Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⚫Three⚫

🌾🌾🌾🌾

Pagi yang cerah menyelimuti kota Seoul. Hari ini adalah hari dimana Suga dijadikan penerus saham milik ayahnya.

Walaupun ayahnya yang masih memegang saat ini. Tetapi Suga sudah bisa bekerja menjadi presdir bersama ayahnya.

Wendy membuka pintu kamar Suga dengan perlahan. Disana terlihat jelas kalau Suga masih nyenyak tidur dibawah selimut yang menutupinya.

Wendy mencoba membangunkan Suga. Walaupun ini adalah hal pertama yang ia lakuakan. Ya, Wendy sebelumnya belum pernah membangunkan seorang namja. Apalagi masuk kedalam kamar seorang namja.

Tetapi ia harus terbiasa dengan ini. Karena sebentar lagi, ia akan menjadi istri sah namja yang sedang tertidur itu.

Dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya mendekat ranjang. Tetapi sebelumnya, ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu kearah jendela. Membukanya. Agar sinar matahari yang bagus untuk tulang itu bisa masuk kedalam.

Setelah itu ia baru membuka selimut yang menutupi seluruh anggota badannya. Membuat orang yang sedang tertidur itu mengerutkan dahinya. Akibat sinar matahari yang datang menerpa wajahnya.

Suga membalikkan badannya. Dimana wajahnya tidak dapat terkena sinar matahari.

"Suga ayo bangun!" Wendy menggoyang- goyangkan tubuh Suga. Membuat Suga menghela.

"Ayo bangun!" Tanpa patah semangat Wendy masih saja melakukannya. Membuat tidur Suga menjadi tidak nyenyak lagi.

"Diam!" Bentak Suga. Membuat Wendy berhenti seketika. Ya, Suga adalah orang yang sering sekali bangun siang. Sampai - sampai saat ia masih sekolah. Ia sering sekali terlambat. Dan saat sedang tidur. Ia tidak ingin diganggu.

Tanpa basa - basi lagi. Wendy menjambak rambut Suga. Sampai - sampai Suga yang sedang asik tidur itu bangun.

"Awwwwww!!!!!!"Jeritnya. Saat Wendy dengan sengaja menjambak rambutnya yang tipis itu.

Ia memukul tangan Wendy yang digunakan untuk menjambak rambutnya barusan. Menatap Wendy dengan tatapan marah.

"Apa yang kau lakukan!" Bentaknya membuat Wendy yang ada didalam sana ketakutan.

Wendy tidak dapat berkata apa - apa. Jujur takut. Ya, itu yang ia rasakan  saat ini. Wendy hanya bisa mematung ketika Suga sudah marah.

Wendy mengalihkan pandangannya kebawah. Ia tidak berani melihat
wajah Suga sekarang. Wendy berani berbuat. Tetapi tidak berani bertanggung jawab.

"Apa yang kau lakukan HAH!" bentaknya lagi.

"Kenapa kau hanya diam saja!" Lanjutnya dengan nada masih membentak

"Aku membangunkanmu karena ini sudah waktunya kau berangkat. Kau lupa kalau hari ini adalah hari jadimu menjadi penerus saham milik ayahmu?" Wendy masih menatap kebawah

Suga baru saja melupakan hal itu. Hal yang ia impikan. Hal yang membuatnya harus menikah dengan wanita dihadapannya sekarang.

"Kalau begitu kau boleh keluar sekarang! Karena aku ingin bersiap - siap!"

"Baiklah. Aku sudah memasakkan sesuatu untukmu." Setelah menyelesaikan perkataannya, Wendy langsung pergi meninggalkan kamar Suga.

🌾🌾🌾🌾

Kini Suga datang ke meja makan dengan jas dan celana jeans warna hitam.

Membuat Wendy yang melihatnya terpesona, "Wow kau tampan sekali." Ucap Wendy dalam hati.

Pandangan Wendy masih tertuju pada Suga. Membuat seseorang yang dilihatnya merasa malu.

"Apa yang kau lihat?" Ucapnya membuat Wendy memalingkan wajahnya.

"Tidak."

Setelah mereka selesai sarapan. Mereka langsung pergi menuju kantor ayahnya. Disana pasti sudah banyak karyawan yang menunggu kehadirannya.

🌾🌾🌾🌾

Setelah sampai. Suga mengambil tangan Wendy.

"Kau harus memegang lenganku. Mengerti?" Ucapnya pada Wendy.

Wendy mengangguk mengerti.

Seperti yang ia duga sebelumnya. Disana banyak karangan bunga serta tulisan yang menyambut kehadirannya.

Suga melangkah mendekat bersama Wendy.

"Ya itu anakku." Ucap ayah Suga saat melihat Suga dan Wendy sudah tiba.

Suga melepaskan genggaman Wendy pada lengannya.

"Baiklah kalau begitu mari kita mulai acara pemotongan pita." Ucap seseorang sebagai mc.

Suga mengambil gunting yang sudah disediakan. Ia menarik nafas sebentar. Lalu menghembuskannya. Ia memotong pita itu sampai putus. Terdengar tepukan dari orang - irang yang menyaksikan.

Semua orang mengucapkan selamat. Suga membalasnya dengan senyuman.

Acara sudah berakhir. Suga masuk kedalam kantor ayahnya. Membicarakan sesuatu.

"Kau akan menjadi pemegang saham sepenuhnya saat ayah sudah pensiun nanti." Ucap ayahnya sambil menepuk pundaknya.

Suga hanya mengangguk.

🌾🌾🌾🌾

Wendy memberikan ucapan selamat.

"Selamat ya! Karena kau akan menjadi presdir. Ini kan yang kau inginkan selama ini."

Suga hanya diam sambil berjalan melewati Wendy.

"Hey jawab aku!" Wendy menarik tangan Suga.

Dengan cepat Suga melepaskan genggaman Wendy. Lalu masuk kedalam mobilnya.

Wendy hanya mengikutinya. Ia juga masuk kedalam mobil Suga.

Didalam mobil Suga berpikir. Sekarang dengan cepat ia sudah mendapatkan kemauannya. Berarti dengan cepat pula ia akan menikah dengan wanita disampingnya.

"Apa kau sedih karena besok pernikahan kita?" Ucap Wendy tiba - tiba

Suga hanya diam. Ia hanya fokus  pada jalan didepan. Hening. Itu yang dirasakan saat ini.

🌾🌾🌾🌾

Suga masuk kedalam kamarnya.

Wendy yang sedang asik menyapu rumah. Tiba - tiba ia melihat seseorang yang belum ia kenal di poto keluarga Suga.

"Siapa dia? Apa dia adik? Atau kakaknya?" Wendy masih bingung dan penasaran.

Kenapa tingginya sama sekali dengan Suga. Tapi kenapa ia tidak ada disini?

Wendy yang sedaritadi masih sibuk memperhatikan foto didepannya membuat Suga bingung dengan tingkahnya.

"Apa yang sedang kau pilirkan?" Tanay Suga yang membuat Wendy berbalik kebelakang.

"Owh.... Tidak! Aku hanya penasaran saja. Memangnya laki - laki disampingmu itu siapa?" Tanya Wendy sambil menunjuk foto laki - laki yang ada disamping Suga.

"Itu adikku. Kenapa? Kenapa kau penasaran sekali?"

"Oh aigoo. Ternyata dia itu adikmu. Ternyata kamu ini memang pendek ya! Tinggi kalian sama. Bahkan ini foto sudah lama kan?"

"Menyebalkan! Lalu kenapa kalau aku pendek HAH? Apa itu masalah untukmu! Memang itu foto lama." Ucap Suga sambil menatap Wendy malas.

Wendy menyenggol lengan Suga, " Dimana dia sekarang? Apa dia dingin sepertimu?"

"Aish!" dengus Suga kesal.

"Dia di paris. Mana ku tahu. Kita saja sudah lama tidak bertemu!" Suga pergi meninggalkan Wendy yang masih memperhatikan foto keluarga Suga.

Wendy mengikuti langkah Suga. "Kenapa kau tidak pernah bertemu?"

"Karena dia tinggal dengan pamanku di paris. Sejak aku berumur 8 tahun dan ia 4 tahun. Ia sudah tinggal disana. Yang jelas pasti hidupnya lebih menyenangkan dibandingkan aku!"

Bruk!

Suga menutup pintu kamarnya kencang. Membuat Wendy yang mengikutinya dari tadi terkejut.

Wendy jadi ingat sesuatu. Ya, pembicaraan yang belum lama terjadi. Dimana eomma Suga mengakui kesalahannya. Karena sejsk Suga kecil, Suga jarang sekali mendapatkan perhatian.

Tapi kenapa mereka harus berpisah? Kenapa adiknya tidak tinggal dengan Suga? Jadi Suga tidak akan merasa kesepian waktu kecil.

Apa orang tua Suga sangat menyayangi adiknya? Sampai - sampai ia dititipkan diparis bersama pamannya.

Apa orangtuanya melakukan ini agar adiknya tidak merasa kesepian atau kurang kasih sayang?  Karena orangtua mereka sibuk. Tetapi kenapa mereka harus memperlakukan Suga sepeti itu? Itu sangat tidak adil.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro