, bagaimana dengan hyung? Apa dia sudah siuman?"

"Belum, kondisinya masih sama saat ini."

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, melihat kedua orang yang aku cintai bersamaan seperti ini. Maaf jika aku tidak menjenguk, karena aku harus menunggu ayah diruangannya." Yonki memasang muka sedihnya.

Didalam sana, ternyata mereka berdua tidak hanya berdua saja. Melainkan ada Suga di tengahnya.

Inget kan berdua itu biasanya ada setan ditengahnya, haha bercanda

Mendengar ucapan Yonki barusan, membuat Suga muak. Sandiwara apa yang ia mainkan sekarang?

"Tidak papa, aku memaklumi. Kamu juga lagi sibuk menjaga ayah. Kamu harus kuat ya, jangan sedih." Wendy menenangkan mencoba menenangkan Yonki

"Terima kasih banyak noona, karena kamu sudah sabar menunggu hyung." Ucapnya dengan santai

"Tapi kamu tenang noona, penderitaanmu tidak akan lama. Aku yang akan menggantikan posisi hyung nantinya." Ucapnya dalam hati

Suga tahu apa yang Yonki bicarakan. Ia tahu maksudnya.

Di ruang rawat Suga

"Woi bro, ga cape itu merem terus? Mata lu makin kecil tar. Coba dah bangun, liat seoul sekarang lagi musim dingin. Lu harus liat pemandangan diluar." Ucap Jimin

"Lu kemana? Ko arwah lu kaga ada disini? Balik sama Wendy? Yah gila gua ditinggal ama raga doang." Lagi - lagi Jimin nyeloteh sendiri

"Muka lu udah putih, sekarang tambah - tambah dah. Pucet bener kaya mayat di awetin ga, Mana pengen liat muka sangar lu. Lu kaya gini kaya bukan Suga yang gua kenal. Lemes bener kaya ikan pepes."

Jimin mengambil baskon kecil yang ada di meja ruang rawat Suga. Menggambil air dan sapu tangan. Ia membersihkan jemari Suga. Lalu mengelap wajah Suga yang pucat itu.

" Lu janji kalau lu harus cepet sadar! Lu kesian kan ama Wendy, dia sendirian aja ngurus kandungannya. Gua juga kaga tau apa yang bakal terjadi ama adek lu. Kenapa sekarang tingkahnya kaya setan? Heran bener gua."

Sekarang Jimin membersihkan badan Suga yang dipenuhi alat pendeteksi jantung. " Banyak bener kabelnya. Lu ga dingin baju kaga dikancingin gini? Mana kaga bisa dikancingin juga kebanyakan alat."

Setelah selesai, jimin duduk di sofa sambil menonton siaran tv.

Lantai bawah rumah sakit

"Noona, ayo biar saya antar pulang."

Suga yang melihat itu memasang wajah kesal. Rasanya ia ingin Wendy melihat dirinya.

"Hm tidak usah, kamu harus cepat kembali kerumah sakit bukan?"

"Tidak. Ada orang rumah yang sedang menjaga. Dan ada ibu juga disan. Jadi saya tidak akan terburu- buru kembali ke sini. Ayo ikut dengan saya, menunggu taksi juga butuh waktu lama. Kamu pasti yang harus cepat kemari lagi bukan?"

"Baiklah. Aku ikut."

Suga dan wendy pulang bersama. Tidak lupa Suga yang terus mengikuti mereka pergi.

Di perjalanan, Wendy tertidur pulas. Karena semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Yonki yang melihatnya, memberikan sebuah selimut yang ada didalam mobilnya. Dan menyelimutinya

"Kamu wanita yang sangat baik. Tidak seharusnya hidupmu seperti ini noona. Hanya laki - laki bodoh yang menyiakanmu dan membuatmu menangis." Yonki menatap wajah mungil Wendy dengan dekat. Mengelus pipi mungil itu.

"BANGSAT! APA YANG LU LAKUIN!"

Suga tidak bisa melakukan apa - apa.

To be countinue......

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro