seventeen
📝
Dihari pertama bekerja, Suga sangat malas dengan sikap ayahnya. Tapi apa boleh buat, dia kerja disini sampai menikahi gadis yang sama sekali ia tidak idamkan. Itu hanya untuk mendapatkan gaji yang besar. Agar ia bisa membuktikan kepada orangtuanya nanti. Kalau ia bisa memiliki perusahaannya sendiri. Dan ia ingin membuktikan kepada ayahnya. Anak yang selama ini tidak pernah dipedulikan. Bisa sukses tanpa bantuannya sama sekali.
Prinsip Suga hanya itu. Karena kesuksesan baginya, harus diawali dengan susah payah. Agar hasilnya bisa memuaskan nantinya.
Jam menunjukkan pukul 12 siang. Dimana semua karyawan yang bekerja meninggalkan pekerjaanya. Untuk makan atau pergi kesuatu tempat.
📝
"Hyung, kau mau kekantin?" Ucap Yonki masuk kedalam ruangannya.
"Tidak." Ucapnya cepat sambil melirik layar laptop didepannya
"Kamu tidak lapar? Atau mau aku pesankan?"
"Tidak."
"Hyung. Kamu marah? Soal sikap ayah tadi pagi?"
"Aku tidak peduli. Dan tolong kamu keluar dari ruangan ini. Aku banyak kerjaan. Dan tidak punya waktu untuk membicarakan hal yang tidak penting."
"Kenapa kamu keras kepala seperti itu?"
Suga menatap tajam wajah Yonki. "Apa maksudmu!"
"Kamu egois hyung. kamu hanya memikirkan perasaanmu saja."
"Egois katamu?"
"Iya. Kamu hanya termakan dengan emosimu. Kamu berubah, bahkan kamu sekarang sudah tidak peduli lagi denganku. Mana sikap hangat mu? Mana janjimu yang dulu pernah kamu ucapkan untuk menjagaku? Kamu mengikari semua itu hyung. Bahkan sikap manismu hanya kamu tunjukan saat pertama kali aku datang kesini. Dan sekarang, sikapmu benar - benar berubah." Ucap Yonki dengan wajah sedih
"Apa yang kau tahu dariku? Aku memang bukan Min Yoon Gi yang dulu. Aku sudah didik dengan kekerasan, beda denganmu. Tapi aku suka dengan sifatku sekarang. Aku sudah bukan Min Yoon Gi yang penyanyang atau bahkan ingin melindungi adiknya. Aku bukan yang dulu. SEKARANG AKU SUDAH BERUBAH." Ucap Suga sambil berdiri.
Suga memalingkan wajahnya. Ia berjalan menuju arah jendela.
"Kau tahu? Aku menjadi sekarang ini butuh perjuangan yang sulit. Aku harus menikahi gadis yang sebetulnya tidak aku cintai sama sekali. Aku harus merelakan masa mudaku. Hanya untuk mendapatkan posisi ini. Tapi lihat dirimu, suatu saat nanti kamu akan mengganti posisiku dengan mudah. Karen Kamu anak satu - satunya dari keluarga itu."
"Apa maksudmu hyung? Kamu juga anak dari mereka. Kamu itu kakakku."
"Iya, tapi aku seperti anak yang tidak diinginkan. Dan jelas sangat berbeda denganmu."
"Kamu iri hyung?"
Suga mentap Yonki kembali, "Untuk apa?" Ucapnya sambil tersenyum meremehkan
" Kamu jelas sekali iri, aku tahu."
"Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mengambil posisimu. Aku akan menolak jika memang ayah akan melakukannya."
"Kenapa? Kamu kesian? Aku tidak perlu dikesiani. Aku sudah biasa seperti ini. Jadi tolong, kamu tidak usah menjadi pahlawanku. Karena aku tidak butuh itu."
"Kamu yakin hyung dengan ucapanmu itu?"
"Apa maksudmu!"
"kamu pasti membutuhkanku hyung. Apalagi soal ayah."
Tangan Suga mengepal erat. Rasanya ia ingin sekali memukul orang yang ada dihadapannya itu.
"BRENGSEK!!!!!" Ucapnya dengan suara tinggi
"Kamu tidak malu didengar karyawan yang bekerja disini? Mengucapkan kata yang tidak seharusnya diucapkan? Apalagi jika ayah mendengarnya. Apa yang akan dia lakukan nanti?" Ucap Yonki sambil mengangkat salah satu alisnya
Emosi Suga sudah tidak dapat dikontrol lagi. Jika ia masih tetap berdiri ditempat ini. Ia bisa - bisa menghajar adiknya itu. Suga akhirnya memilih meninggalkan Yonki yang masih berdiri diruangannya. Dengan emosi yang masih meluap.
" Maafkan aku hyung." Tanpa disadari air mata yang dari tadi Yonki tahan akhirnya keluar juga
"Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan untuk membayar masa kecilmu yang menyedihkan? Aku tidak ingin kamu berubah hyung. Aku ingin kamu yang dulu." Tangan Yonki mengusap air mata yang berjatuhan
📝
"Dimana ruangan Suga?"
Wendy datang kekantor membawa makanan untuk Suga. Ia mencari - cari dimana ruangan Suga.
"Tadi katanya dilantai 2. Ah kenapa aku tidak menanyakan lebih detail." Ucapnya bingung
Dari ruangan Suga, Yonki keluar. Disana ia bertemu Wendy yang sedang bingung mencari sesuatu.
"Nuna, ada apa kamu kesini?"
"Eh Yonki. Untung aku bertemu denganmu disini, ini aku membawa makanan untuk Suga. Kamu tahu dimana ruangannya?"
"Inj ruangannya. Aku baru saja keluar. Tapi hyung tadi lagi keluar sebentar. Mungkin ke toilet."
"Oh begitu."
"Yasudah nuna, ayo masuk. Kita tunggu didalam saja."
Mereka berdua masuk kedalam ruangan Suga.
Tidak beberapa lama kemudian, Suga masuk kembali keruangannya.
Ia terkejut saat melihat makhluk dua itu ada didalam ruangannya. Ia pikir Yonki sudah pergi dari ruangannya. Ternyata tidak ditambah kehadiran orang yang tidak membuatnya senang.
Suga tidak memperdulikan kedua orang itu yang sedang asik mengobrol. Ia kembali duduk dikursinya. Sambil membuka kembali pekerjaanya.
Wendy yang melihat Suga datang langsung menghampirinya, "Apa kamu sangat sibuk?"
"....."
"Aku membawakan ini untukmu. Lebih baik kamu makan dulu." Ucap Wendy sambil membuka makanan yang ia bawa
Suga hanya melirik apa yang dibawa Wendy lalu ia kembali menatap kertas - kertas yang ada dimejanya.
"Suga ayo makan dulu."
"Aku tidak lapar!" Ucapnya tanpa menatap lawan bicaranya
"Sedikit saja."
"....."
"Yasudah kalau tidak mau, aku bawa pulang lagi. Kurasa kamu tidak menyukai makanan ini." Wajah Wendy terlihat Sedih. Niatnya membawakan makanan itu ternyata tidak dihargai. Padahal ia sudah cape - cape membuatkan makanan itu.
Yonki yang melihat wajah murung Wendy merasa kasian.
"Nuna, jika hyung tidak mau. Boleh makanannya untukku? Aku kebetulan belum makan siang."
Tangan Suga tiba - tiba saja berhenti menulis.
"Oh kamu mau? tentu saja." Wendy menghampiri Yonki
Mereka berdua duduk kembali ditempat semula.
"Masakannya enak sekali nuna. Aku suka." Puji Yonki sambil mengancungkan jempolnya
"Hahhaha, terima kasih."
Suga yang mendengarnya merasa iri. Kenapa Yonki harus ada dimana - mana. Kenapa ia harus selalu mencampuri urusannya.
Setelah selesai menunggu Yonki makan. Wendy membereskan tempat makannya. Laku ia berdiri mengahampiri Suga
"Aku pulang dulu. jangan terlalu lelah bekerja. Permisi." Ucapnya pada Suga
Suga hanya diam. Sambil melihat istrinya itu pergi.
"Aku permisi dulu hyung." Ucap Yonki lalu berlari menyusul Wendy.
Suga mengacak rambutnya frustasi. Ia merasa kesal sekali dengan hari ini. Rasanya ia ingin pergi kesuatu tempat. Dimana hanya ada dia sendiri dan tidak ada orang lain disana.
To be countinue
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro